Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menikah di Usia 33 Tahun and I Am Happy

22 Januari 2016   13:55 Diperbarui: 22 Januari 2016   14:13 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hmm... jomblo/single ? Apa lu gak kesepian ? Kalau di tanya sepi jujur tidak, karena aku memang anaknya rame, punya banyak teman dan beruntungnya dulu Papa selalu berpindah-pindah daerah tugas, bayangkan di usia 29 tahun aku sudah berada di 32 lokasi dinas papa, otomatis aku mempunyai banyak teman. Aku juga sering disebut sebagai pelawak, entah apa yang lucu tapi testimoni (haiiaa hahaha) teman-teman "gak ada uli gak rame". Bahkan terkadang aku bingung membagi waktu ku untuk semua ajakan berlibur dari teman-teman yang baik hati.

Lantas, pernah suatu ketika ada ucapan kangen "eh kemana aja? udah merid belum ? Belum jawabku, lalu dengan yang niat baik (mungkin) dia mengingatkan aku "ayolah segera menikah, jangan sibuk kerja terus, mau ngumpulin uang buat apa sih? Biasanya aku tak marah, tapi kali ini kesimpulan yang dibuatnya cukup membuat sedih. Masalahnya aku bekerja bukan untuk mengumpulkan duit, melainkan menghasilkan uang untuk aku kirim ke mamak papa, dan dua adikku yang sedang kuliah. Bahkan kalao dia bisa lihat buku tabunganku, tak ada saving disana hiiks. Aku marah "kalo lu menganggap aku temanmu, maka lu seharusnya tahu kehidupanku". Andai benar ada uang yang terkumpul mungkin tak masalah, tapi sisa diakhir bulan saja gak ada. Terkadang menjawab tanya dengan marah bisa membuatku lebih baik.

 [caption caption="The Wedding"][/caption]Dan paling gak suka kalau yang bertanya itu adalah orang yang sudah menikah, orang yang sudah menemukan jodohnya dengan misteri, orang yang sudah merasakan bahwa menikah itu memang sepenuhnya hak Allah. "Ayolah li nikah" mau sampai kapan sendiri? Pertanyaan begini masih bisa aku ladeni dengan baik "well, iya aku pasti nikah. Tapi lu kan tahu bahwa jodoh itu misteri, sebagaimananya aku mencari tetap belum ketemu yang pas. Lu bisa ingatkan bagaimana lu bisa menikah dengan suami lu sekarang ? Lalu si teman merasa tersadar "eh iya benar li, maaf ya, semoga uli segera dipertemukan dengan Jodoh ya. Aamiin, sejatinya mendoakan teman yang belum menikah itulah yang terbaik. Daripada hanya mengumpulkan beberapa hipotesa dan lalu membuat kesimpulan sendiri.

Usiaku sudah 31 Tahun, aku bukan anak tertutup, bukan pemalu bahkan aku sering berada diantara banyak pria, dan inilah yang membuat aku bahkan orang disekitarku merasa heran "kok uli belum menikah ya ?'. Segala cara bisa aku bilang sudah dilakukan, minta dikenalkan sudah, menjadi member situs jodoh online juga sudah, bahkan berkenalan di dunia maya, melakukan pertemuan juga sudah, ahh cuman aku yang tahu dan orang-orang tak pernah tahu letihnya pencariaan ini.

Lalu melewati usia 31 tahun, ternyata membuat emosi lebih stabil, tak ada lagi gejolak nafsu untuk menikah, OK I'm Single and I'm Fine. Dan sampailah ketika aku dikenalkan dengan seorang duda ganteng (ini harus dicatet karena kegantengan inilah pemikatnya hahahah) dan tetiba aku dipertemukan dengan cinta monyet yang sedang akan bercerai (hallah hahahha). Dan aku mulai bertanya "Ya Rab, apakah memang jodohku adalah duda?".

Disaat yang sama entah kenapa seolah seluruh dunia menunjukkan jalan bahwa menikah itu tidak harus dengan single, jodoh itu bisa jadi bekas orang lain, aseeeemm bahkan tetiba lihat tukang koran menjajakan dagangannya halaman depan tabloid menuliskan "Tips sukses menikah dengan Duda", lalu aku memanfaatkan waktu ke toko buku entah kenapa mata menuju kesebuah rak yang isinya "Menikah dengan duda dan cintai Anak-Anaknya" seolah aku langsung merasa dibela "ahh mungkin inilah jodohku si duda ganteng atau si calon duda?'

Aku terbiasa untuk menceritakan apapun kepada mamak, meski aku tak melihat wajahnya namun dari suaranya aku tahu beliau berharap anak gadisnya ini menikah dengan pria lajang, tapi beliaupun tak mampu memberi nasihat, doa-doanya bahkan belum diijabah, ahh aku akan merasa sedih kalo sudah berhadapan dengan mamak. Aku mungkin bisa bahagia dengan usia 31 tahun dan masih single. Tapi mamak papa meski dengan segala keimanan mengamini bahwa jodoh itu hak Allah, tapi aku tahu mereka mempunyai beban, entah dengan dirinya sendiri, tetangga atau hanya karena memikirkan nasib anaknya.

Akupun berperang dengan diriku "ahh tuhan apakah memang aku tak layak mendapat seorang pria lajang? Apakah memang ini jodohku, semua keraguan ini aku alamatkan kepada sang pemilik jiwa. Hanya ingin ditunjukkan kebaikan, dan hanya butuh keyakinan untuk bisa mengambil sebuah keputusan. Seiring jalan doaku mendapat jawaban, siduda ganteng pergi berlibur dengan anak-anaknya. Sepanjang jalan menginformasikan keberadaannya, aku tak cemburu bang, berliburlah bersama anak-anak (sok memahami), lalu entah kenapa sebuah perasaan datang "kalau aku menikah dengan duda ganteng ini" maka aku akan berhadapan dengan sebuah pilihan "merelakannya berlibur dengan anak-anaknya sementara aku dan anak-anaku kelak berlibur sendiri ?" NO..ini bukan masalah sederhana dan lalu aku menelponnya meminta maaf, mundur dari perasaan ini. Lalu bagaimana dengan calon duda itu, ahh sepertinya aku harus melakukan istikharah, emang lu ada pilihan lain ? Tidak, aku hanya butuh memantafkan hati, pada akhirnya sang pemilik jiwa memberikan sebuah jawaban bahwa seharusnya aku bukan menjadi motivasi calon duda untuk bercerai, aku merasa harus mundur dari keinginan hatinya, tetapi tak dipungkiri aku bahagia ada seseorang yang mengisi hatiku.

32 tahun dan aku masih menuliskan kegalauanku di kompasiana, dan lalu semua kegalauan itu ditantang seorang pembaca kompasiana, ah mungkin ini jawabannya, aku memberanikan diri dan pada akhirnya 16 Februari 2012, ketika usiaku 33 tahun, pagi itu mamak papa mendatangiku mengucapkan selamat ulangtahun dan dengan air mata mendoakan ku dan memberikan keyakinan untukku "menikahlah dengan yang ada saat ini". Alhamdulillah akhirnya aku mendapatkan sebuah keputusan, mendapatkan sebuah restu dan diusia 33 tahun aku menikah, dikala sudah hampir seluruh teman-teman menikah. Dan ketika sudah menikah masih ada yang komentar "telat sih ya nikahnya?" Iya gak papa jawabku tapi sejujurnya aku bahagia dan aku memahami kenapa Allah baru mempertemukan aku dengan jodohku diusia ini.

Aku akhirnya memahami bahwa memang benar semua akan indah pada waktunya. 33 tahun , rasanya aku sudah berbuat banyak, beberapa tahun bisa mendapampingi mamak papa, membantu mereka melewati hari-hari. Dulu sewaktu kecil setiap papa pulang kerja aku dan adik-adik sudah menunggu didepan pintu, menyambut papa dari kejauhan melihat ditangannya adakah makanan untuk aku dan adik-adik? Dan momen itu berganti setiap aku pulang kerja sudah ada papa diteras rumah, menyambutku dengan tanya "ada bawa makanan apa?". Lalu bertahun-tahun dulu mamak selalu menyiapkan keperluanku dan aku beruntung bisa melayani mamak meski aku percaya itu tak akan sebanding. Dan dimalam pertamaku aku bisa menghela nafas panjang, ahhh memang 33 tahun angka yang pas.

Andai aku menikah tahun kemarin (saat usia 32 tahun) maka dipastikan adik bungsuku belum selesai kuliah kemungkinan besar tidak bisa menghadiri acaraku. Lalu 3 bulan sebelum aku menikah adik bungsuku mendapat pekerjaan, dan sebulan sebelum aku menikah adik bungsuku dipindah tugaskan ke Palembang sehingga sudah dipastikan dia akan bersama kami dihari pernikahanku. Pun begitu dengan adik nomor empatku tetiba meminta untuk tidak aku bantu lagi biayanya "kak sudah cukup, sekarang aku bisa sendiri" Dan meski hal tak mengenakkan terjadi pada abangku tetapi disaat aku menikah abangku sudah mendapatkan keputusan untuk permasalahannya. Dan malam itu aku bisa paham dengan semua rencana Allah... di usia 33 tahun aku bisa menikah dengan bahagia tanpa ada beban yang harus aku pikul lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun