Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Cukup Satu Provinsi Mencoba! Anak Butuh Didengar, Bukan Dihukum

13 Mei 2025   08:51 Diperbarui: 13 Mei 2025   10:54 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah siswa berjalan memasuki barak militer saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). (ANTARA FOTO/Abdan Syakura)

Ketika Anak Nakal Dikirim ke Barak Militer: Apa yang Sebenarnya Kami Butuhkan?

Ketika suamiku membahas Gubernur Jawa Barat, atas kebijakan membina anak-anak nakal di barak militer tampak dia setuju seolah langkah yng diambil oleh sang Gubernur itu solusi bijak. 

Sementara itu aku sebagai seorang Ibu (mungkin) mendidik anak lewat cara halus bukan kekerasan fisik yang (mungkin) biasa dilakukan kaum Ayah tentu saja aku keberatan dan tidak setuju dengan cara ini. Antara aku dan suami saja sudah pro dan kontra kebayang di mata masyarakat lainnya kan? Seputus asa itukah orang tua yang merasa anaknya "nakal?" 

ilustrasi made by Canva editing by ulihape
ilustrasi made by Canva editing by ulihape

Tapi sebagai seorang ibu dan warga biasa yang mencoba memahami masalah ini lebih dalam, aku merasa langkah ini seperti menyapu kotoran ke kolong karpet---tidak menyelesaikan masalah, hanya menyembunyikannya sementara. 

Aku bilang ke suami "ini mirip kita menyembunyikan setrikaan menggunung di dalam kamar, setelahnya kita semakin repot karena tetap pekerjaan tertunda itu kembalinya hanya kepada kita bukan orang lain". Satu bulan anak di barak apakah menjamin dia akan kembali lebih baik?

Aku tidak menyangkal bahwa sebagian orang tua mungkin merasa lega akhirnya ada yang "mengurus" anaknya yang tak tertangani. Tapi apakah kita yakin ini solusi jangka panjang? Apakah kita tidak sedang melabeli anak-anak ini seolah-olah mereka mesin rusak yang harus "dioprek" lewat disiplin militer, alih-alih diajak berdialog dan dipahami luka batinnya?

Anak Nakal Tidak Lahir Begitu Saja

Aku masih ingat wajah Ibu Anggrek, tetanggaku, yang tampak lega ketika mendengar rencana itu, merasa senang pdahl nggak pernah diganggu sama anak yang dimaksud nakal itu, hehe. Tapi di balik ekspresi lega itu, aku justru merasa resah. Bukankah ini seperti kita menyerah pada anak-anak kita sendiri? 

Lantas aku teringat cerita adikku yang guru SMA ada satu anak yng hampir semua guru sudah mencapnya "anak nakal". Ia sering mengganggu kelas, marah-marah, bahkan terlibat perkelahian kecil. Tapi tak ada yang bertanya, kenapa? 

Adikku melakukan pendekatan dan menemukan fakta bahwa anak ini memang tak ada dalam pengasuhan orangtuanya, dia merasa melakukan apapun sendirian tak ada tempat berkeluh kesah. 

Lalu pertanyaannya, apakah anak tersebut perlu dikirim ke barak militer untuk "diperbaiki"? Atau... ia hanya butuh seseorang yang mau mendengar dan memahami?

Barak Militer Tidak Menyembuhkan Luka Batin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun