Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Apakah Aku Baik-Baik Saja?

12 Oktober 2022   15:37 Diperbarui: 12 Oktober 2022   15:38 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku baik-baik saja? by Ulihape

Apakah Aku Baik-Baik Saja?

Kalimat tanya ini sudah lama ingin ku tanyakan secara langsung kepada seorang psikolog, namun kesempatannya belum juga datang, mungkin karena aku merasa baik-baik saja. Namun makin hari dengan banyak informasi terkait kesehatan jiwa aku mulai ragu akan diriku., am i OK? Dan aku nggak paham indikator apa untuk menjawab tanya dalam kepalaku ini.

Yang membuat aku ragu justru hadirnya komentar orang terhadap hidupku, ada yang menganggap WOW banget karena aku bisa mengurus rumah tangga tanpa asisten, ada yang takjub mendapatiku bisa hidup tanpa ada tuntutan kepada suami, bahkan Mamakku sendiri sambil meneteskan air mata bilang "bangga karena melihat aku bisa menjalani kehidupanku"

Entah mengapa terkadang aku merasa komentar itu punya makna "kasihan" bukan takjub. Namun karena aku merasa masih memiliki semangat, aku sadar melakukan semuanya tanpa paksaan dan untungnya aku melakukan semua 'beban' ini dengan perasaan senang. Ketika aku harus bangun jam 3 demi mempersiapkan bekal dan segala keperluan keluarga sebelum berangkat bekerja aku juga senang saja karena menerimanya sebagai salah satu bagian ibadah bekal hari akhir, ketika aku harus menggunakan motor menuju kantor one way 45 KM i am happy, karena sepanjang jalan bisa mengirimkan do'a, bershalawat dan melihat pemandangan jalanan yang membuat aku penuh rasa syukur, pun ketika semua teman worry melihat aku harus menerabas hujan tapi bagiku ini menyenangkan karena aku bisa merasakan tetesan hujan dan dinginnya air which is nggak setiap saat bisa dinikmati. Memiliki suami yang menurut orang "lu kok mau sih?" tapi aku memang bersyukur memiliki dia sebagai suami. Tapi benarkah aku baik-baik saja?

Isu Kesehatan Jiwa dan Inner Child

Aku suka dengan isu kesehatan jiwa dan karenanya suka menonton film atau drakor dengan tema isu kesehatan jiwa. Dari semua film atau drama aku menarik satu benang merah bahwa kesehatan jiwa ini erat kaitannya dengan masa kecil atau yang kerap disebut inner child. Luka batin begitu kerap kita sebut, dan ini tak lepas dari pola asuh orang tua. Bila aku mengingat masa kecilku memang benar ada hal-hal yang tak menyenangkan, namun aku memilih menyingkirkannya karena toh aku punya kenangan baik juga, nggak semuanya kenangan masa kecil itu luka. Karena aku mampu menghalaunya aku merasa kuat, aku merasa bahwa hidupku bahagia dan baik-baik saja. Seiring waktu aku anak nomor dua dari 6 bersaudara melihat ada yang berbeda dengan abang dan adik-adikku dan kalau bisa ku bilang mereka mengalami inner child, ada luka masa kecil yang tak mampu dihalau dan dipicu dengan berbagai faktor kehidupan pada akhirnya membentuk karakter masing-masing dan beberapa yang tertanam adalah hal-hal luka di masa kecil kami. Lantas benarkah aku yang mengaku mampu melepas inner child baik-baik saja?

Abangku dan Skizofrenia

Aku memiliki seorang Abang, pintar banget dan membuat aku menjadi followernya. Apa yang abangku kisahkan selalu membuat aku takjub, terbukti hingga menyelesaikan pendidikan S2 bisa lulus lebih cepat dari kebanyakan dengan nilai sempurna. Pernikahannya tak berjalan lancar, setelahnya aku merasakan ada yang berubah pada dirinya. Aku merasa ada yang aneh namun ketika mendiskusikan dengan Mamak Papa tak ada yang percaya, yah karena dia biasa saja dan terlihat normal tapi aku adik yang akrab dengannya merasakan ada yang beda.

Suatu hari Mamak menelepon ketakutan, Mamak merasa terancam oleh Abangku, saat itulah Mamak mengakui apa yang aku risaukan benar adanya. Lantas bagaimana membawa abangku menemui ahli? Tak mudah karena dia merasa baik-baik saja, saat itu Abang emosi begitu penjelasannya padaku lewat telepon. Sekali dua kali ucapan 'ngaconya' aku aminkan, namun selanjutnya aku memberanikan diri membantah dan sejak itu mulai Abangku bisa merasakan bahwa dirinya aneh dan bersedia diajak menemui ahlinya. 

Abangku di vonis Skizofrenia paranoid, kata dokter apa yang dilakukan abangku hanyalah bentuk pertahanan dirinya karena dia merasa diawasi, dia curiga kami akan melukainya. Misal ketika aku memberi makanan dan setelahnya abangku akan menduga aku meracuninya, ketika Mamak sekedar mengecek keadaannya dia curiga akan dibunuh sehingga yang bisa dia lakukan adalah marah dan melawan demi melindungi dirinya. Dalam banyak pertemuan penyebabnya adalah masa-masa abangku di pondok, ternyata dia banyak mengalami hal tak mengenakkan dan pertemuan singkat dengan keluarga yang terjadi hanya setahun sekali (pondoknya jauh banget dan libur panjangnya ya setahun sekali saja) tak sempat membuat dia bercerita deritanya, ditambah sewaktu kecil juga pernah cidera di kepala, pemicunya pernikahan yang gagal, semua faktor ini mengantarkan abangku pada diagnosa Skizofrenia paranoid, kabar baiknya tergolong masih ringan sehingga abangku masih punya fungsi intelektual bahkan kalau kalian senang debat pasti wow mendengarkan abangku yang senang baca banyak buku politik dan penampilannya juga biasa saja nothing special, looks normal pokoknya.

Waham dan Skizofrenia

Akupun jadi mengetahui dalam gangguan kejiwaan khususnya Skizofrenia terdapat  istilah waham. Menurut penjelasan dokter saat itu waham ini seperti sebuah keyakinan yang diakui penderita skizofrenia nah keyakinannya ini keukeuh dipertahankan meski nggak logis. Keyakinan ini tentu saja dipengaruhi faktor pengalaman hidup, misal seperti abangku dia suka politik jadi isu seputaran politik deh. Sometimes abangku menganggap aku tuh punya kuasa padahal akutuh nggak sehebat dalam pemikirannya. Mengapa bisa waham? kata dokter karena punya ekspektasi tinggi namun tidak terealisai, nah kategori abangku waham kebesaran jadi mikirnya dirinya dan orang sekitarnya tuh hebat padahal kami biasa-biasa saja. Muncullah rasa kecewa ketika aku nggak bisa mewujudkan keinginannya jalan-jalan dengan uang saku puluhan juta, ya kadang emosi sih ngadepinnya hehe makanya kata dokter yang jaga memang harus sabar.

Bagaimana kondisi abangku? sampai saat ini alhamdulillah baik-baik saja, minum obat setiap hari dan itu tampaknya untuk menahan emosi dan pikiran liarnya. Yang kami lakukan hanya mensupportnya, sebisa mungkin tidak menciptakan obrolan yang membuatnya kesal, berusaha memahami obrolannya dan yang pasti selalu meneleponnya sekedar menanyakan kabar dan berkisah kegiatanku.

Takut Bertemu Psikolog

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun