Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mas Menteri Jangan Ngaco, PJJ Gak Cocok di Indonesia

6 Juli 2020   20:20 Diperbarui: 30 Juli 2020   00:09 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Canva Edited by ulihape

Banyak orang tua aliran home schooling mendukung pernyataan Mas Menteri terkait akan menetap PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) setelah pandemi selesai.

Kata mereka fitrahnya pendidikan itu dimulai dari keluarga jadi guru hanya mensupport, mungkin tak salah sepenuhnya. Tapi memang sangat sulit untuk bisa merasakan ketakmampuan orang lain sudah biasa kita menilai orang lain dengan kacamata kita sendiri tanpa mau mencari tahu kenapa orang tak mampu seperti kita?

Di lingkaranku penganut home schooling rerata adalah mereka yang punya ekonomi middle up, selain bisa mendampingi penuh, mereka mampu memfasilitasi anak-anak dengan berbagai teknologi minimal ada laptop, internet dan berbagai perlengkapan mendukung minat anak.

Mas Menteri Main Ke Tangerang Yuk!

Dulu saat saya bisa kuliah ke IPB tingkat awal saya menangis karena merasa bodoh dan tak tahu apa pelajaran yang dibahas Dosen, saya heran melihat teman-teman saya  berlomba memberikan jawaban padahal itu hanya pelajaran Matematika Dasar . Mereka anak dari pulau Jawa, sementara saya murid pilihan dari salah satu daerah di Sumatera Utara tapi saya baru mengetahui sebegitu timpangnya pendidikan kita. Saya sama sekali gak paham karena memang tak pernah mendapatkannya saat sekolah, bayangkan saya sampai harus les matematika demi mengejar ketertinggalan saya. Itu baru satu mata pelajaran Mas Menteri.

Beberapa waktu lalu saya pernah bercerita bahwa saat dimulainya PJJ awal pandemi bahkan sampai sekarang banyak sekolah yang terpaksa berhenti total pembelajarannya karena terkendala teknologi dan jarak. 

Gak usah cari data sampai ke timur, Mas Menteri cukup main ke Tangerang atau Wilayah Banten ujung biar tahu kondisi real pendidikan Indonesia.

Anak saya sekolah di sekolah swasta, SPP nya gak murah juga dan Yayasan punya program anak asuh di tiap-tiap kelas. Di kelas anak saya pun demikian ada satu anak dari keluarga tak mampu sebut saja namanya Y, diasuh yayasan supaya bisa tetap bersekolah.

Tiba-tiba WA wali kelas mengejutkan kami semua, beliau menanyakan apakah ada yang mengetahui keberadaan orang tua Y karena ternyata sejak pandemi Y tak pernah menyetor tugas. Guru sudah mencoba menghubungi nomo telepon yang biasa dihubungi namun tak aktif.

Atas inisiatif walas akhirnya mendatangi rumah Y dan benar saja ternyata hp sudah dijual buat menyambung hidup. Akhirnya secara bergantian kami mengantarkan tugas ke Y dan seminggu sekali akan dijemput untuk diserahkan ke guru.

Betapa sedih hati ini ketika mendatangi Y, wajahnya menatap sedih dan semua tugas gak ada yang diselesaikan. Ketika ditanya kenapa? Jawabannya "Tak ada yang mengajari saya". Ya rab..bagaimana ibunya? Duh Mas Menteri mungkin di Singapura gak pernah dengar ya ada orang tua yang buta huruf? Itulah yang dialami ibu Y, gak bisa baca dan gak tahu juga mau membantu anaknya menyelesaikan tugas.

Lantas sekarang Mas Menteri punya wacana PJJ mau dipermanenkan? Jangankan Ibu Y, saya saja gak mampu! Saya masih harus bekerja Mas buat mencukupkan kebutuhan keluarga. Saya juga gak punya ilmu mentransfer segala pengetahuan. Ada banyak anak yang manut sama omongan orang lain daripada orang tuanya, itulah mengapa saya mengirim anak saya ke sekolah.

Tolong kaji ulang wacana PJJ menjadi permanen, tolong jangan bunuh impian anak asuh seperti Y. Hanya dengan tatap muka di sekolahlah Y punya kesempatan mendapatkan ilmu, karena tak semua orang tua punya kemampuan seperti Mas Menteri.

PJJ akan membuat anak-anak tak memahami keberagaman, PJJ akan membuat anak tak merasakan persaingan (lah kan aturan Mas Menteri toh semua.murid harus naik saat pandemi kemarin?), PJJ akan membuat anak egois karena minim sosialisasi.

Tolong turun ke lapangan untuk melihat kondisi real pendidikan, udah gak zamanlah Menteri kaget mendapati ada desa yang gak ada listrik. Gunakan powermu untuk dapatkan data berapa persen sih wilayah yang sudah dialiri listrik dan internet, gunakan kuasamu buat datang ke daerah pelosok. Please stop bicara teknologi disaat masih ada orang tua yang buta huruf.

Jangan lagi bilang kaget masih ada orngtua yang buta huruf, kerjaan menteri bukan untuk kaget!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun