Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Dulu Aku Si Penerima Salam Tempel, Kini Aku Si Pemberi Salam Tempel

11 Juni 2018   06:08 Diperbarui: 11 Juni 2018   07:35 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potonya dari pegipegi.com, edited by me

Sebentar lagi sudah mau lebaran, trus kalian sudah siapkan amplop kecil untuk salam tempel ? Aku bahkan sudah membagikan salam tempel buat keponakan dari pihak suami karena kami mudik lebih awal ke Palembang tahun ini. 

Tradisi Salam Tempel memang kerap dijumpai disaat lebaran, aku mungkin salah satu generasi salam tempel. Sejak kecil di setiap lebaran aku akan bahagia bila mamak membelikan baju yang ada bonus dompetnya, atau bahkan mamak membelikan dompet baru untuk aku isi dengan uang hasil salam tempel. 

Salam tempel pertama tentu aku terima dari mamak dan papa, bahagia banget dapat uang baru, dengan sumringah aku memasukkannya ke dalam dompet, dengan percaya diri bersama teman menghampiri pedagang mainan dan membeli mainan incaran dengan uang salam tempel. 

Bila ada tamu maka bersiaplah menerima salam tempel, sudah tradisi si tamu sudah menyiapkan salam tempel bagi si empunya rumah. Tradisi salam tempel bukanlah ajaran sesat, salam tempel adalah sebuah tradisi kebahagiaan berbagi.

Beberapa hari lalu ada yang share mengenai salam tempel, kira-kira isinya bilang supaya kita jangan mengajarkan anak menjadi peminta. Yup! Itu poinnya jangan ajarkan anak meminta, so sebagai orang tua jangan pernah juga bilang ke anak 'eh ntar om Mark mau kesini, ntar minta ya salam tempelnya sekian'. 

Tradisi adalah sebuah kebiasaan yang hadir spontan tanpa harus ada aksi. Tapi untuk salam tempel sih aku yakin enggak ada orang tua yang mengajarkan anaknya jadi peminta. Salam tempel adalah hal yang terjadi di banyak budaya. Bahkan di keluargaku salam tempel itu bukan hanya saat lebaran, ketika aku berprestasi juga diberi salam tempel atau ketika ulang tahun ku.

Salam tempel orang Tiongha terjadi ketika imlek dan ada aturannya bahwa yang berhak menerima adalah anak-anak dan orang dewasa yang belum menikah. Jadi dulu waktu aku kerja di sebuah perusahaan dengan bos orang tiongha maka aku bahagia banget tuh enggak merid hahaha karena pasti kebagian salam tempel 'angpao'. 

Bahkan di Mesir pun ada juga kok tradisi salam tempel seperti kita kalao enggak salah namanya 'Eidya', selain anak-anak, orang dewasa yang belum menikah maka adik perempuan pun berhak menerima salam tempel dari kakak lelakinya.

Aku pribadi juga masih meneruskan tradisi ini, jauh hari sudah menyiapkan amplop, menyiapkan uang pecahan baru untuk dibagikan kepada sanak saudara. Aku generasi salam tempel dan yang aku pelajari adalah makna berbagi nya bukan meminta. 

Momen lebaran adalah momen yang pas untuk berbagi, sanak saudara jauh pun bisa berkumpul di kala lebaran, rezeki juga saat lebaran menjadi double karena THR, lantas apa ruginya memberi sedikit kepada sesama. 

Seringnya salam tempel berbalas salam tempel dan aku jujur ya biasanya kalau bisa dibilang dapatnya lebih dari modal yang dikeluarkan hehe. Jadi karena pengalaman itulah aku selalu berbagi salam tempel soalnya enggak ada ruginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun