Mohon tunggu...
Ulfie Hasanie
Ulfie Hasanie Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru SD

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rendahnya Membaca di SD: Siapa yang Bertanggung Jawab di Balik Kegagalan Ini?

15 Oktober 2024   14:57 Diperbarui: 15 Oktober 2024   15:03 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah kemajuan zaman dan akses informasi yang semakin meluas, masalah kemampuan membaca di tingkat Sekolah Dasar (SD) menjadi isu yang patut diperhatikan. Banyak siswa yang tidak dapat membaca dengan baik, bahkan setelah beberapa tahun belajar. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran di masyarakat, karena kemampuan membaca adalah fondasi penting bagi pembelajaran di jenjang selanjutnya.

Gambaran yang Terjadi di Masyarakat

Di berbagai daerah, fenomena siswa yang tidak bisa membaca ini bukanlah hal baru. Menurut laporan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sekitar 20% siswa kelas 3 SD di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam membaca (Kemdikbud, 2020). Hal ini menjadi isu serius, mengingat kemampuan membaca berhubungan langsung dengan keberhasilan akademis dan pengembangan keterampilan lain di masa depan.

Keluarga dan masyarakat sering kali berperan dalam mendukung pendidikan anak. Namun, banyak orang tua yang mungkin tidak memiliki waktu atau sumber daya untuk membantu anak mereka belajar membaca di rumah. Selain itu, banyak sekolah yang kurang mendapatkan perhatian dalam hal fasilitas dan metode pengajaran, sehingga berdampak pada kualitas pendidikan.

Faktor Penyebab

  1. Metode Pengajaran: Banyak guru mungkin tidak mendapatkan pelatihan yang memadai tentang metode pengajaran membaca yang efektif. Menurut penelitian oleh Gentry (2019), metode pengajaran yang kurang variatif dapat menyebabkan siswa kesulitan untuk terlibat dalam proses belajar membaca.
  2. Kurikulum yang Padat: Kurikulum yang terlalu padat sering kali mengabaikan penguasaan keterampilan dasar. Siswa perlu waktu yang cukup untuk memahami dan berlatih membaca. Hal ini sesuai dengan temuan oleh Ahmadi (2021), yang menunjukkan bahwa fokus yang berlebihan pada pencapaian akademik dapat mengorbankan penguasaan keterampilan dasar.
  3. Dukungan di Rumah: Lingkungan rumah yang tidak mendukung, seperti kurangnya akses ke buku atau orang tua yang sibuk, bisa berkontribusi pada masalah ini. Penelitian oleh Hart dan Risley (1995) menunjukkan bahwa interaksi verbal di rumah berpengaruh besar pada perkembangan keterampilan bahasa anak.
  4. Faktor Individual: Beberapa siswa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda dan mungkin memerlukan pendekatan yang lebih personal. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan kesulitan belajar tertentu sering kali tidak terdeteksi hingga mereka mengalami kesulitan yang lebih serius (Lyon, 2001).

Opini Mengenai Pendidikan dan Penggunaan HP

Selain faktor-faktor di atas, penggunaan HP yang tidak terkelola juga berperan dalam menurunnya motivasi belajar anak. HP sering kali menjadi sumber distraksi, di mana anak-anak lebih tertarik pada permainan atau media sosial daripada membaca. Ini menunjukkan pentingnya peran orang tua dalam mengatur penggunaan teknologi dan memastikan anak-anak tidak kehilangan fokus pada pendidikan.

Penting untuk dicatat bahwa banyak orang tua yang masih memandang pendidikan sebagai tanggung jawab utama sekolah. Mereka mungkin berpikir bahwa pendidikan karakter dan keterampilan dasar hanya dapat diajarkan di sekolah. Padahal, pendidikan itu adalah kolaborasi antara sekolah dan rumah. Orang tua harus lebih aktif terlibat dalam proses pendidikan anak, menanamkan nilai-nilai seperti disiplin dan tanggung jawab, serta menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.

Solusi yang Harus Dipahami

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Beberapa langkah yang bisa diambil untuk memperbaiki keadaan ini meliputi:

  1. Pelatihan untuk Guru: Investasi dalam pelatihan guru untuk menguasai metode pengajaran membaca yang efektif sangat penting. Sekolah dan pemerintah perlu bekerja sama untuk memberikan pelatihan yang memadai.
  2. Kurikulum yang Seimbang: Perlu ada revisi kurikulum agar lebih seimbang, memberikan waktu yang cukup untuk penguasaan keterampilan dasar. Fokus pada pengembangan keterampilan membaca seharusnya menjadi prioritas.
  3. Peningkatan Dukungan di Rumah: Orang tua perlu dilibatkan dalam proses pendidikan. Program yang memberikan panduan kepada orang tua tentang cara mendukung anak dalam belajar membaca dapat sangat membantu.
  4. Menyediakan Sumber Daya: Sekolah harus dilengkapi dengan buku-buku bacaan yang cukup dan bervariasi. Kemudahan akses ke buku akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berlatih membaca lebih banyak.
  5. Pendekatan Individual: Identifikasi siswa dengan kebutuhan belajar khusus dan berikan pendekatan yang lebih personal. Program intervensi dini sangat diperlukan untuk membantu siswa yang kesulitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun