Mohon tunggu...
ULFA KHAMIDAH
ULFA KHAMIDAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka mendengarkan musik,membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sarah dan Dante

12 September 2022   10:06 Diperbarui: 12 September 2022   10:33 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Camar menari di atas nabastala, hilir danau tampak damai laiknya teduh rimbun dalamgulungan awan yang kini kian jingga oleh lembayung dari ufuk pengantar senja. 

Aku menitipandang, lagi-lagi hari ini bersemuka dengan seorang tuan berperawakan semampai yangduduk diam di sisi bangku tepat pada halaman Chteau de Chillon ; kastil tua. Entah, sepertinyasemesta sengaja mengatur alur tak terduga. Sebuah awal dari sapa, sebatas intro biasa namuntidak disangka berujung romansa.

"Indah betul ya senja yang kian terganti oleh purnama?" lirih, aku gumamkan itu di sisinya.

Sebelum dia terkekeh kecil, memberi sorot abstrak namun terisrat asmaraloka.

"Saya tidak memuji senja, saya selalu duduk di sini untuk mendamba seorang wanodya."

"Seorang wanodya? Siapa itu?" keningku berkerut, ada nada penasaran yang terlarut dalamintonasi kata.

"Kamu."

Ah, lagi-lagi konsonan harap pada jagat raya bermain menghampiri benak manusia. Sejak detikitu, aku : Sarah Gouw, total dikejar mati-matian oleh pemilik daksa bidang berbahu lebar yangdiketahui asmanya Dante Stanislav tanpa kenal lelah atau putus asa. Sekalipun aku acuh,bahkan beberapa waktu menunjukkan sisi lugas yang condong dianggap sebagian orang sepertigalak di depan dia. Sayangnya, dia tidak pernah menyerah barang sedetik saja.

"Sarah!"

"Apa lagi sih?" bersungut, Dante tidak goyah akan ekspresi yang aku buat sedemikian rupabegitu galak dengan intonasi cetus lantang.

"Saya mau bilang, surai sebahumu itu kian hari semakin buat saya terpesona," tukasnya, yangtentu saja mana tahan aku menyembunyikan rona menjalar sampai ke telinga. Bukan hanyasekali atau dalam kurun hitungan jari, Dante tidak letih datang demi mengais afeksi ataumemberi bingkis manis dalam keranjang rotan dengan pita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun