Awan tebal bergumpalan keabu-abuan masih menyelimuti bumi, rintik-rintik air hujan tidak sedetik pun berhenti. Sudah seminggu ini hujan membasahi kawasan Tijeangi.Â
Dela hanya bisa memandang keluar dari jendela kamarnya dengan tatapan kosong. Di dalam hatinya masih terlintas ucapan ibunya agar dia tidak membeli barang kesukaanya yang diimpikannya sudah sejak minggu kemarin hanya karena keinginan adiknya yang jauh lebih dipentingkan oleh ibunya.Â
Sudah seminggu juga Dela mogok berbicara dengan ibunya. Apalagi pada saat berpas-pasan, Dela malah membuang wajahnya. Ibunya hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laku Dela.
"Huh,, ibu memang tidak adil dengan ku" gerutu Dela dalam hati. Perasaan kesalnya semakin menjadi ketika adiknya malah mengejeknya. Beno, adikku selalu dibelikan apapun permintaannya.
Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Ibuku yang seorang penjahit yang kadang hanya sedikit menerima pesanan dari pelanggannya. Ayahku seorang buruh yang tidak tentu penghasilannya. Sekarang aku duduk dikelas lima SD sedangkan adikku, Beno namanya duduk dikelas empat SD. Kurasa ibuku selalu hanya memikirkan adikku tapi tidak untuk ku.
Hari itu pulang sekolah aku dicegat oleh sahabatku, Ani. Ani mengajak ku untuk menemaninya pergi membeli buku kesukaanya yang diceritakanya kemarin. Setelah ketoko buku kami memasuki toko sepatu. Toko sepatu itu lumayan besar, berbagai macam sepatu lengkap. Mulai dari sepatu anak-anak hingga dewasa. Tetapi toko ini hanya menyediakan untuk koleksi perempuan saja. Ruangan toko ini dipenuhi cat tembok yang berwarna pink berpadu biru muda.
Begitu banyak sepatu-sepatu cantik yang terpajang berjejer rapi. Mata ku tertuju pada satu sepatu, yang begitu cantik sekali. Warnanya pink lembut, dengan paduan putih dipinggirnya. Diatas sepatu itu terdapat bentuk seperti permen kecil, mirip sekali dengan permen yang di bungkus ujung kanan dan kirinya.
"Waah..indah sekali sepatu permen ini! "gumamku dalam hati.
Dela mengelus-elus sepatu yang dipegangnya itu. Dia pun seperti bermimpi untuk memakai sepatu itu. Kemudian lamunannya disadarkan oleh Ani.
"Dela, sedang apa kamu di situ, ayo kita pulang hari sudah sore. Nanti dimarahin ibu mu."seru Ani menyadarkan lamunan Dela.
Sontak Dela pun kaget dan dengan segera dikembalikannya sepatu itu. Tapi tidak lupa dia melihat harga sepatu itu dan dia pun agak sedikit kecewa ketika melihat harganya yang lumayan mahal. Sesampainya dirumah ibunya sudah menunggu. Dela hendak ingin menyampaikan keinginannya tetapi dia batalkan niat nya.