Mohon tunggu...
Uleng Tepu
Uleng Tepu Mohon Tunggu... -

Terdiam

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pada Sebuah Awal, Kita Usai

1 Agustus 2012   03:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:22 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada bisu yang paling senyap mencipta jarak antara kita. Menghadirkan beku. Kau-aku tak lagi mampu menghalau dinginnya sunyi, meski dengan segala benang keriangan yang telah terpintal. Kabut telah terlalu tebal mengukir jeda pada jemari kita yang dulu saling bertaut. Kini, kita berada di persimpangan. Langkah kaki kita tak lagi ingin saling beriringan. Kedua lengan kita pun enggan bertukar peluk.

Hutan kenangan milik kita pelan-pelan meranggas. Tak mampu bertahan di bawah terik pedih yang paling perih. Kita tak butuh hujan, sebab air mata telah menyuburkan luka pada batang-kenang yang pernah ditanam ingatan juga hati kita. Kau telah memelihara luka, aku merawat pilu. Luka karenaku, pilu karenamu.

Jalan yang kita tempuhi baru sepenggalah, di depan masih berliku. Namun, kita memilih berpisah di sini. Pada sebuah simpang dua, kita mengeja selamat tinggal. Sebentar lagi punggung kita akan saling menatap, lalu berjauhan. Meninggalkan lengang yang panjang.

Ada bisu yang paling senyap kala tubuh kita bersisian, lalu telapak kaki kita berjalan menuju arah yang berbeda. Kita telah memilih akhir untukmemulai aku-kamu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun