Mohon tunggu...
Ulan Hernawan
Ulan Hernawan Mohon Tunggu... Guru - I'm a teacher, a softball player..

Mari berbagi ilmu. Ayo, menginspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Menjadi Atlet, Sekedar Hobi Atau Profesi?

15 September 2017   21:10 Diperbarui: 15 September 2017   21:59 5985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[Foto: dokpri. Rani Fitriya/tenis]

Menjadi Atlet, Sekedar Hobi Atau Profesi? [Sebuah Catatan]

Tidak dipungkiri setelah 72 tahun merdeka perkembangan olahraga di Indonesia masih tergolong rendah. Jalan terjal para atlet Indonesia tak pelak penuh liku dan prahara. Meskipun, infrastuktur dan fasilitas olahraga sudah berkembang jauh lebih baik di kota dan di daerah, namun kualitas atlet masih belum maksimal. Tentunya akan menjadi sebuah ironi, apabila fasilitas sudah lengkap, namun untuk mendapatkan atlet yang berkualitas cukup sulit dan berbelit.

Di Indonesia, menjadi atlet tak semudah yang dikira oleh sebagian besar orang. Banyak yang beranggapan bahwa menjadi seorang atlet hanya sekedar latihan, tanding, dan juara. Apabila tidak ada prestasi, maka hanya makian dan cibiran yang datang menanti. Padahal sebenarnya bukan itu saja. Bila dipandang dari sisi atlet, banyak sekali faktor yang mendorong atau menghambat keberhasilan atlet. 

Salah satu faktor mendasar adalah "motivasi" atlet. Sebagian besar atlet olahragawan, memulai karir mereka dari sekedar hobi berolahraga. Entah dimulai dari sejak dini, atau atlet "ketemu gede". Sangat sedikit sekali mereka yang benar-benar menjadikan atlet sebagai profesi dari awal semenjak mereka bergelut dengan olahraga tersebut. 

Hal ini karena di Indonesia menjadikan atlet sebagai profesi masih jauh dari kata sejahtera. Bila dibandingkan dengan negara maju atau negara yang menaruh prioritas pada olahraga, (seperti Amerika, Inggris, Jepang, China), mereka memberikan ruang bahwa atlet adalah profesi yang layak untuk dihargai secara profesional dan merupakan aset berharga. Gaji yang tinggi melebihi gaji direktur, fasilitas kualitas nomor satu, asuransi serta kontrak mahal adalah hak atlet yang mereka dapat. Itu karena menjadi atlet di negara tersebut adalah profesi, bukan lagi sekedar hobi. 

Dilema di Indonesia, menjadikan atlet sebagai profesi masih belum menjamin masa depan sang atlet. Bahkan, tidak sedikit motivasi menjadi atlet hanya karena ingin bekerja dalam satu perusahaan. Atau, menjadi atlet daerah, supaya bisa diangkat menjadi pegawai negeri karena prestasinya. Jadi, ada tujuan lain dibalik hobinya. Hal tersebut sah-sah saja, namun esensi menjadi atlet menjadi sedikit berkurang. 

Banyak atlet-atlet Indonesia yang memiliki kerja sampingan, karena gaji atlet tak cukup untuk menghidupi kebutuhan keluarga. Banyak juga yang mundur dari dunia atlet, karena harus fokus bekerja. Banyak juga yang masih bertahan dengan dana swadaya dan sukarela. 

Yang lebih ironi lagi, di Indonesia masih banyak masalah-masalah di tingkat pusat dan di daerah tentang pembinaan, administrasi, manajemen serta konflik anggaran yang dari dulu tak ada ujungnya. Hal ini semakin menghambat motivasi menjadikan atlet sebagai profesi utama. 

Ada baiknya, pemerintah dan negara mulai mempertimbangkan kesejahteraan para atlet dengan lebih bijaksana dan adil. Ini demi jangka panjang prestasi atlet Indonesia dalam ajang olahraga internasional. Bila atlet di daerah maju dan sejahtera, motivasi mereka untuk berprestasi bersaing dengan negara lain akan lebih terpacu. Karena perjuangan atlet baik di daerah atau nasional lebih berat ketimbang masyarakat pada umumnya. Salam Olahraga!

Ulan Hernawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun