Mohon tunggu...
Humaniora

Selamat Jalan Sahabatku Janter Sirait SE, Anggota DPRD Sumut

13 Februari 2017   13:57 Diperbarui: 13 Februari 2017   14:08 1744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadi pagi sekitar pukul 07.00 WIB, HP saya berdering ketika saya masih di tempat tidur. Langsung saya angkat dan langsung bicara : Halo lae, sahabat kita Janter Sirait sudah meninggal dunia . Ini  saya Pangihutan Siagian “, begitu suara dari seberang telepon. Saya seperti gak percaya, kaget, sedih dan bercampur segala rasa. Pangihutan yang juga mantan anggota DPRD Sumut itu sempat cerita, bahwa Janter Sirait sudah 2 minggu dirawat di RSPAD Jakarta Pusat karena usus buntunya bermasalah.

                Ya, saya bukan saja kaget, saya benar-benar merasa kehilangan seorang sahabat yang jujur dan cerdas. Janter Sirait sudah saya kenal dan kompak sejak tahun 1995 sebelum reformasi, Di antara kami dua hari itu hampir tiap hari sama, minum kopi di Koktong Jalan Cipto atau Sedap Jalan Sutomo Pematangsiantar serta berdiskusi tentang banyak hal.. Putra kelahiarn Bah Halat Hutabayu Raja 63 tahun lalu ini  aktif sebagai pengurus dan kemudian menjadi Ketua Kadin Simalungun dan saya diangkatnya sebagai salah seorang anggota Dewan Pertimbangan.

                Hampir tiap hari ada saja ide dari kami maing-masing. Kami sering buat diskusi bertema sosial dan politik dengan mengundang sejumlah tokoh di siantar-Simalungun. Ketika itu saya kebetulan Sekretaris PIKI (Persatuan Intelegensia Kristen Siantar Simalungun) membuat kegiatan diskusi di Kantor PIKI yang diketuai Dr Sarmedi Purba. Dia beberapa kali menjadi nara sumber.Janter Sirait memang cerdas, banyak belajar dan cepat menguasai permasalahan, bahkan selalu kritis terutama menyangkut kebijakan pemerintah dan keadilan sosial.

                Berikutnya kami mendirikan sebuah LSM Forum Aksi Reformasi Pemberdayan Masyarakat (FARPEM) dengan Ketua Janter Siratit SE, Sekretaris Drs Ulamatuah Saragih dan Bendahara Piliaman Simarmata SH. Melalui LSM ini kami berhasil memperjuankan pembebasan lahan  eks HTI STTC di Hatdonduhan seluas 740 ha dikembaikan kepada masyarakat dan kini sudah diusahai rakyat, walau sampai hari ini kami tidak ikut kebagian sebagai balas jalasa sesuai perjanjian. 

Masalahnya masyarakat  berebut, dulu ketika berjuang lebih kurang 15 tahun lalu hanya sekitar 170 kk, setelah behasil yang membagi lebih dari 300 kk. Kami ikhlas bersama Edy Ramli Sitanggang SH ( mantan angota DPR RI) dan Anton Sihombing (anggota DPR RI), telah banyak mengeluarkan tenaga dan pikiran bahkan materi dalam rangka mengembalilan hak-hak rakyat. Demo berkali-kali baik di DPRD Simalungun, Sumut bahkan sampai ke Jakarta.

                Terlalu banyak kenangan saya dengan Janter Sirait. Ketika masa reformasi tahun 1998, kami berdua sebagai pengurus Farpem dan juga kebetulan dosen di Univ Smalungun langsung memimpin massa dan mahasiswa berdemo ke DPRD Pematangsiantar, sebagai turut berjuang  dalam reformasi lengsernya rezim Orde Baru Suharto pada 20 Mei 1998. Gerakan ini sekaigus mengkader sejumlah adek-adek aktivis di Siantar Simalungun ketika itu.

                Janter Sirait memang dikenal vokal dan tegas bersikap. Dulu dia adalah seorang PNS di Dinas Perhubungan, tapi karena merasa tak cocok memilih keluar, dan masuk jadi dosen di USI dan bergabung dengan dunia usaha. Berikutnya kami berdua, memasuki dunia politik . Tahun 1999 dia terpilih jadi Sekretaris Golkar Kabupaten Simalungun dengan Ketua Syahmidun Saragih, Wakil Ketua Pangihutan Siagian, Bendahra Ir John Hugo Silalahi dan Wakil Sekretaris Drs Ulamatuah Saragih beserta sejumlah teman-teman lainnya. Begitulah akhirnya, Janter Sirait memulai karir hingga terpilih menjadi angota DPRD Simalungun (dua periode) dan anggota DPRD Sumut dua periode dan sempat menjadi Ketua DPD Partai Simalungun.

                Dengan memakai kenderaan  Golkar ketika itu, kami berhasil mengantarkan Ir John Hugo Silalahi menjadi Bupati Simalungun 2000-2005, yang ketika itu sangat seru walau masih dipilih di DPRD Simalungun.

                Secara pribadi, saya begitu dekat dengan Janter Sirait.Setelah Janter Sirait menjadi angota DPRD umut dan tinggal di Medan, Walau  tak sama lagi tiap hari tapi selalu komunikasi lewat HP. Dia sangat mengerti saya. Kalau tak jumpa agak lama, sering telpon : “ Idia lae, naso marhepeng do lae, roh lae tu Lapangan Bola ( rumahnya), adongsiibagian dison “, katanya sering, dan memang begitu saya datang langsung cair dan jumlah yang lumayan bagi saya. Sebaliknya juga saya merasakan, dia begitu perhatian, kapanpun saya telepon pasti diangkat.

                Saya tahu peris kepribadiannya, tergolong bersih. Ketika sejumlah anggota DPRD Sumut dipanggil KPK beberapa bulan yang lalu, saya masih telepon Janter menanyakan apakah dia juga bakal terlibat bagi-bagi dana dari Gubsu Gatot Pujonugroho. “ Ah, sahira na so porsea do lae tua au, idia olo au lae hepeng si singoni. Dang tarlibat au lae ( aku gak telibat dalam kasus itu lae), begitu kata Janter Sirait menjawab saya, dan saya yakin itu.

                Dan memang saya percaya dengan itu. Janter Sirait hidup dengan sederhana bersama istrinya Boru Simbolon dan anak-anaknya yang semua sukses dalam sekolah/kuliah dan kerja. Dan itu selalu dibangggkanannya  . “ Tole ma lae asalma sehat-sehat, bagus-bagus akka beremi sude ( maksudnya anaknya), i do pasu-pasu i“, ujar Janter Sirait yang juga dikenal sebagai tokoh di Gereja Pentakosta itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun