Mohon tunggu...
uki bayusedjati
uki bayusedjati Mohon Tunggu... Freelancer - penulis

Pendidikan formal Kesejahteraan Sosial, maka disebut social work profesional, bergiat dalam berbagai kegiatan sosial budaya, termasuk mendirikan Teater Bulungan dan Teater YISC - masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, pada era 70 - 80-an. Mendalami penulisan kreatif dan bergabung di kancah kewartawanan, karenanya menggeluti penulisan skenario dokumenter, maupun mendalami seluk beluk produksi, dan menjadi sutradara audio-visual. Puluhan karya diolah-garap bersama rumah-rumah produksi yang mendapat order dari berbagai lembaga pemerintah maupun swasta. Sekarang dalam posisi sebagai free lancer acapkali diminta menjadi instruktur di lembaga pelatihan pengembangan diri dengan materi Steps to Open Mind, serta pengasuh AMO, Amanah Majalah Online.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mensiasati "Kursi-Kursi" Lonesco

14 November 2019   21:45 Diperbarui: 14 November 2019   21:44 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pentas Teater Satu -- Lampung

Ini kisah sepasang lelaki perempuan yang sudah lanjut usia. Konon, mereka tinggal di suatu pulau -- dikeliling lautan -- jauh dari pantai. Bertahun-tahun. Maka merek  terjebak dalam rutinitas, kegiatan kehidupan yang diulang-ulang. Dari kamar tidur ke kamar tamu, dapur, jendela, kamar tamu, beranda, jendela, dan seterusnya, dari jam ke jam, hari ke minggu ke bulan ke tahun. Pagi ganti siang ganti sore ganti malam, ganti pagi.... mereka tenggelam di dalam rumah, padahal bumi terus beredar.

Pasangan suami-isteri itu mirip tahanan, bukan hanya rumah tetapi segala yang ada tak lebih baik dari kondisi penjara, membuat merekqa bingung, bego, linglung. Karena pengulangan itu membuat yang lelaki tak mampu membedakan apakah dia masih kanak-kanak, atau dewasa atau tua. Dalam satu kalimat: mereka menjalani siklus hidup bersama maut, mendekati kematian.

Dalam siklus yang terus berputar pasutri renta itu selalu mencoba menghadirkan pengalaman hidup masa lalu, sebagai tokoh, sebagai perwira, sosok yang dihormati meski lazimnya memiliki atasan jenderal bahkan kaisar. Mereka mencari cara untuk menciptakan kegembiraan sendiri, dengan menjadi badut, misalnya, ataupun tuan rumah yang ramah melayani tamu-tamu yang datang.

Dalam drama "Kursi-Kursi" karya Ionesco itu kita diminta menjadi saksi kisah pasutri yang menciptakan dunia ilusi agar mereka dapat melarikan diri dari dunia nyata alias eskapistik. Berhasilkah?

Penyangkalan ataukah Kejanggalan ?

Apakah Eugene Ionesco menulis naskah berjudul "the Chairs" atawa "Les Chaices" alias "Kursi-Kursi" juga sosok seniman yang eskapistik? Boleh jadi ini saling keterpengaruhan dengan seniman/filsuf pada jaman itu yang hadirkan kejanggalan atau sesuatu yang tidak rasional, sebagai drama -- yang lain dari kebiasaan dan kebisaan masyarakat.

Dicuplik dari internet, ada bahasan seperti ini. Ionesco adalah penulis naskah dan sutradara - dilahirkan di Rumania pada 26 November 1909, menetap dan kiprah di Perancis, dan meninggal pada 28 Maret 1994.. Ia adalah satu dari sedikit pendiri Theatre of Absurd - gerakan teatrikal pascaperang Prancis.

Absurdis -- begitu sebutannya - berbagi banyak ide dengan para filsuf eksistensialis, seperti  Kierkegaard, Albert Camus, Jean-Paul Sartre, Samuel Beckett, Jean Anoulih, Antony Artaud. Kaum eksistensialis percaya bahwa kondisi manusia di alam semesta tidak masuk akal --- di luar rasionalitas manusia --- dan karenanya tidak ada artinya. Hanya dengan berkomitmen untuk bertanggung jawab pada kebaikan yang lebih besar, pikir mereka, kehidupan bisa memiliki makna.

Tak hanya itu, pada saat yang sama menunjukkan bahwa mereka memiliki keterasingan lantaran hanya berkutat dan bergulat dengan pemikirannya sendiri dan menggenggamnya seolah persoalan itu hanya milik pribadi -- nyaris tak boleh dimiliki manusia lain di luar dirinya. Penyangkalan terhadap hidup berkehidupan dengan sesama mahluk. Padahal, mereka lahir dari rahim Ibunya berkat kerjasama dengan Bapaknya, artinya ada manusia-manusia lain dalam kehidupan bersama (baca: bermasyarakat)..  

The Chairs adalah sandiwara "tragis" absurdis karya Eugne Ionesco. Itu ditulis pada tahun 1952 dan debut pada tahun yang sama. Selain itu ia menulis naskah, di antaranya: "Badak-Badak,""Biduanita Botak,""Pemimpin,""Pelajaran,""Macbett."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun