Mohon tunggu...
Suar
Suar Mohon Tunggu... Guru - suka nulis tapi bukan penulis

Pria yang terlalu percaya diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malam Natal

26 April 2021   20:27 Diperbarui: 26 April 2021   21:05 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa yang kau inginkan di hari ulang tahunmu? Kue dengan lilin di atasnya atau kado merah jambu dengan pita merah?"

Jalanan di kota masih tertutup salju, sinterklas mengudara di gelapnya malam natal. London sedang mengalami pemadaman listrik, hal yang sangat jarang terjadi di negara ini. Dengan senter di kepala rusa, sinterklas tancap gas. Melejit seperti cahaya membuatnya terlihat seperti bintang jatuh, anak-anak yang melihatnya segera menggenggam kedua tangan mereka dan dalam hitungan tiga semua harapan terbang mengudara.

Di gubuk yang terjepit di antara dua apartemen yang tinggi, Merry sedang menatap salju dari jendela rumahnya. Ibunya sedang menyiapkan sup yang lebih layak disebut air tawar hangat, ayahnya yang berprofesi sebagai tukang lap sepatu masih belum pulang juga.

"Ibu, kenapa setiap natal hanya aku yang tidak menerima kado dari sinterklas?" Ujar Merry dengan dagu yang masih tertopang di kedua tangannya.

"Apa karena rumah kita tidak punya cerobong asap?" Imbuhnya karena tidak sabar.

Kali ini mata mereka bertemu, gadis sepuluh tahun itu biasanya tidak pernah serewel ini perihal kado. Ibunya hanya tersenyum, kemudian mengelap tangannya ke celemek yang ia gunakan. 

Dengan lembut ia mengusap rambut anaknya seraya berkata, "Akhir-akhir ini salju selalu turun begitu lebat, jalanan dan rumah tertutup oleh tumpukan salju. Sinterklas sudah tua, pandangannya pasti tidak jeli seperti saat masih muda, ditambah lagi salju yang turun pasti mengganggu jarak pandangnya. Bersabarlah, jadilah anak baik dan habiskan supmu." Merry tersenyum lebar dan mengangguk, ia kemudian duduk di meja makan dengan lahap ia menghabiskan air tawar hangat yang ibunya sajikan.

Di kepala Merry masih terbayang kado besar yang diinginkannya, selama ini dia menjadi anak baik dan penurut agar Santa sudi mampir dan memberinya kado.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun