Tanpa sadar, bunga itu terpampang jelas di sampul buku penuh dengan senyuman. Berbalut luka yang terasa di tangkainya. Akan tetapi, masih patuh pada takdir dirinya.
Begitu banyak kumbang yang coba hinggap pada kelopaknya. Tapi siapa sangka, hanya satu yang mampu menyerap manisnya suara sang bunga. Dan kutahu bahwa itu hanyalah pendusta
Siapa sangka coba, dia rela lepaskan aromanya hanya untuk kumbang yang hanya sebagai pengelana. Kumbang yang hanya kan hancurkan jiwanya dan kumbang yang kan matikan auranya. Datang, pergi, dan kan menghilang.
Terlalu pasrah bunga berikan cinta pada kumbang pengelana. Dan kini dia hanya bisa meratapi hidupnya, nikmati akhir dari keindahan pada lekuk tangkainya, dan nikmati warna yang mulai pudar pada kelopaknya.
Miris ku melihatmu merana. Semoga saja kan ada pengembara yang singgah selama tangkai bunga masih tegak menghadap cahaya matahari. Dan semoga itu adalah pengembara yang ucapkan bait-bait harapan ini.
Ditulis oleh : Ujang Priyanto
Jakarta, 5 November 2019