Mohon tunggu...
Ujang Priyanto
Ujang Priyanto Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Artefak perasaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sampul Bunga

5 November 2019   10:46 Diperbarui: 5 November 2019   10:52 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tanpa sadar, bunga itu terpampang jelas di sampul buku penuh dengan senyuman. Berbalut luka yang terasa di tangkainya. Akan tetapi, masih patuh pada takdir dirinya.

Begitu banyak kumbang yang coba hinggap pada kelopaknya. Tapi siapa sangka, hanya satu yang mampu menyerap manisnya suara sang bunga. Dan kutahu bahwa itu hanyalah pendusta

Siapa sangka coba, dia rela lepaskan aromanya hanya untuk kumbang yang hanya sebagai pengelana. Kumbang yang hanya kan hancurkan jiwanya dan kumbang yang kan matikan auranya. Datang, pergi, dan kan menghilang.

Terlalu pasrah bunga berikan cinta pada kumbang pengelana. Dan kini dia hanya bisa meratapi hidupnya, nikmati akhir dari keindahan pada lekuk tangkainya, dan nikmati warna yang mulai pudar pada kelopaknya.

Miris ku melihatmu merana. Semoga saja kan ada pengembara yang singgah selama tangkai bunga masih tegak menghadap cahaya matahari. Dan semoga itu adalah pengembara yang ucapkan bait-bait harapan ini.

Ditulis oleh : Ujang Priyanto

Jakarta, 5 November 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun