Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nganteuran, Tradisi Orang Sunda Menjelang Lebaran

18 Mei 2020   21:22 Diperbarui: 18 Mei 2020   21:23 3499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hidangan Lebaran (Sumber: idntimes.com)

Dalam hitungan beberapa hari lagi, lebaran Idul Fitri akan tiba. Dalam rangka memuliakan hari tersebut, beberapa masyarakat punya tradisi berbeda-beda untuk menyambutnya. Dalam lingkungan masyarakat sunda, dikenal tradisi ngenteuran, yang berarti setiap orang saling memberi makanan bagi tetangganya.

Dalam Bahasa sunda, nganteuran berarti mengantarkan. Ini tak lain diambil dari aktivitasnya dimana orang mengantarkan makanan hasil masakan dapurnya kepada tetangga terdekatnya. Tradisi ini biasanya dilakukan sehari dua hari sebelum hari lebaran tiba. Jenis masakannya biasanya tak jauh dari menu hidangan saat berlebaran, ada ketupat, semur daging, opor ayam, sambal ati, sayur kentang, hingga tumis bihun. Variasinya ya tergantung dari si empu yang mengirim makanan tersebut.

Biasanya makanan tersebut diantarkan dalam wadah rantang yang disusun bertingkat. Masing-masing wadah biasanya dipakai untuk satu menu makanan. Bisa jadi, gak lengkap rasanya tradisi ini tanpa ada rantang yang menjadi pengantarnya.

Sewaktu kecil, sebagai anak laki-laki satu-satunya di keluarga, saya selalu kebagian untuk nganteuran ke tetangga. Saya sih biasanya senang saja, karena saya bisa mengetahui bagaimana aktivitas para tetangga tersebut dalam menyiapkan makanan untuk hari lebaran.

Oh ya, biasanya sih dari tetangga yang dianteuran tersebut suka dibalas dengan mengirim makanan pula. Kalau mereka sudah memasak, biasanya rantang yang kita kirim diisi makanan dari mereka pula. Kalau belum, biasanya akan diantarkan di hari berikutnya.

Satu hal yang bikin senang adalah, ada banyak makanan terhidang di meja makan. jenis makanannya seragam, tapi sumbernya berbeda. Dari sini saya bisa mencicipi masakan tetangga yang mana yang lebih enak. Buat saya, mencicipi beragam olahan tetangga menjadi keasyikan tersendiri.

Apakah tradisi tersebut masih dijalankan? Kalau di rumah orang tua saya, tradisi ini masih kuat dijalankan. Beberapa kali mudik ke rumah orang tua menjelang hari raya, ibu saya sudah sibuk menyiapkan makanan dan tak lupa nganteuran ke rumah tetangga lengkap dengan rantang keramatnya. Akan tetapi, di lingkungan saya, tradisi ini tak begitu dilaksanakan.

Entah karena kami tinggal di kompleks perumahan yang penghuninya berasal dari beragam daerah, atau karena memang sudah terlalu malas, tak banyak yang melaksanakan tradisi ini. saya dan istri sendiri terhitung tak pernah menyiapkan masakan khusus untuk hari raya. Biasanya kami malah memesan masakan tersebut. Ada beberapa tetangga yang mengirim makanan ke kami, tapi tiu pun terhitung sangat sedikit. Biasanya sih kami membalasnya dengan memberi angpau untuk anak-anak mereka pada saat hari lebaran.

Jujur saja, saya juga rindu dengan tradisi ini. Saya ingin mencicipi lagi rendang beragam rasa dari olahan tetangga. Biasanya sih ini terobati dengan mudik ke rumah orang tua atau mertua. Tapi, sesuai apa yang disarankan Pemerintah, tahun ini mudiknya harus ditahan dulu.

Mungkin tradisi nganteurannya cukup dilakukan secara digital saja, dengan melihat foto-foto ataupun video dari masakan yang dianteurkeun tersebut.

hv-4-5ec2988bd541df6a2b4b6363.jpeg
hv-4-5ec2988bd541df6a2b4b6363.jpeg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun