Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kenakalan Kecil Saat Shalat Tarawih

12 Mei 2020   22:12 Diperbarui: 12 Mei 2020   22:31 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (serumpi.com)

Selalu ada banyak cerita yang dikenang kalau kita mengingat masa kecil, tak terkecuali pada saat bulan Ramadan. Seperti layaknya kebanyakan anak-anak, ritual ibadah di bulan ramadan bisa menjadi ajang yang mengasyikkan buat anak-anak.

Saya sendiri selalu merasa senang setiap memasuki bulan ramadan. Biasanya yang mengasyikkan adalah Ketika bermain saat ngabuburit. Saya bersama teman-teman biasanya pergi ke keramaian, bisa stasiun kereta api ataupun pasar tradisional. Sekedar mejeng, begitu kali menyebutnya.

Satu lagi ritual ibadah yang saya selalu bersemangat adalah shalat tarawih. ibadah tarawih berjamaah di masjid menyenangkan buat anak-anak waktu itu. bukan soal berburu tanda tangan imam, tapi ada banyak kesempatan untuk bermain. Dan saya punya satu memori sewaktu jaman masih sekolah dasar dulu yang selalu membuat saya tersenyum manakala melakukan shalat tarawih berjamaah.

Iya, masjid kami biasa menyelenggarakan shalat tarawih sebanyak 23 rakaat. Otomatis alokasi waktu shalatnya pun akan lebih panjang. Buat anak-anak seusia saya saat itu, waktu shalat yang lama artinya waktu bermain yang panjang.

Biasanya saya dan rombongan teman-teman mengambil posisi di shaf paling belakang. Kenapa? Jelas saja biar kami bisa bermain di sela rakaat yang panjang. Terkandang memang ada orang tua yang inisiatif shalat di belakang untuk menjaga ketertiban kami, tapi kebanyakan sih gak ada. Saat itulah waktunya kami bercanda.

Candaan paling standar biasanya sih teriak 'aamiin' yang super keras. Anak-anak jaman dulu mah seperti berlomba teriak sekencang mungkin. Candaan berikutnya adalah saling dorong pada waktu ruku ataupun sujud. Kami akan saling tertawa kalau shaf rakaat kami menjadi berantakan. Aktivitas ini kerap kami ulangi pada rakaat berikutnya. Dan untuk menghilangkan jejak kenakalan kami, pada saat duduk tahiyat terakhir maka kami akan pura-pura khusuk seolah-olah memang melakukan shalat. Hehe...adakah teman-teman punya pengalaman yang sama?

Biasanya sih kalau kami terlalu berisik dan gaduh, imam tarawih akan mengingatkan dan meminta agar kelompok anak-anak ini dipecah atau ada yang menjaga di shaf belakang. Kalau sudah begini, biasanya kami tak bisa berkutik.

Seingat saya kenakalan yang cukup keterlaluan adalah pada saat kami menggoda salah satu teman kami dengan menginjak sarungnya. Jadi ceritanya teman yang shalat di satu shaf depan kami menjadi target untuk becandaan kami. Teman yang satu ini memang agak beda, dia mah serius melaksanakan shalat tarawih dan menyengajakan diri terpisah dari group kami.

Kebetulan teman kami ini memakai sarung yang kedodoran, lebaran sarungnya menjuntai sampai ke lantai dan menutup kakinya. Ini pula yang menjadi target, menginjak sarungnya saat teman kami tersebut akan sujud. Karena sarungnya diinjak secara keras, saat sujud teman kami tersungkur ke depan dengan suara yang keras. Yang parah adalah ternyata ia terjatuh sangat keras ke lantai dan tanpa disangka ia kemudian menangis keras.

Kami juga kaget dan ketakutan. Tangisan keras seperti itu pasti bakal mengundang reaksi yang keras dari para Jemaah. Kami pasti akan jadi tertuduh. Tanpa berpikir panjang lagi, kami langsung kabur ke rumah. kalau tidak pastilah kami akan dimarahi habis-habisan oleh Jemaah bakan imam tarawih.

Sampai sekarang kalau mengingat momen itu, bisa membuat saya senyum-senyum sendiri. Tak bisa dimungkiri, kebandelan masa kecil sebenarnya bisa menjadi cerita tersendiri pada saat kita sudah tak lagi muda. Kadang ada kerinduan ingin mengulang masa-masa cerita saat anak-anak tersebut.

dokpri
dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun