Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama FEATURED

Alternatif Pengganti Kantong Plastik Pembungkus Daging Kurban

10 Agustus 2019   09:24 Diperbarui: 31 Juli 2020   12:25 4886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penggunaan daun jati saat Idul Adha | (KOMPAS.com/Ika Fitriana)

"Cara terbaik membungkus daging ini adalah dengan daun jati."

Demikian ucap Dedi Mulyadi, Politikus Golkar yang juga mantan Bupati Purwakarta ini dalam salah satu video unggahan di akun facebooknya beberapa hari lalu.

Video tersebut menayangkan aktivitas beliau saat sedang berkunjung ke salah satu pasar tradisional di Purwakarta. Dalam videonya itu Dedi mengkritisi penggunaan kantong plastik yang diprediksi akan meningkat saat momen Idul Adha.

Kang Dedi Mulyadi Mencontohkan Penggunaan Daun Jati Untuk membungkus Daging (sumber: FB Kang Dedi Mulyadi)
Kang Dedi Mulyadi Mencontohkan Penggunaan Daun Jati Untuk membungkus Daging (sumber: FB Kang Dedi Mulyadi)
Ya, dalam hitungan kurang dari 24 jam lagi, umat Islam di Indonesia akan merayakan Idul Adha. Hari besar bagi muslim seluruh dunia ini merupakan puncak prosesi ibadah Haji di tanah suci. Pada hari itu pula, umat muslim yang mampu dianjurkan untuk berkurban dengan memotong hewan sapi ataupun kambing dan domba.

Di negara kita, kebiasaan ibadan kurban ini kurang lebih setelah hewan kurban disembelih kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar yang kurang mampu. 

Dahulu sewaktu saya masih kecil, daging kurban tersebut diantarkan dengan menggunakan daun pisang atau daun jati sebagaimana disinggung kang Dedi dalam video facebooknya.

Sayangnya, kebiasaan itu sudah semakin jarang dilakukan lagi (kalau tidak mau menyebut sudah hilang). Kini panitia kurban lebih banyak menggunakan kantong plastik (kresek) untuk menyebar daging kurban. Saya membayangkan secara serentak berbagai daerah di Indonesia mendadak membutuhkan kantong kresek dalam jumlah yang banyak.

Masalahnya di balik penggunaan kantong plastik tersebut, terselip kekhawatiran akan timbulan sampah yang membengkak. Rasanya saya tak perlu menjelaskan panjang lebar soal bahaya plastik ini. 

Karena diproduksi dari bahan kimia, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna.

Telah banyak bukti kalau plastik bisa jadi penyebab beragam bencana. Setiap kali ada berita banjir di Jakarta, dalam beberapa liputan terlihat bagaimana sampah plastik menyumbat saluran sungai. Dalam lingkup kecil saja, kalau saluran got depan rumah kamu mampet kemungkinan besar biang keroknya adalah sampah plastik.

Jika dianalogikan sebagai penyakit, boleh dibilang plastik ini serupa kolesterol yang menumpuk di pembuluh darah dan menghambat alirannya. Tahu akibatnya? serangan jantung! Iya, kalau di lingkungan mungkin ia serupa banjir.

Tapi saya juga nggak naif, tak bisa dimungkiri kalau kita tak bisa lepas dari kebutuhan plastik dalam keseharian kita. plastik memang material yang ringan, praktis dan mungkin saja lebih murah produksinya dibandingkan material lain.

Karena itu, solusi penggunaaannya adalah dengan bijak dalam penggunaannya. Implementasinya bisa dengan berdiet plastik, atau menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Ohiya, soal diet plastik saya sebelumnya sudah coba menuliskannya dalam artikel yang berjudul "Kapan Kita Merdeka Dari Plastik?"

Menjelang momen Idul Adha, saya coba menyentil lagi tentang diet plastik ini. Bukan apa-apa, kebutuhan kantong plastik besok hari pastilah sangat tinggi. 

Semakin banyak orang yang berkurban, saya pikir akan semakin banyak juga kebutuhan plastik ini. Kebetulan ada video yang diunggah Kang Dedi yang mengingatkan saya akan memori penggunaan daun jati sebagai bungkus daging.

Ya, daun jati bisa jadi alternatif mereduksi penggunaan kantong plastik sebagai bungkus daging. Selain dimensinya yang lebar, daun jati juga punya aroma yang khas yang dapat menyerap bau amis dari daging. Soal ini juga disinggung oleh kang Dedi di video facebooknya. 

Buat kamu yang khawatir soal higienitas atau keamanannya bagi kesehatan, menurut doktersehat.com, daun jati ini aman kok untuk digunakan.

Dari penelusuran digital, sebenarnya beberapa Masjid sudah menerapkan penggunaan daun jati ini untuk membungkus daging kurban, salah satunya di Masjid Margoyuwono, Yogyakarta. Nah, kenapa panitia kurban lain tidak mencontohkan apa yang dilakukan di Yogyakarta sana?

Panitia Kurban Masjid Margoyuwono Mendistribusikan Daging Kurban Menggunakan Daun Jati (Sumber: krjogja.com)
Panitia Kurban Masjid Margoyuwono Mendistribusikan Daging Kurban Menggunakan Daun Jati (Sumber: krjogja.com)
Di beberapa daerah daun jati ini juga digunakan sebagai bungkus makanan khas mereka kan ya? bukankah nasi jamblang khas Cirebon itu menggunakan daun jati sebagai alas hidangannya?

Besek dapat dijadikan alternatif pembungkus daging kurban (sumber: fb Intan Rosmadewi)
Besek dapat dijadikan alternatif pembungkus daging kurban (sumber: fb Intan Rosmadewi)
Sebenarnya, bukan cuma daun jati yang bisa digunakan sebagai alternatif bungkus daging kurban. Panitia kurban juga bisa menggunakan bahan lain untuk bungkus daging yang akan disebar, antara lain dengan hal-hal berikut:
  1. Gunakan Besek. Ya, besek atau kalau di daerah sunda mah dikenal dengan pipiti, adalah sejenis wadah-wadahan yang terbuat dari anyaman bambu. Selain aman, besek ini bisa dipakai ulang untuk menyimpan barang lain. Ibu saya biasa menyimpan bumbu dapur di pipiti. Istri saya juga begitu.
  2. Pakai daun pisang. Ini cara yang tradisional banget untuk mengirim daging. Daun pisang relatif mudah didapat di pasar-pasar tradisional. Beberapa gerai supermarket pun ada kok yang menjualnya.
  3. Sistem Kupon. Yes, panitia kurban bisa mengirim kupon dan menghimbau masyarakat untuk membawa wadah sendiri dalam mengambil daging jatah mereka. Kalau pun mereka membawa plastik, minimal panitia tidak membeli plastik sendiri, dan masyarakat menggunakan plastik lama yang mereka simpan. Lumayan tidak menambah timbulan plastik baru kan?

Saya kok sempat jadi kepikiran kenapa pemerintah daerahnya nggak bikin saja himbauan, atau semacam peraturan bagi panitia kurban untuk penggunaan bahan-bahan tersebut di atas sebagai alternatif substitusi kantong plastik bungkus daging yang akan disebar mereka.

Selain ramah lingkungan, rasanya bisa jadi sumber penghasilan dadakan bagi penjual daun atau peningkatan omset penjual besek?.

Pemerintah Daerah Perlu Merumuskan Kebijakan yang Mendorong Pengurangan Penggunaan Plastik (Sumber: Ig urangpurwakarta)
Pemerintah Daerah Perlu Merumuskan Kebijakan yang Mendorong Pengurangan Penggunaan Plastik (Sumber: Ig urangpurwakarta)
Terakhir, Saya hanya mau mau bilang, "Diet Plastik itu mudah, apalagi jika kita melaksanakannya bareng-bareng." Siap?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun