Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Prinsip dasar dan teknik menghadapi ateis

24 September 2012   18:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:47 7854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebagai seorang yang memiliki iman tentu kita sering merasa gerah dan gelisah dengan pernyataan pernyataan atau opini yang gencar dilakukan oleh orang-orang atheis apapun serta bagaimanapun bentuk dan cara yang mereka lakukan,apakah dengan cara sopan atau provokatif,walaupun dari segi hak asasi bisa saja itu adalah hak asasi mereka.
Sehingga sebagian dari kita mungkin menjadi serba salah : dilawan bagaimana tidak dilawan bagaimana.sehingga salah satu opsinya ya tentu harus kita lawan secara sopan-berwibawa dan argumentatif tentunya,untuk apa ? jangan pernah memiliki tujuan utama untuk menyadarkan sang atheis tapi utamakan lebih kepada membentengi saudara saudara kita se iman yang bisa saja merasa terguncang oleh pernyataan-pernyataan mereka,sebab argumentasi yang tepat sasaran dan 'membunuh; akan menentramkan hati saudara-saudara kita yang se iman.
Dan sebagaimana bila kita berkelahi secara fisik maka kita dituntut menguasai ilmu bela diri yang bisa menjatuhkan kemampuan lawan maka demikian pula dalam berhadapan dengan serangan yang berasal dari opini-pernyataan seorang atheis kita harus siap dengan tekhnik berfikir tertentu.
Berikut beberapa prinsip dasar serta tekhnik yang mungkin mudah mudahan bisa memberi inspirasi dan manfaat buat teman-teman.
1.pertama dan yang paling mendasar cam kan prinsip ini : Tuhan menciptakan akal bukanlah untuk membunuh diriNya sendiri ! jadi selama ini sejak ribuan tahun yang lalu hingga hari ini tak pernah dan tak akan pernah ada argumentasi rasional yang bisa membunuh Tuhan serta tentu agamaNya.
Selama ribuan tahun yang lalu hingga hari ini telah lahir milyaran halaman buku yang berisi argumentasi rasional keberadaan Tuhan serta kebenaran konsepNya karena Tuhan menciptakan akal memang untuk tujuan demikian dan mustahil karakter akal bisa berubah sehingga berkarakter melawan atau membunuh penciptanya sendiri,sebab itu sejak ribuan tahun yang lalu hingga hari ini tak pernah lahir argumentasi rasional yang bisa membunuh Tuhan dan agamaNya.
Lalu kalau begitu darimana datangnya kekuatan serangan orang atheis ? biasanya serangan serangan orang atheis berdatangan dari wilayah :
- stigma yang berasal dari prasangka
- teori serta pemikiran spekulatif adalah senjata utama para ateis dalam menyerang orang yang beragama,dan ingat pemikiran spekulatif itu tidak paralel atau beda jauh dengan cara berfikir rasional yang tertata secara sistematik.pemikiran spekulatif bersandar pada meraba-raba,kepada keserbatakpastian,sedang argumentasi rasional berpijak pada cara berfikir yang tertata secara sistematis mengikuti prinsip dualisme yang menjadi konsep hukum kehidupan.

Sebab itu mereka mengambil dari sains teori yg mereka tafsirkan sendiri,dan mengambil dari filsafat pemikiran-pemikiran spekulatif nya.jadi mereka tidak mengambil dari sains fakta empirik(yg murni) nya dan tidak mengambil dari dunia filsafat argumentasi jalan fikiran yang rasional nya,sebab tak ada fakta empirik (yg murni-belum ditafsir) dalam dunia sains sekalipun yang bisa membunuh Tuhan, sebagaimana tak akan pernah ada dalam dunia filsafat sekalipun argumentasi rasional yang bisa membunuh Tuhan.

2.sebab itu jangan pernah takut dan jangan pernah ragu bila kita merapat ke akal atau harus bermain logika sebab akal dan rumusan akal pada ujungnya akan memihak kepada pembenaran Tuhan,dan itu karena Tuhan menciptakan akal adalah untuk membuktikan kebenaran diriNya.

Mengapa ateis lebih banyak bermain di wilayah teori dan pemikiran spekulatif karena memang akal manusia tidak akan pernah bisa menemukan atau membuat konsep yang tertata secara konstruktif -rasional yang bisa 'membunuh' Tuhan atau membuktikan ketidak beradaan Tuhan.yang selalu kita temukan dalam sejarah selalu adalah bukti argument rasional keharusan adanya Tuhan,sebagaimana yang dibuat oleh Thomas Aquinas dan tak pernah ada bukti argument rasional ketidak beradaan Tuhan.

Sebab itu sampai kapan pun ateisme sebenarnya akan selalu identik dengan pandangan atau gagasan yang bila kita tela'ah sebenarnya bersifat irrasional walaupun mereka tidak mau kalau mereka dianggap berada di wilayah 'irrasional' sebab selama ini stigma 'irrasional' anehnya senantiasa disematkan kepada kaum beragama.

Dan ingat bahwa 'rasionalitas' versi kaum ateis (mengacu kepada pandangan 'materialistik' disini) memiliki pengertian yg berbeda jauh dengan 'rasionalitas' versi Tuhan,dimana 'rasionalitas' versi ateis-materialistik selalu didasari oleh anggapan dasar bahwa realitas dan kemudian 'yang benar' adalah segala suatu yang tertangkap pengalaman dunia indera-bisa dibuktikan secara empirik,dengan bukti yang tertangkap mata secara langsung,sedang rasionalitas versi Tuhan adalah cara berfikir yang murni bersifat sistematis tanpa terikat secara mutlak dengan keharusan bukti empirik yang bersifat langsung.

http://filsafat.kompasiana.com/2012/07/22/dua-konsep-rasionalisme-yang-berbeda/

2.untuk memperkuat posisi akal dan karakter cara berfikir akal yang sistematis maka bawalah ateis kepada realitas adanya prinsip dualisme yang menjadi landasan dasar hukum kehidupan yang menata kehidupan ini,sebab prinsip dualisme itu akan membuat konsep Tuhan bisa diterangkan secara rasional,dan dengan bersandar kepada konsep hukum kehidupan dualistik itu eksistensi akal akan memiliki dasar pijakan yang kokoh karena konsep hukum kehidupan itu bersifat hakiki.sebab itu konsep hukum kehidupan dualistik itu harus kita jadikan parameter bagi cara berfikir akal yang tertata secara sistematis.karena akal diciptakan Tuhan untuk agar manusia bisa membaca konstruksi konsep hukum kehidupan dualistik.

4.dan camkan prinsip yang kedua ini : Tuhan tidak akan pernah menciptakan realitas yang bisa membunuhNya ! misal : bila Tuhan menciptakan realitas berupa adanya 'manusia kera' atau 'manusia purba' lain yg sejenis dengan itu,maka itu berarti Ia membunuh diriNya sendiri,atau membunuh deskripsiNya sendiri !.lalu mengapa ada 'isyu' 'manusia kera' ? tak perlu terguncang itu semua hanya teori dan baru sebatas teori dan sama sekali bukan sesuatu yang sudah menjadi fakta kenyataan,awalnya mungkin berasal dari sekelompok orang yang menemukan fosil lalu ditafsirkanlah oleh khayalannya sendiri sebagai 'manusia kera' dan lain sejenisnya.jadi gambaran 'manusia kera' dan sejenisnya adalah tafsiran semata dan sama sekali bukan fakta.
5.kendalikan emosi dalam berhadapan dengan opini orang atheis sebab emosi yang tidak terkendali hanya akan membuat cara berfikir kita malah menjadi 'awut-awutan'.kenali kelemahan mereka yang hanya pandai bermain diseputar wilayah stigma atau pemikiran spekulatif.
6.berhadapan dengan mereka akan seperti berada ditengah hutan dan lawan meneriakan tantangannya dari balik pepohonan yang rindang.itulah ateis meneriakan tantangannya dari rindangnya pemikiran spekulatif sebab itu ajak mereka keluar dari hutan rimba itu ke lapang yang terang untuk 'berkelahi secara sportif'.ajak mereka keluar dari dunia teori-pemikiran spekulatif untuk bertanding di wilayah rasio,dan jangan kuatir sebab kita telah mengenal prinsip ini : Tuhan menciptakan rasio bukan untuk membunuh diriNya sendiri ! karena itu jangan ragu dengan keberpihakan rasio kepada Tuhan.
7.Bila mereka mulai bermain di wilayah yang rasio kita sudah sulit atau 'buntu' untuk bisa menjawabnya maka gunakan konsep struktur tatanan ilmu Ilahi untuk menggunakan ilmu yang derajat dan cara pandanganya lebih tinggi dan lebih luas ketimbang ilmu dan kebenaran versi logika sebagaimana yang di demonstrasikan oleh nabi Khaidir.misal bila mereka telah menggunakan argumentasi berupa pertanyaan yg memang rumit untuk dijawab oleh logika : 'bila Tuhan maha baik mengapa ada kejahatan ? atau 'bila Tuhan itu satu maka mengapa realitas dunia ini begitu beragam sehingga seolah ada banyak 'kebenaran' (tanda kutip) serta kepercayaan yang berbeda beda ?
Dan bila argumentasi tentang hakikat dan hikmat Ilahi itu tidak difahami oleh ateis karena dianggap 'dogma' maka cukup hentikan permainan sebab ateis mustahil bisa menggapai dan memahami pengertian hakikat dan hikmat Ilahiah untuk kembali saja kepada keyakinan hakiki bahwa : pada akhirnya manusia toh akan terbagi kepada dua golongan juga antara yang beriman dan yang tak beriman karena Tuhan menciptakan tempat diakherat hanya DUA tempat.
8.'permainan' dengan orang ateis analoginya seperti perkelahian didalam gedung bertingkat : semakin kita merasa terdesak maka semakin kita harus 'lari ke atas' ke ilmu ilmu Ilahiah yang lebih tinggi derajat dan kedudukannya,dimana dari ketinggian (dipuncak gedung bertingkat) itu : dari kacamata sudut pandang hakikat dan hikmat ujungnya kita akan memahami bahwa eksistensi keberadaan orang ateis itu sebenarnya (hakikatnya) adalah bagian dari skenario ilmu Ilahi dimana salah satu hikmatnya adalah ujian berfikir bagi orang beriman sehingga mereka (orang beriman) bisa mengenal Tuhan secara lebih baik dan lebih mendalam.bayangkan beriman tanpa tantangan berfikir maka yang kita pegang akan seperti 'dogma baku yang mati'.
9.ayat kitab suci tentu pegangan dasar bagi kita orang beriman tapi menghadapi argumentasi ateis tetap harus diramu dengan sedikit kepandaian berlogika,sebab memuntahkan serangan dengan menggunakan ayat ayat secara langsung itu kalau dalam bertinju ibarat mengeluarkan banyak pukulan tapi tidak ada yang telak,sebab biasanya justru sang ateis akan balik menuduh sebagai 'bermain dogma'. menggunakan ayat yang tepat diramu dengan cara berfikir yang tepat dengan disertai argumentasi yang tepat mungkin itu cara yang terbaik.

Mohon maaf bila ada yang tersinggung dengan tulisan ini anggaplah ini bagian dari persoalan keilmuan yang mau tak mau memang harus diselesaikan,sebab masalah ini berkaitan dengan masalah yang mendasar bagi kami : keimanan,jadi janganlah ungkapan kalimat yang dianggap menyinggung itu disimpan didalam perasaan.

Terima kasih mudah mudahan bermanfaat bagi saudara saudara seiman................................

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun