[caption id="attachment_266443" align="aligncenter" width="300" caption="sebastiano on my space.http://www.myspace.com/seba80"][/caption]
kebenaran (universal) itu ada dalam keseluruhan - merangkum keseluruhan dan menerangkan keseluruhan,tetapi sebagian manusia cenderung memahaminya secara terkotak kotak,sebagai contoh, sekelas para filosof-saintis  saja seringkali hanya menemukan sisi demi sisi atau bagan demi bagan dari dari kebenaran (universal) dan bukan menemukan kebenaran yang bersifat menyeluruh.
(sebab itu ) mengapa agama (sebagai institusi yang berbicara tentang kebenaran yang bersifat menyeluruh) terkadang seperti sulit difahami sebagian orang,bahkan oleh para filosof-saintis (?) ..
sebab manusia (termasuk filosof-saintis) terbiasa melihatnya dari kacamata sudut pandang yang terpotong potong - parsialistik karena mereka terbiasa melihat dan menggumuli bentuk kebenaran yang terkotak kotak kepada bagan per bagan,atau potongan demi potongan.
Sehingga kita patut untuk bertanya : apakah dengan pengetahuan yang serba terpotong potong itu manusia berhak atau layak menghakimi agama dan apa yang dideskripsikan agama (?)
bukankah manusia adalah makhluk yang mustahil bisa mengetahui realitas keseluruhan secara utuh dan menyeluruh lalu mengapa ia berani menghakimi sesuatu yang berbicara tentang realitas yang bersifat menyeluruh.analoginya : apakah meteran tukang kayu didaratan akan memiliki validitas ilmiah bila ia digunakan untuk mengukur lautan nan dalam (?)
Sebab itu untuk memahami kebenaran secara utuh kita harus menggunakan kacamata sudut pandang Tuhan yang ada dalam kitab suci itu sendiri dan kita tidak akan bisa memahaminya bila kita melihatnya dengan kacamata sudut pandang manusia yang terbiasa melihat kebenaran secara parsialistik dalam bentuk ‘potongan demi potongan’.