Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna konsep "hakikat" di dunia ilmu pengetahuan

13 Februari 2025   08:09 Diperbarui: 13 Februari 2025   08:09 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SIAPA PEMILIK HAKIKAT YANG IDEAL ?

Untuk mudahnya saya bikin analogi ;
Sebuah ceritera sandiwara kolosal dengan banyak pemeran serta adegan yang sangat plural di pergelarkan dan karena jalan ceritanya sangat unik maka itu menjadi suatu yang tidak mudah dicerna sehingga para penonton lalu terjebak pada memberi penafsiran yang berbeda beda

Nah diantara beragam tafsiran penonton yang berbeda beda tersebut logikanya menurut anda mana yang tafsirannya paling benar ?

Untuk mengetahuinya maka kita harus terlebih dulu menemui sang pembuat ceriteranya dan mendalamj apa- bagaimana makna sesungguhnya dari ceritera sandiwara yang dibuatnya.Nah setelah kita mengetahui penuturan sang pembuat ceritera nya maka barulah kita akan tahu mana tafsiran penonton yang setidaknya mendekati "kebenaran hakiki"

Artinya dalam hal ini sang pembuat ceritera lah yang paling ideal memiliki "hakikat kebenaran" atas ceritera sandiwara tsb.sebab ia lah yang telah bersusah payah mengarangnya demi menyampaikan maksud tujuan idealisnya pada publik yang menonton.Dan hakikat yang dimiliki nya tsb lalu jadi acuan bagi kita untuk menilai  mana tafsiran penonton yang benar dan yang salah

Maka karakter hakikat itu bersifat tunggal karena di acukan pada sumber asli- pemilik sejati-essensi paling dalam.Coba bayangkan bila diacukan pada tafsiran penonton maka kebenaran (seputar makna ceritera sandiwara) akan menjadi relatif !

Jadi salah satu fungsi ilmu hakikat di dunia ilmu pengetahuan adalah mengarahkan persoalan kebenaran pada posisinya yang hakiki (sesuai hakikatnya) yang sifatnya tunggal supaya tidak lenyap menjadi hal yang relatif atau absurd.Atau dengan kata lain supaya kebenaran itu tetap berdiri tegak diatas suatu yang tetap-tidak runtuh atau diacak acak oleh beragam pemikiran filsafati

Sekarang bayangkan wujud bentuk "kebenaran" itu ditangan dekonstruksionist semisal Derrida atau ditangan kaum pluralist atau post strukturalist atau pengusung wacana hermenetika atau kaum liberal yang lebih menyukai kebebasan individu dalam menafsir, Apakah kita akan melihat gambaran bentuk kebenaran yang konstruktif-tetap- baku- hakiki ?

Maka konsep "kebenaran hakiki" biasanya tidak disukai oleh kaum relatifis-absurdis- skeptis,Atau di era sains modern oleh kaum "ketakpastian" (yg beranggapan dasar realitas adalah ketakpastian) mungkin temannya Niels bohr ketika berseteru dengan Einstein.

Kaum relatifis berupaya melempar kebenaran ke jurang relatifism,kaum skeptis ke jurang skeptisism,kaum absurdis ke jurang absurdism,kaum liberal ke jurang liberalism,kaum anu melempar ke jurang anu dst

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun