Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Beda antara Prinsip Sains dengan Pandangan Filosofis

17 September 2021   06:43 Diperbarui: 17 September 2021   07:14 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images: ResearchGate

Saya ambil contoh pernyataan "manusia adalah binatang berakal" itu bukan pernyataan sainstifik tapi pernyataan filosofis kaum evolusionis.karena tak ada observasi di laboratorium yang hasil rumusannya adalah "manusia binatang berakal".dan karena hanya pandangan filosofis orang boleh setuju atau tak setuju dengan rumusan evolusionis tsb.

Demikian pula ketika Hawking merumuskan ketiadaan Tuhan hanya berdasar pengamatannya pada mekanisme gravitasi maka itu sebenarnya pandangan filosofi Hawking pribadi yang orang boleh berbeda pandangan karena bila memikirkan hukum gravitasi secara sains itu tidak langsung merumuskan ada Tuhan atau tidak dibaliknya.lain misal bila teis memakai rasionalitas dalam menyikapinya lalu lahir rumusan filisofis "mustahil eksist tanpa pikiran sang pendesain"

Jadi beda dengan rumus rumus fisika atau kimia hasil pengamatan atau eksperiment laboratorium yang diaplikasikan sebagai bahan obat atau sebagai karya teknologi maka semua orang akan dipaksa bersetuju apabila hasil pengamatan tsb memang benar secara bukti empiris.

Dengan kata lain,pada bentuk kebenaran empirik orang tidak bisa beda pendapat- kebenarannya bersifat tunggal,tapi pada rumusan filosofis orang bisa beda pandangan atau bahkan berlawanan dan parameter alat ukur untuk merumuskan mana yg benar bukan lagi metode empirik tapi misal menggunakan metode rasional

Walau dalam realitas-pada kenyataannya deskripsi sainstifik dan pandangan filosofis itu akan selalu saling berkelindan dan itu logis dan wajar karena manusia makhluk filisofis-bukan hanya memiliki input inderawi,hanya pada kasus tertentu mesti dibedakan mana deskripsi sainstifik dan mana pernyataan filosofis agar jangan sampai pernyataan filisofis diklaim sebagai deskripsi sainstifik dan juga sebaliknya

Artinya,memang betul bahwa pada akhirnya deskripsi metafisis akan di kolaborasikan dengan pandangan filosofis-metafisis sebagai pandangan holistik.tapi tetap mesti dipisah mana yg substansinya sains dan mana yg substansinya filsafat-pandangan filosofis agar jangan ada pembenaran suatu pandangan filosofis dengan masih mengatasnamakan sains,contoh rumusan "manusia adalah binatang berakal" itu pandangan filosofis dan jangan klaim sebagai "pandangan sains".dan tentunya agar publik tahu mana kebenaran sains berdasar metode dan pembuktian empirik dan mana pandangan filosofistik atas fakta sains tertentu

Pada garis besarnya ada dua pandangan filosofis-metafisis besar antara teistik dan ateistik, yang satu membawanya ke ranah pandangan pandangan Ilahiah dan yang satu ke pandangan materialistik yang tidak mempercayai Tuhan tapi sekali lagi pandangan filosofis keduanya tentu tak bisa mengatasnamakan metode empiris secara langsung

Karena sebagai contoh,pandangan teistik membuat simpulan filosofis dari suatu fakta sains tentu bukan lagi mengatasnamakan sains tapi sudah menapak ke ranah rasionalitas.sains mendeskripsikan adanya system di semesta lingkungan tempat manusia hidup lalu pandangan teistik merumuskan "keharusan ada sang pendesain" (sebagai pandangan filosofis) dan itu bertumpu pada aspek rasionalitas-bukan pada metode empirik langsung.demikian pula konsep afterlife tidak mengatasnamakan metode sains.keyakinan pada pengadilan akhirat pun tidak mengatasnamakan berdasar metode sains langsung

Maka sebagai bandingannya pandangan pandangan filisofis kaum materialist pun tidak boleh mengatasnamakan metode empiris sains lagi. kepercayaan pada ketiadaan sang pencipta atau pada prinsip "kebetulan - tanpa sang desainer" misal,tak boleh dan tak bisa bersandar atau mengatasnamakan metode empirik karena tak ada metode empirik yang bisa mengobservasi hingga ke level pembuktian empirik ranah tsb.

Demikian pula simpulan ateisme atau skeptisisme tak boleh misal mengatasnamakan metode empirik. karena tak ada observasi sainstifik memakai metode empirik yang rumusannya ateisme atau skeptisisme benar atau salah. karena metode empirik substansinya hanya untuk merumuskan kebenaran empirik,sedang dalam merumuskan sebuah kebenaran metafisis maka fakta empirik itu hanya sekedar alat bantu.bila ada dua pandangan filosofis yang berlawanan seperti antara teistik dan ateistik maka bila dibawa keranah fakta empirik,maka mana diantara keduanya yang lebih disokong oleh bukti empirik. setelah adu argumentasi di ranah empirik barulah keduanya berdebat di ranah rasionalitas.biasanya demikianlah skema klasik pertarungan teistik vs ateistik bila berangkat dari ranah sains

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun