Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Makna Kawan dan Lawan dalam Politik serta Mencari Hakikat dari Suatu Pernyataan Politis

9 September 2020   08:43 Diperbarui: 9 September 2020   09:30 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : fajar.co.id

Kata kata yang mengalir dari mulut seorang politikus sering kadang menjadi seperti sebuah 'sabda' atau kata bertuah yang mampu mengguncangkan ranah publik dan dibalik itu tentu kehebohan tersendiri yang berlarut di ranah medsos sehingga media media lalu ramai memberitakan, mengulas dan mengupasnya atau lalu melemparnya ke ruang perdebatan untuk jadi menu perdebatan politik.para analis politik pun turun gunung mempertontonkan keahlian mereka memainkan teori teori politiknya.dan lalu seperti biasa dan ini yang paling mengemuka; berbagai dukungan dan hantaman pun akan mengalir pada sang pembuat sabda. 

Maka diruang perdebatan kita lalu dapat membuat polarisasi antara lawan dan kawan politik, lawan sebagai fihak yang akan membuat klarifikasi yang bersifat 'memoles' agar sabda tersebut nampak benar atau kalau bisa nampak 'mulia' dan hal sebaliknya akan dilakukan sang lawan politik yang tujuannya memang menghantam.dengan kata lain,bila kawan politik menafsir ke kanan maka lawan politik akan menafsir ke kiri.

disinilah perang opini akan berlangsung.kawan politik bisa membuat opini yang bersifat menjungkir balikkan sehingga yang dipandang salah bisa menjadi nampak benar atau di upayakan sedemikian rupa agar nampak benar sebaliknya opini lawan politik bisa membuat suatu yang di citrakan benar tersebut diupayakan agar bisa menjadi nampak kesalahannya.lalu, mana yang benar ?

Masalahnya adalah pernyataan pernyataan yang keluar dari ranah yang bisa dikategorikan  politis itu sudah biasa kalau media maupun publik mengartikan atau membingkai nya secara politis pula sehingga benar-salah nya pun akan cenderung dibedah dan di tempatkan lebih secara politis pula dan ini sejalan dengan kecenderungan para analis politik yang memang lebih banyak melihat serta menganalisa dari sudut pandang politis dan lalu membingkainya secara politis pula

Seperti kasus yang lagi ramai saat ini di ranah Minang khususnya yang diguncang oleh pernyataan Puan Maharani beberapa waktu lalu dan langsung masuk ruang debat ILC malam tadi,maka di ruang debat bergengsi tsb.kita dapat melihat siapa kawan dan lawan politik Puan maharani sekaligus melihat beragam kacamata dalam melihat serta menyikapi persoalan Puan tsb.

Ini sebenarnya mirip kasus Ahok dulu dan mungkin akan senantiasa berulang di panggung politik sebagai suatu realitas tersendiri di kancah perpolitikan,bahwasanya ucapan ucapan yang dipandang kontroversial akan senantiasa hadir didalamnya.dan bahwa bila seseorang politikus membuat kesalahan misal berupa pernyataan yang  kontroversial maka secara serempak dan otomatis para kawan politiknya akan pasang badan bikin pagar berupa klarifikasi serta opini agar hal kontroversial itu bisa menjadi suatu yang 'biasa' atau kalau bisa malah dibalikkan menjadi 'tidak salah' atau 'mulia'

Tapi jangan salah bahwa publik yang sudah biasa mencermati persoalan politik itu makin lama sudah makin cerdas,sehingga betapapun sang kawan politik berbusa busa bikin klarifikasi dan sibuk ber opini untuk meredam suatu pernyataan politis yang dipandang kontroversial maka fikiran publik sudah sangat faham dan mungkin tanggapan mereka adalah 'pantes lah mereka kawan kawannya kok' atau bila opini itu berasal dari lawan politiknya mungkin tanggapan publik adalah 'panteslah mereka itu musuh politiknya'. jadi tiap permasalahan politik dan perdebatan dibalik itu seperti dikembalikan pada dualisme kawan-lawan 

Tetapi lain lagi bagi seorang pencari kebenaran sejati ia akan cenderung berupaya keluar dari perangkap bingkai politik dan berupaya melihat permasalahan murni dari hakikatnya

Sehingga bila bicara atau melihat dari persfectif 'hakikat' maka pertanyaannya; apakah yang diucapkan Puan Maharani itu hakikatnya benar atau salah ?

Nah para penggagas debat politik pun rupanya jeli dalam memahami kecenderungan orang orang yang ingin melihat sesuatu dari persfectif 'hakikat',maka mereka biasanya menghadirkan orang orang yang dianggap netral dalam arti bukan kawan serta lawan politik dari figur yang tengah dibicarakan

Maka dari merekalah-orang orang yang dipandang netral itu diharapkan bisa mengungkap 'hakikat' benar atau tidak benarnya suatu pernyataan politis utamanya yang menghebohkan publik seperti kasus Puan kemarin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun