God of the gaps" adalah sebuah sudut pandang teologi yang menggunakan ketidaktahuan dalam ilmu pengetahuan untuk mendukung keberadaan Tuhan. Sebagai contoh, apabila seorang ilmuwan tidak dapat menjelaskan apa itu energi gelap, pemakai argumen God of the gaps akan berkata: "itu adalah keajaiban Allah". Namun, istilah God of the gaps justru dipakai oleh para pengkritik agama untuk menyerang upaya yang mengait-ngaitkan hal yang tidak diketahui ilmu pengetahuan dengan Tuhan.(Wikipedia)
God of the gap dibicarakan ketika sains dan agama bertemu di persimpangan persoalan keilmuan,jelasnya di persimpangan yang mulai mengarah ke ranah metafisis dimana saat itu para saintis yang biasa konstruktif-terstruktur ketika menjelaskan fenomena fisik mulai menemukan kesulitan dalam membuat penjelasan serupa.contoh nyata untuk hal ini adalah ketika sains masuk ke ranah fisika quantum atau ranah partikel halus dimana tidak semua fenomena disana dapat dijelaskan secara terukur sebagaimana ketika sains menjelaskan materi padat sehingga lalu muncul fenomena istilah 'partikel Tuhan' yang oleh sebagian orang disebut pintu gerbang sains menuju 'alam gaib' karena sifatnya yang 'tak bisa serba dipastikan'.Dampak bagi orang awam adalah tidak ada lagi penjelasan sederhana tentang komposisi atom karena penjelasannya akan nampak 'rumit'
Tapi itulah,sayangnya beberapa fihak utamanya kaum atheis yang sangat bergantung pada supremasi penjelasan sainstifik dan sering mengatas namakan sains ketika berhadapan dengan kaum theis mereka tidak mau menerima ruang god of the gaps dalam ranah ilmu pengetahuan,mereka memaksakan sains untuk dapat menjelaskan seluruh fenomena bahkan yang sudah berada diluar kewenangan sains
Saya sudah berulang kali menjelaskan bahwa sains itu adalah ilmu dunia fisik dan peralatan ilmiah yang dimilikinya sebatas metodologi empirik yang hanya dapat digunakan di wilayah fisik.sains tak dapat dibawa masuk ke ranah metafisik untuk menyelesaikan beragam problem keilmuan yang bersifat metafisis karena sains tidak memiliki peralatan untuk itu. itu sebab problem metafisik lebih banyak dibicarakan dalam dunia filsafat serta agama karena dalam filsafat serta agama ada peralatan ilmiah yang lebih komplet untuk membicarakannya
Sehingga ketika sains dipaksa untuk menjelaskan sesuatu yang sudah bukan wilayahnya lagi maka yang terjadi adalah fenomena saintis yang hanya membuat rumusan berdasar asumsi alias berdasar meraba raba-bukan berdasar observasi yang terukur
Nah ketika saintis berbicara tentang Tuhan, tentang kehidupan sesudah mati, tentang roh,tentang fenomena kerasukan dlsb.yang sudah berdimensi metafisis maka kemungkinan sang saintis jatuh pada berasumsi sangat besar
Dan saintis tertentu yang berideologi atheis dan para pengikutnya tentunya mereka ngotot ingin menjadikan penjelasan yang sejatinya hanya asumsi alias meraba raba itu sebagai 'penjelasan ilmiah' walau nampak sering janggal atau irrasional
Contoh,penjelasan saintis atheis yang menyatakan 'tidak ada peran Tuhan dalam kejadian semesta' nampak irrasional karena itu artinya sama dengan menerima prinsip kebetulan yang mendasari eksistnya wujud wujud terdesain di alam semesta.padahal prinsip kebetulan itu sejak zaman dulu telah berkali dibantah oleh para pengusung argument rasionalitas
Demikian juga deskripsi saintis atheis bahwa 'tak ada kehidupan sesudah mati' itu hanya sekedar asumsi alias rabaan belaka karena sama sekali tidak berdasar observasi sainstifik, karena sains memang tidak akan pernah bisa memiliki peralatan untuk menganalisis apa yang akan terjadi sesudah manusia mati
Nah lalu ketika agama hadir menjelaskan fenomena fenomena metafisis yang tidak dapat dijelaskan secara terstruktur oleh sains itu maka kaum atheis menyebut itu sebagai 'god of the gap'
Padahal ruang 'God of the gap' itu akan selalu ada karena sains tak akan pernah bisa masuk ke ranah metafisis dengan membawa seperangkat penjelasan terstruktur sebagaimana ketika sains menjelaskan dunia fisik