Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melepaskan Kebenaran dari Manusia, Cara Menelanjangi Foucault

14 Desember 2019   09:13 Diperbarui: 14 Desember 2019   11:27 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : merdeka.com

Bagaimana kalau konsepsi tentang 'kebenaran' dilepaskan dari manusia - dari fikiran,persepsi serta kondisi kondisi humanistik ?

Para failosof post modern pasti menganggap hal itu sebagai suatu yang tidak mungkin,karena mereka memandang konsepsi kebenaran tak lebih merupakan produk alam fikiran manusia atau  'ciptaan manusia'. kebenaran dipandang sebagai himpunan kesan dan persfective manusiawi dan produk yang lahir dari berbagai kondisi humanistik

Salah seorang diantaranya adalah Michael foucault yang memang melekatkan itu dengan sejarah sebagai situasi dan kondisi manusiawi,dengan manusia sebagai subyek penela ah dan obyek yang ditela'ah, dengan bahasa,dengan kekuasaan sebagai hasrat terselubung manusia dan mungkin pernah mengaitkannya dengan aktifitas seksual menyimpang !?

Filsuf berkebangsaan Prancis ini termasuk salah seorang yang mempersoalkan kebenaran. Dalam pandangannya kebenaran merupakan suatu hal yang  tidak akan pernah bisa selesai, termasuk untuk diperdebatkan dan selalu menarik untuk diperbincangkan dari waktu ke waktu oleh pemikir yang bergulat dalam masalah ilmu pengetahuan

Kebenaran dan pengetahuan dipandang sebagai suatu yang ada dalam suatu situasi historis manusia yang senantiasa berubah. dan karenanya dipandang sebagai suatu yang tidak akan pernah selesai.

Dalam buku Arkelogi Pengetahuan, dikatakan bahwa menurut Michael foucault kuasa dan kebenaran adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya saling berhubungan satu dengan lainnya.Kedua hal itu selalu ada dalam sejarah kehidupan manusia.

Beda dengan agama yang melekatkan kebenaran dengan Tuhan, Focault melekatkan kebenaran dengan eksistensi serta situasi kemanusiaan utamanya dengan hasrat bawah sadar manusia untuk berkuasa. kebenaran dipandang identik dengan siapa yang tengah memegang kekuasaan. kebenaran dipandang sebagai alat untuk berkuasa atau ekspressi dari hasrat untuk berkuasa dan ekpressi dari sebuah sejarah kekuasaan.Tidak ada kebenaran tunggal dalam sejarah peradaban manusia, karena yang terjadi selalu adalah soal siapa dan apa yang menjadi “episteme” pemangku kuasa dan peradaban itu.pandangan Foucault tentang kekuasaan dan hubungannya dengan kebenaran nampak menjadi sentral dari pemikirannya.

Menurutnya,suatu kuasa hanya dapat terlaksana dalam atau lahir dari sebuah wacana. Wacana bukanlah sesuatu yang tetap. Ia terus berubah dari waktu ke waktu. Dengan demikian perubahan kuasa dan juga wacana secara otomatis  mengakibatkan perubahan konsepsi kebenaran. Oleh karena itulah, suatu konsepsi kebenaran tidak berlaku mutlak dan tetap. Kebenaran diakui dalam sejarah hidup manusia dan berbeda-beda dalam setiap masyarakat. Jadi,  menurut Foucault tidak ada satu kebenaran pun yang disiapkan untuk semua masyarakat. Suatu konsepsi kebenaran yang berlaku dalam suatu masyarakat belum tentu berlaku untuk semua masyarakat.

Sebab itulah kebenaran menjadi suatu 'permainan' yang nampak rumit untuk difahami beda dengan bila manusia melihatnya sebagai milik satu Tuhan maka kebenaran menjadi suatu yang lebih mudah difahami dan juga disepakati termasuk oleh kaum awam karena tidak disandarkan pada situasi-kondisi dan perubahan perubahan

Dan karena itulah dalam pandangannya kebenaran adalah suatu yang relatif-bergantung siapa yang mengatakan, bergantung sang penulis narasi sejarah, bergantung siapa yang tengah memegang kekuasaan 

Maka kebenaranpun menjadi suatu yang absurd-benar dan salahnya bisa bergantung situasi dan keadaan sehingga sebenarnya tak pantas lagi disebut sebagai kebenaran melainkan sekedar 'pemikiran' 

Contoh, bila sang penguasa menggunakan 'kebenaran' sebagai politik atau dalam permainan politik maka sejatinya yang digunakannya belum tentu kebenaran melainkan cuma ide-gagasan atau pemikiran untuk siasat politik.

Karena syarat bagi sesuatu untuk dipandang sebagai kebenaran sesungguhnya tetaplah harus dipisahkan dari beragam kepentingan serta situasi manusiawi atau dengan kata lain harus bersifat 'hakiki'

Bandingkan dengan agama yang melihat kebenaran sebagai suatu yang diluar manusia-ciptaan Tuhan dan karenanya substansinya otonom dari keterkaitan dengan hal hal yang serba bersifat manusiawi.sehingga apapun yang terjadi di dunia manusia dengan beragam situasi dan kondisi nya maka kebenaran tetaplah merupakan kebenaran

Contoh nyata adalah hukum kehidupan pasti atau 'sunnatullah' dalam bahasa lainnya sebagai salah satu tiang dari kebenaran hakiki yang ditegakkan di dunia manusia.apapun sejarah yang pernah terjadi,penguasa yang datang silih berganti,serta pandangan terhadap kebenaran yang berubah ubah dari generasi pemikir sebelumnya ke generasi pemikir berikutnya tetapi hukum kehidupan pasti tetap ada,manusia yang hidup tetap akan mati,siang dan malam tetap datang bergantian, yang muda tetap selalu menjadi tua,yang lahir tetap selalu lelaki atau wanita dan banyak lagi bentuk ketetapan baku lainnya yang sampai hari ini tanpa perubahan sedikitpun

Itu sebab kebenaran yang disandarkan pada hal yang hakiki semisal hukum kehidupan pasti itu pun menjadi bersifat tetap,tidak bergantung pada apa yang terjadi di dunia manusia,dan tidak bergantung pada persepsi persepsi manusia terhadapnya.apapun dan mazhab pemikiran yang bagaimanapun yang lahir dari dunia filsafat maka kebenaran sunnatullah tetap sebagaimana hakikatnya.sedang dalam pandangan filsafat-termasuk Foucault berubahnya pandangan manusia terhadap kebenaran maka seperti merubah substansi kebenaran itu sendiri

Jadi melepaskan kebenaran dari dunia manusia dan mengembalikannya pada Tuhan sebagai pemilik ketetapan ketetapan yang tanpa perubahan adalah cara untuk 'menelanjangi' Foucoult.

Kebenaran yang telah dilepaskan dari manusia dan berdiri sendiri sebagai hakikat disebut 'kebenaran hakiki' sedang kebenaran yang bermain dalam alam fikuran manusia yang bermain dalam persfective persfektif manusia disebut 'kebenaran relatif'

Dengan kata lain,dalam persfective agama,kebenaran adalah suatu yang telah selesai walau manusia di kreasikan untuk selalu mencarinya tetapi parameter serta muaranya telah ditetapkan.beda dengan bila persoalan kebenaran dikembalikan pada unsur manusiawi maka menjadi tidak akan pernah selesai karena tiadanya parameter baku 

Tadinya saya sendiri merasa kesulitan menangkap jalan fikiran Foucault tapi fikiran intuitif saya mengatakan ia tengah memainkan konsepsi kebenaran itu di dunia manusia sebab itu saya berupaya menangkap element apa saja yang eksist di dunia manusia dimana Focault melekatkan konsepsinya kesana

Konsepsi kebenaran adalah persoalan paling kompleks yang ditemukan msnusia. ada pertentangan diantara agama agama bahkan diantara rumpun agama langit dan apalagi ketika konsep demikian sudah masuk ke dunia filsafat dan apalagi bila sudah masuk kedalam filsafat kontemporer karena akan terurai ke berbagai persepsi yg beraneka ragam salah satunya pandangan Foucault

Rumit memang membaca kebenaran yang bermain dalam alam fikiran manusia serumit membaca fikiran Foucault karena disamping majemuk manusia pun berubah ubah.lain bila kebenaran itu diserahkan pada satu Tuhan dan kebenaran menjadi ajeg-tak berubah oleh situasi-kondisi kemanusiaan maupun ragam penafsir

Analoginya, mudah memahami makna 'fiksi' kalau kita semua berpegang pada satu kamus yang sama yang difahami dan disepakati semua orang,tapi kala kata itu bermain dalam kepala seorang Rocky gerung maka kita seperti menjadi lebih rumit memahaminya karena telah masuk ke tafsir individu dan biasanya akan ditanggapi oleh tafsir tafsir lain yang berbeda

Tetapi anomali dari pandangan Foucault terjadi sebenarnya dalam sejarah itu sendiri. dalam sejarah kita melihat sebagai contoh orang orang yang rela berkorban demi menegakkan kebenaran Ilahi.mereka rela dipenjara,kehilangan kekuasaan demi kebenaran yang mereka perjuangkan. jadi tidak selalu kebenaran merupakan ekpressi dari kehendak untuk berkuasa karena di dunia ini ada banyak orang yang tulus hati menegakkan kebenaran walau ber efek penderitaan bagi mereka

Dan artinya, karena kebenaran versi Foucault bersifat relatif seperti juga pandangannya terhadap kebenaran yang menurutnya tidak ada yang mutlak maka Foucault harus rela kalau konsepsi konsepsinya diruntuhkan oleh argumentasi yang berlawanan. menganggap fikiran Foucault 'selalu benar' berlawanan dengan kepercayaan nya sendiri terhadap kebenaran

Karena banyak orang yang tidak percaya adanya kebenaran yang bersifat mutlak tapi anehnya ketika konsepsinya dikritik ia seolah tak menerima dan dengan berbagai cara mempertahankan pendapat atau pandangannya,memperlakukannya sebagai suatu yang seolah bersifat mutlak

Maka melihat konsep Foucault dari berbagai sisi lain untuk menemukan kesalahan kesalahan dari pandangannya adalah suatu keniscayaan agar pandangannya itu tidak dipandang sebagai suatu kebenaran mutlak

Termasuk hal pertama yang harus kita lakukan kala bersua pandangan humanistik seperti Focault adalah, memisahkan kebenaran dari manusia,meletakkannya diluar manusia,mengembalikannya pada Tuhan sang pemilik sejatinya.agar hakikat kebenaran yang sesungguhnnya dapat diketahui dan difahami yaitu bersifat mutlak semutlak hukum kehidupan pasti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun