Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melepaskan Kebenaran dari Manusia, Cara Menelanjangi Foucault

14 Desember 2019   09:13 Diperbarui: 14 Desember 2019   11:27 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : merdeka.com

Contoh, bila sang penguasa menggunakan 'kebenaran' sebagai politik atau dalam permainan politik maka sejatinya yang digunakannya belum tentu kebenaran melainkan cuma ide-gagasan atau pemikiran untuk siasat politik.

Karena syarat bagi sesuatu untuk dipandang sebagai kebenaran sesungguhnya tetaplah harus dipisahkan dari beragam kepentingan serta situasi manusiawi atau dengan kata lain harus bersifat 'hakiki'

Bandingkan dengan agama yang melihat kebenaran sebagai suatu yang diluar manusia-ciptaan Tuhan dan karenanya substansinya otonom dari keterkaitan dengan hal hal yang serba bersifat manusiawi.sehingga apapun yang terjadi di dunia manusia dengan beragam situasi dan kondisi nya maka kebenaran tetaplah merupakan kebenaran

Contoh nyata adalah hukum kehidupan pasti atau 'sunnatullah' dalam bahasa lainnya sebagai salah satu tiang dari kebenaran hakiki yang ditegakkan di dunia manusia.apapun sejarah yang pernah terjadi,penguasa yang datang silih berganti,serta pandangan terhadap kebenaran yang berubah ubah dari generasi pemikir sebelumnya ke generasi pemikir berikutnya tetapi hukum kehidupan pasti tetap ada,manusia yang hidup tetap akan mati,siang dan malam tetap datang bergantian, yang muda tetap selalu menjadi tua,yang lahir tetap selalu lelaki atau wanita dan banyak lagi bentuk ketetapan baku lainnya yang sampai hari ini tanpa perubahan sedikitpun

Itu sebab kebenaran yang disandarkan pada hal yang hakiki semisal hukum kehidupan pasti itu pun menjadi bersifat tetap,tidak bergantung pada apa yang terjadi di dunia manusia,dan tidak bergantung pada persepsi persepsi manusia terhadapnya.apapun dan mazhab pemikiran yang bagaimanapun yang lahir dari dunia filsafat maka kebenaran sunnatullah tetap sebagaimana hakikatnya.sedang dalam pandangan filsafat-termasuk Foucault berubahnya pandangan manusia terhadap kebenaran maka seperti merubah substansi kebenaran itu sendiri

Jadi melepaskan kebenaran dari dunia manusia dan mengembalikannya pada Tuhan sebagai pemilik ketetapan ketetapan yang tanpa perubahan adalah cara untuk 'menelanjangi' Foucoult.

Kebenaran yang telah dilepaskan dari manusia dan berdiri sendiri sebagai hakikat disebut 'kebenaran hakiki' sedang kebenaran yang bermain dalam alam fikuran manusia yang bermain dalam persfective persfektif manusia disebut 'kebenaran relatif'

Dengan kata lain,dalam persfective agama,kebenaran adalah suatu yang telah selesai walau manusia di kreasikan untuk selalu mencarinya tetapi parameter serta muaranya telah ditetapkan.beda dengan bila persoalan kebenaran dikembalikan pada unsur manusiawi maka menjadi tidak akan pernah selesai karena tiadanya parameter baku 

Tadinya saya sendiri merasa kesulitan menangkap jalan fikiran Foucault tapi fikiran intuitif saya mengatakan ia tengah memainkan konsepsi kebenaran itu di dunia manusia sebab itu saya berupaya menangkap element apa saja yang eksist di dunia manusia dimana Focault melekatkan konsepsinya kesana

Konsepsi kebenaran adalah persoalan paling kompleks yang ditemukan msnusia. ada pertentangan diantara agama agama bahkan diantara rumpun agama langit dan apalagi ketika konsep demikian sudah masuk ke dunia filsafat dan apalagi bila sudah masuk kedalam filsafat kontemporer karena akan terurai ke berbagai persepsi yg beraneka ragam salah satunya pandangan Foucault

Rumit memang membaca kebenaran yang bermain dalam alam fikiran manusia serumit membaca fikiran Foucault karena disamping majemuk manusia pun berubah ubah.lain bila kebenaran itu diserahkan pada satu Tuhan dan kebenaran menjadi ajeg-tak berubah oleh situasi-kondisi kemanusiaan maupun ragam penafsir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun