Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sistem Operasi-OS Akal Versus Virus Pemikiran di Akhir Zaman

18 Juni 2019   08:00 Diperbarui: 18 Juni 2019   09:52 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : blog.daddystakoyaki.com

Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, ruh adalah 'data base' tepat menyimpan beragam jenis fikiran.jenis fikiran itu seperti : ingatan, kesan, kenangan, harapan, visi, pemahaman, keyakinan dan terlalu banyak untuk disebut satu per satu 

Dan dalam ruh itu terdapat atau tersimpan sebuah 'system operasi'-OS kalau dalam komputer atau ponsel (semisal system Windows atau android) yang menggerakkan-mengolah fikiran fikiran atau data data kalau dalam komputer. system itu disebut 'akal'. Bila tubuh termasuk semua organ nya adalah hardware manusia maka akal adalah soft ware nya dan karenanya bersifat abstrak dan bukan bagian dari jasmani (ini mementahkan argument kaum materialist) 

Ciri dari system akal pun sama persis seperti system operasi komputer yaitu bersifat konstruktif,dengan ciri utama : systematis-mekanistik-terpola-terstruktur,dalam artian lain: tidak kacau, tidak spekulatif,tidak relatif- tidak asal asal an.dan karakter-sifat akal itu bersifat baku artinya dipermanen kan oleh sang penciptanya untuk tidak berubah ubah

Karakter sifat akal itu tergali secara spesifik-terperinci utamanya dalam dunia filsafat.dalam dunia filsafat manusia dapat menggali serta merumuskan seperangkat HUKUM HUKUM LOGIKA.dan hukum hukum logika yang lahir dari ranah filsafat itu adalah kaidah kaidah cara berfikir akal yang memperkuat dalil- fakta bahwa cara berfikir akal itu memang bersifat sistematis karena hukum hukum logika itu adalah panduan bagaimana berfikir sistematis mengikuti karakter alami cara berfikir akal

Karakter sistematis cara berfikir akal itu bisa eksist bukan datang dari ruang hampa tapi karena terbangun oleh realitas adanya struktur dualisme yang mengkonstruks kehidupan : ada siang-malam, kehidupan-kematian, benar-salah, baik-buruk, fana-abadi, bahagia-derita,dunia-akherat dlsb.dlsb.yang semua adalah struktur systematis desain sang pencipta.artinya kehidupan tidak dikonstruk oleh hal yang bersifat ganjil. Ini yang membuat kehidupan dapat dijelaskan secara rasional-mengikuti cara berfikir akal

Demikian pula agama Ilahiah, dikonsep disesuaikan mengikuti cara berfikir akal yang mekanismenya bersifat dualistik itu,yang dalam agama cirinya bersandar utamanya pada  dualisme logika benar-salah, baik-buruk.dalam agama prinsip dualisme sangat kentara menjadi pemandu cara berfikir manusia, contoh pola : ini benar-ini salah, sebab-akibat, hidup-mati, fana-abadi, selamat-celaka, perbuatan-balasan,dunia-akherat,sorga-neraka

Tetapi pertanyaannya : apakah semua manusia otomatis cara berfikirnya menggunakan system operasi (OS) akal yang sistematis itu ? .. Ternyata tidak ! ..

Ternyata tidak semua manusia secara otomatis cara berfikirnya menggunakan OS akal.ada banyak hal yang membuat OS akal menjadi tidak berfungsi.orang yang dikendali oleh emosi-hawa nafsu misal maka cara berfikirnya bukan bersandar pada pertimbangan akali tapi cenderung mengikuti kehendak hawa nafsu nya. dorongan hawa nafsu-emosi, imajinasi liar, mabuk, pemikiran liar dlsb.adalah sebagian contoh hal hal yang membuat OS akal menjadi tidak berfungsi

Bahkan di dunia filsafat sendiri ternyata tidak semua failosofnya berfikir dengan prinsip setia mengikuti OS akal, belakangan di era kontemporer sebagian para failosof nya bahkan berupaya mengingkari hukum hukum logika tersebut (dan termasuk mengingkari adanya kebenaran berdasar rasionalitas) dengan jalan MENDEKONSTRUKSINYA. sehingga bila cara berfikir failosof klasik itu cenderung masih logosentris (mengikuti hukum logika murni) maka cara berfikir failosof kontemporer itu cenderung 'spekulatif' (kebalikan dari konstruktif) karena prinsip atau sandarannya bukan lagi pada logosentrisme atau rasionalisme tapi lebih pada kebebasan individu-individualisme. 

Sebab itu dalam ranah filsafat post mo pandangan pribadi yang subyektif lebih di utamakan dan lebih di hargai ketimbang bentuk kebenaran rasional hasil kesepakatan bersama hasil rumusan akali-berdasar kaidah akal-hukum logika

.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun