Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

'Lutaukan' dan Jarak Antar Agama Agama

29 Mei 2019   10:04 Diperbarui: 29 Mei 2019   10:12 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images: politik-Rmol

'lutaukan' .. Apa makna kalimat tersebut ? Mungkin ada orang yang menebak bahwa itu nama sejenis makanan atau nama kota di Amerika selatan

Tapi coba pisahkan beberapa kata dengan kata lain dengan jalan memberi nya jarak-spasi misal menjadi 'lu tau kan' maka kalimat tersebut menjadi bermakna 'kamu tahu kan'

Itulah sesuatu bermakna kalau diberi jarak dengan sesuatu lainnya dan kehilangan makna justru apabila disatupadukan tanpa jarak sama sekali

Contoh lain adalah warna cat,coba cat kuning,hijau,merah,biru di oplos-disatu padukan maka disamping kehilangan identitas juga masing masing kehilangan makna sama sekali,artinya masing masing warna bermakna kalau masing masing tetap menjadi dirinya sendiri sendiri

Itu semua adalah hanya analogi untuk mencoba menjelaskan atau melukiskan keberadaan sebuah worldview-filosofi cara pandang mendunia terhadap agama yang memandang serta memperlakukan semua agama yang ada secara sama rata-sejajar dan sederajat seolah tanpa perbedaan sama sekali karena semua dianggap hanya sebagai instrument ajaran moral semata-sama sama mengajarkan kebaikan

Sebelumnya harus kita ketahui bahwa sebagaimana warna maka tiap agama itu memiliki identitas sendiri sendiri,mulai dari yang disembah apa-siapa lalu konsep kebenaran nya pun berbeda beda walau soal konsep kebaikan semisal kebaikan pada sesama memang mungkin tak jauh berbeda

Saking bersemangatnya para penggagas serta pengusung faham pluralisme tersebut dengan filosofi nya maka diantara mereka ada yang membuat moment khusus atau mengangkat ke permukaan moment moment yang dapat melukiskan prinsip kesamarataan serta kesejajaran tersebut. misal ketika beberapa penganut agama ada pada satu tempat dan lalu melakukan ritual bersama masing masing peserta nampak seolah tanpa beban ideologis dan psikologis

Padahal bila tak dibuat jarak antar agama agama maka otomatis ya seperti analogi yang saya lukiskan diatas

Kedua,ada kejanggalan yang bersifat substansial dari upaya mendesain pensejajaran yang lebih kepada peleburan tersebut bila dilihat dari kacamata masing masing agama

Saya lihat dari bingkai agama islam misal :

Seperti yang kita tahu agama islam mengkonsep penyembahan terhadap Allah-Tuhan yang maha esa dan melarang sangat keras penyembahan terhadap selain Allah atau yang di istilahkan dengan 'musrik'.nah bagaimana perasaan seorang muslim berada satu panggung ritual dengan fihak yang oleh agama nya dipandang berada pada jalur penyembahan yang salah

Menganggap Allah sama saja dengan yang disembah para peserta ritual lain maka jelas bagi muslim gugurlah keimanan dan keislaman nya

Dan ini berlaku pada para peserta lain apapun agamanya

Artinya juga, secara logika sebenarnya demikian pula bila kita memandang moment tersebut dari kacamata masing masing peserta yang berasal dari agama lain. mereka sepanggung dengan fihak yang agamanya melarang mereka mengikuti sesembahannya atau melarang mengikuti konsepnya atau melarang mengikuti jalannya

Nah kalau mereka semua para peserta memandang bahwa semua ritual yang berbeda itu sama saja dan yang mereka sembah pun sama saja dengan apa yang disembah dan dipercayainya maka otomatis secara substansi gugurlah iman teologis mereka

Nah untuk agar agama itu masih memiliki makna sebagai sebuah konsep kebenaran-bukan sebagai konsep moral semata maka harus dibuat jarak yang membedakan antara satu dengan lainnya.dan salah satu cara tersebut adalah dengan menghindarkan para penganutnya bercampur baur secara ritual agar mereka tidak nampak menunggangi prinsip agamanya masing masing.biarlah mereka melakukan ritual sendiri sendiri dengan khusyu agar masing masing nampak setia dan konsisten dengan prinsip kepercayaan nya masing masing.karena bila dilebur dalam satu panggung bersama dan masing masing hadir tanpa perasaan gamang sama sekali maka prinsip mereka terhadap keyakinannya justru harus dipertanyakan 

Dengan kata lain, dibuatnya jarak antara mereka itu agar masing masing bisa menghayati secara sungguh sungguh serta konsisten-tidak munafik atas apa yang dipercayai dan di ikrarkannya sebagai iman

............

Penggagas pluralisme tulen itu adalah mereka yang tidak menyukai klaim kebenaran mutlak satu golongan.mereka ingin semua agama dipandang sejajar-samarata-sebagai tidak lebih dari ajaran moral semata-tanpa harus ada klaim kebenaran segala.sebab menurut pandangannya klaim klaim kebenaran itu adalah akar dari beragam konflik

Padahal konflik benar-salah itu dalam sejarah umat manusia adalah suatu yang alami-sesuai fitrah akal fikiran-nurani, asal kita mampu menjaga diri jangan sampai menjadi konflik fisik yang merugikan semua fihak

Padahal klaim kebenaran dari pemeluk suatu agama itu menandakan bahwa pemeluknya masih meyakini yang dianutnya sebagai kebenaran dan karena itu ia mengimaninya

Dan padahal meyakini kebenaran mutlak dari apa yang diyakininya-apapun agamanya itu adalah ciri penganut agama tersebut yang masih berada dijalur agamanya.karena bila memandang agama lain lah sebagai yang benar maka otomatis ia keluar dari rel ajaran agamanya

Soal pindah agama atau pindah rel kepercayaan maka itu adalah hak masing masing dan itu menandakan bahwa ia masih bisa membedakan antara satu agama dengan lainnya

.........

Tetapi pembuatan jarak itu tentu tidak perlu di buat untuk lingkup pergaulan sosial.dalam lingkup pergaulan sosial mereka tak perlu di pisah oleh jarak jarak yang tidak perlu yang membuat mereka saling berjauhan secara psikologis.ini untuk agar semua mereka dapat hidup bersama bersatu sebagai warga negara

Yang harus dibuat adalah membuat jarak ideologis-teologis untuk memisah apa apa yang masing masing percayai agar makna agama sebagai konsep kebenaran serta petunjuk jalan hidup masih tetap berdiri tegak dan tidak berubah menjadi sekedar ajaran moral semata

Dan agar makna agama masih tetap eksis-memiliki identitas sejati,tidak lenyap oleh serbuan faham pluralistik

Walau narasi 'saling menghormati-saling menghargai' tentu tetaplah harus di ikut sertakan agar pembuatan jarak ini tak menimbulkan konflik psikologis-sosiologis asal jangan menyusupkan prinsip 'harus saling membenarkan' karena ini adalah prinsip kaum pluralis yang merusak substansi agama

...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun