Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Apakah Akal Anda Masih Sehat?

21 Maret 2019   09:21 Diperbarui: 22 Maret 2019   06:13 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Frits Ahlefeldt

Memiliki fanatisme politik berlebihan atau misal bersikap fanatis terhadap kubu politik yang didukung itupun bisa merusak cara berfikir akal karena orang yang seperti itu cenderung suka membenarkan hanya yang datang dari kubu politiknya sendiri sedang yang datang dari kubu politik seberang cenderung selalu dipandang buruk dan salah.

Pembenaran terhadap yang salah dan menyalahkan yang benar ini sangat sering terjadi di panggung politik yang mana tujuannya bukan mencari kebenaran tapi sekadar mencari kemenangan. Yang menjadi parameter atau tujuan bukan kebenaran tapi kekuasaan

Demikian pula mengkultuskan atau meng idolakan seseorang atau sebuah ideologi atau sebuah partai politik atau organisasi-organisasi lain itu bisa merusak akal karena apapun yang datang atau yang dilakukan sang idola akan cenderung dipandang baik dan benar sedang apapun yang datang dari musuh sang idola akan cenderung dipandang buruk dan salah.

Padahal manusia itu siapapun bisa jatuh kepada benar dan juga kepada salah sehingga kepada siapapun termasuk sang idola kita tetap harus bersikap kritis. Budaya kultus adalah budaya yang membunuh potensi akal untuk mengenal kebenaran!

Sikap tunduk patuh taat yang berlebihan terhadap sesuatu alias 'taklid' apakah individu, organisasi, ideologi itu bisa merusak fungsi akal. Sebab akal tak lagi mempertimbangkan soal benar-salah, baik-buruk karena yang ada dalam perasaan misal yang penting adalah mengikuti, memperlihatkan kesetiaan, memperlihatkan rasa cinta, ketaatan dan lain sebagainya.

Demikian pula orientasi atau kecintaan berlebihan pada adat istiadat-kebudayaan itu bisa merusak potensi akal sebab tidak semua adat istiadat serta kebudayaan itu baik dan benar sebagian malah merusak akal semisal kebudayaan memberi sesajen pada leluhur.Tapi itulah, dalam berhadapan dengan adat istiadat-kebudayaan di wilayah nya seorang kadang tidak mempertimbangkan unsur benar-salah atau baik-buruk karena yang ada dalam pikirannya adalah hanya mengikuti dan mengikuti hal yang sudah biasa dilakukan secara turun temurun atau hanya berupaya 'melestarikan'.

Itulah apapun sebab-akibat nya yang dapat kita telusuri maka hal hal yang lalu membuat manusia menjadi tidak lagi mengenal hal-hal yang bersifat dualistik, hal yang berpasangan atau dipasangkan seperti ini benar, ini salah, ini baik-ini buruk, ini jalan keselamatan, ini keabadian dlsb. Atau yang membuat manusia tak percaya adanya keabadian dibalik kefanaan, non materi dibalik materi, alam gaib dibalik alam lahiriah. Maka itu disebut sebagai hal yang merusak akal.

Sebab itu jagalah akal sehat anda dengan selalu beragama yang memuliakan akal, selalu peduli pada persoalan benar-salah, selalu mempertimbangkan mana benar mana salah dalam hal persoalan apapun, baik persoalan agama-sains-filsafat-politik-ekonomi-sosial. Tidak orientasi pada kesenangan perasaan emosional nafsu semata.

Dalam persoalan agama misal tidak mencampuri agama dengan bid'ah-khurafat-takhayul, dalam sains tidak menyamaratakan yang baru sekedar hipotesa dengan yang sudah merupakan kebenaran empirik. Dalam filsafat dengan selalu bersikap kritis terhadap semua jenis pemikiran manusia yang lahir dari dalam nya karena tidak semua baik dan benar.

Itulah terlalu banyak dan akan terlalu panjang bahasan soal akal ini apabila semua harus dituliskan, apa yang saya tulis adalah sedikit tentang akal yang saya nilai bersifat substansial dan tentunya sangat penting untuk diketahui dan difahami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun