Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menembus Dimensi Hakikat sebagai Lapisan Realitas Terdalam

16 Maret 2019   08:03 Diperbarui: 17 Maret 2019   21:04 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : whitedolphinwoo.wordpress.com

Itulah, kebenaran yang disandarkan pada pemahaman terhadap 'hakikat' disebut 'kebenaran hakiki' atau kebenaran yang sesungguhnya, bukan kebenaran 'bayangan'.kalau sesuatu wujud fisik terkena cahaya maka 'kebenaran yang sesungguhnya' bukanlah bayangan dari benda itu

................................

Dan itulah,pemahaman terhadap makna 'hakikat' itu berhubungan dengan pengetahuan terhadap realitas yang bersifat multi dimensi. Artinya sebagai contoh, seorang yang memahami realitas hanya sebagai suatu yang terbatas nampak kedalam pengalaman inderawi misal, itu tidak akan memahami apa makna 'hakikat' yang sesungguhnya, seorang yang ingin memahami apa itu 'hakikat' mutlak harus memiliki pandangan multi dimensi, memiliki mata batin disamping mata lahir.

Artinya, seorang yang memahami apa itu 'hakikat' adalah seorang yang pandangannya dapat menembus lapisan terdalam dari realitas.maka karena itu seorang yang memiliki mata batin yang dapat menembus hakikat ia tidak silau-tidak tertipu oleh segala suatu fenomena pernak pernik duniawi yang nampak mata karena ia dapat menangkap apa hakikat dibalik semua yang nampak itu tentu saja menutut sudut pandang sang penciptanya

Kesimpulannya,realitas itu tidak datar-tidak satu dimensi melainkan berlapis mulai dari yang nampak mata lahir hingga ke yang hanya dapat ditangkap mata batin. Nah hakikat dari segala suatu terletak di lapisan realitas terdalam yang hanya dapat ditangkap oleh mata batin,dengan kata lain apapun yang nampak kedalam pandangan dunia inderawi tidak selalu mencerminkan hal yang sesungguhnya.seseorang yang menampakkan diri sebagai 'baik'-'saleh' dihadapan mata inderawi manusia hakikatnya belum tentu demikian.

Seorang yang menampakkan diri sebagai orang yang mengklaim beragama maka hakikatnya belum tentu demikian dihadapan Tuhan.sebuah ideologi buatan manusia yang diproklamirkan sebagai suatu yang 'baik' dan 'benar' dihadapan manusia belum tentu hakikatnya demikian dihadapan Tuhan. seorang yang di citrakan sebagai tokoh publik yang kepribadian serta pandangan pandangannya dipandang baik dan benar maka belum tentu hakikatnya demikian dihadapan Tuhan

Dengan kata lain, seorang yang faham ilmu 'hakikat' maka ia tidak akan tertipu atau terkecoh oleh segala bentuk pencitraan, opini opini, persepsi persepsi hingga ke filosofi filosofi atau pandangan pandangan manusiawi yang berada dibalik semua mazhab filsafat-isme-ideologi buatan manusia karena ia tahu bahwa semua itu hanya ibarat bayangan semata dari sebuah obyek fisik yang terkena cahaya-bukan obyek yang sesungguhnya-tidak mencerminkan hakikat yang sesungguhnya

..........................

Lalu bagaimana cara untuk dapat menggapai pemahaman akan hakikat sebagai realitas terdalam dari segala suatu itu agar tidak tertipu oleh berbagai fenomena yang nampak mata itu ?

Pertama adalah kita harus selalu mengasah mata batin karena realitas terdalam dari segala suatu itu hanya dapat ditangkap oleh mata batin yang peka dan kedua tentu adalah kita harus berupaya untuk selalu dekat dengan sang maha pencipta dan mengenal visi misi serta pengertian pengertianNya

Tetapi sebelum tiba kesana-ke level pengetahuan itu kita juga harus pandai bermain logika terlebih dahulu karena banyak yang di klaim manusia sebagai 'tuhan' sehingga ada banyak 'agama' di dunia ini, tetapi pengetahuan akan hakikat akan menggiring logika kita hanya kepada keyakinan hanya mungkin ada satu Tuhan-kemustahilan ada banyak tuhan dibalik realitas keseluruhan. maka kita harus mengetahui serta memahami mana Tuhan yang sesungguhnya ada-eksist-bisa membuktikan keberadaanNya-bukan hanya sekedar imajinasi manusiawi belaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun