Banyak yang berpendapat bahwa dogma adalah sebuah konsep yang tertutup dalam arti tidak bisa di ilmiahkan, termasuk utamanya adalah pandangan terhadap dogma agama. Tetapi pendapat itu sebenarnya tidak selalu benar. pandangan miring terhadap dogma itu sendiri yang terkadang membuat dogma menjadi nampak tertutup.dengan kata lain,pandangan seseorang terhadap dogma sering di dahului oleh prasangka buruk terlebih dahulu dan karenanya muncul keengganan untuk menganalisisnya
Padahal dogma itu ibarat kiriman barang built up dari luar negeri yang kadang orang hanya tinggal memakainya tanpa tahu bagaimana dalamnya atau bagaimana benda tersebut dibuat,atau bagaimana mekanisme-teknologi yang menggerakkan benda teknologi tersebut. sehingga bila ingin mengetahui benda teknologi itu secara seutuhnya maka kita harus membongkar serta mempreteli element yang membentuk benda teknologi tersebut
Pelajaran agama saat waktu kita kecil memang kita terima sebagai dogma yang di indoktrinasikan,tetapi dogma yang tertanam sejak masa kecil itu bukan harus dibeku kan serta di abadikan dalam alam fikiran kita tetapi harus di cairkan. dengan cara bagaimana dogma itu harus kita cairkan  ? Tentu dengan jalan membongkarnya-menganalisisnya atau memikirkannya secara mendalam-konstruktif serta menyeluruh.pada waktu kecil kita tak bisa melakukannya karena kemampuan berfikir kita masih terbatas tetapi setelah dewasa kita tak boleh membiarkan dogma itu tetap sebagai dogma tetapi harus di rekonstruksi agar mewujud menjadi ilmu pengetahuan
Bila dogma telah di fikirkan secara konstruktif-mendalam serta menyeluruh maka hanya akan ada dua kemungkinan yang akan terjadi; pertama ; dogma itu salah dan kedua; dogma itu benar
Baca juga: Dogma yang Telah Sirna
Bagaimana cara merekonstruksi dogma ? Pada dasarnya tentu bukan suatu yang sulit melakukannya sebab secara alami manusia sudah diberi peralatan untuk itu yaitu; dunia indera-akal-hati (nurani).dunia indera untuk menangkap realitas lahiriah, akal untuk meng abstraksikan apa yang ditangkap dunia indera itu kedalam konsep konsep rasional dan lalu hati untuk menangkap essensi-substansi-hakikat-intisari dari semua yang ditangkap dunia indera dan akal untuk lalu di muarakan pada keyakinan-termasuk keyakinan iman
Dimana ciri dari dogma yang benar adalah ia akan cocok-klop-bersesuaian dengan pemahaman hati nurani dan akal sehat,sedang dogma yang salah sulit masuk kedalam pemahaman hati nurani serta akal fikiran
Berkali kali Tuhan menyerukan dalam kitab suci agar manusia berfikir-berfikir-berfikir dan artinya tidak menelan mentah mentah begitu saja apa yang di firmankan Tuhan melainkan mesti di fikirkan secara mendalam.manusia itu sendiri yang menyebut firman Tuhan sebagai 'dogma',padahal Tuhan sendiri tidak menyebutnya demikian.Tuhan tidak bersabda misal 'firmanKu adalah dogma'
Pandangan dogmatik terhadap agama bisa di awali oleh pandangan yang salah, misal beranggapan bahwa kebenaran agama adalah suatu yang tidak boleh dipertanyakan,padahal itu salah besar ! Anggapan atau tuduhan itu sering di lontarkan oleh kaum yang tak beriman.karena pantas kalau mereka selalu ber pandangan demikian karena pada dasarnya mereka tak mau menghayati serta mendalami apa yang tertulis dalam kitab suci.padahal dalam kitab suci itu sendiri ada tantangan dari Tuhan terhadap akal fikiran,tiada lain untuk agar digunakan secara optimal bukan saja untuk mengelola hal fisik-empirik tetapi juga hal metafisis-non empirik.pandangan bahwa akal-nalar itu suatu yang paralel dengan empirisme-pembuktian empirik itu adalah dogma ilmiah sesat yang membuat manusia sulit membedah hal metafisis seperti agama sehingga konsekuensinya agama selalu nampak seperti 'dogma'.jadi upaya membedah dogma itu harus di awali dari cara pandang yang benar terlebih dahulu terhadap makna serta fungsi 'akal'
Tetapi memang kelemahan atheis-orang tak beriman diantaranya adalah penggunaan akal mereka sangat terbatas karena terkendala oleh prinsip prinsip cara pandang-ideologi materialisme dimana dengan itu pada dasarnya mereka menolak percaya terhadap adanya hal hal gaib.padahal realitas itu mustahil keseluruhannya tertangkap oleh dunia indera manusia yang terbatas sehingga adanya realitas gaib adalah sebuah keniscayaan.dan karena adanya faktor keterbatasan inderawi itu pula maka dalam dunia manusia ada wilayah 'keyakinan-kepercayaan'.dimana dari fakta-realitas keterbatasan inderawi itu kita bisa fahami bila akal lalu berfungsi menutupi kelemahan dunia panca indera.
Akal diciptakan Tuhan sebagai alat berfikir universal-menyeluruh bukan saja untuk menelusur dunia materi tetapi juga untuk menelusur hal hal yang bersifat non materi-metafisik termasuk hingga ke wilayah gaib ! Filosofi demikian tidak dimiliki oleh kaum materialist yang melekatkan akalnya hanya dengan hal hal empirik-material