Kapan kita bisa melihat menara pisa sebagai sesuatu yang miring ?Â
Tentu kalau kita berdiri diatas matras datar yang membuat kita bisa berdiri tegak lurus. Tetapi kalau matras tempat kita berpijak itu kita miringkan sejajar dengan kemiringan menara pisa maka kita tidak akan lagi melihat menara Pisa sebagai obyek miring melainkan akan melihat menara pisa sebagai suatu yang tegak lurus sebaliknya bangunan bangunan yang disebelahnya malah yang akan dilihat sebagai obyek-obyek yang miring
Nah di arena debat semacam ILC mengapa selalu terjadi perdebatan yang tak berkesudahan bahkan kadang mirip pertengkaran ?Â
Itu terjadi karena tidak semua panelis berdiri diatas matras datar yang membuatnya bisa berdiri tegak, dan dapat melihat dengan jelas hal-hal miring yang terdapat dalam obyek-permasalahan yang sedang dibahas.
Sebagian panelis memiringkan matras yang mereka pijak agar hal-hal yang miring yang ada dalam atau yang dijadikan obyek bahasan tidak lagi nampak miring.dan itu dilakukan dengan menggunakan argument-opini-filosofi tertentuÂ
Dengan kata lain waspada dengan opini-filosofi-ideologi-sudut pandang manusiawi karena itu adalah peralatan yang bisa memiringkan hal hal yang tegak atau menegakkan hal hal yang miring
Nah persoalannya adalah,apa yang membuat manusia bisa berdiri diatas matras datar yang membuatnya bisa berdiri tegak dan bisa melihat hal hal yang miring yang ada dalam berbagai hal-obyek-permasalahan ?
Tuhan mengaruniakan peralatan yang bisa membuat manusia tahu-faham-mengenal-mengerti apa itu benar-salah, baik-buruk.peralatan itu adalah hati nurani dan akal sehat. Sedang unsur yang bisa membuat akal menjadi miring pada dasarnya adalah hawa nafsu.
Hawa nafsu adalah unsur yang dapat membangun ambisi.misal hawa nafsu yang membingkai ambisi akan harta-tahta-wanita, atas dasar ambisi nya itulah manusia suka memiringkan hal hal yang tegak lurus dan sebaliknya, menegakkan hal-hal yang miring
Contoh, ambisi akan kekuasaan atau fanatisme terhadap kubu politik sering membuat orang tak lagi mempertimbangkan persoalan benar-salah, baik-buruk, sebab yang menjadi tujuan utama adalah bukan kebenaran dan kebaikan melainkan kemenangan.maka demi kemenangan itu hal-hal yang baik-benar suka di miringkan sehingga menjadi nampak tidak baik dan tidak benar. Demikian juga sebaliknya,hal hal yang tidak benar-tidak baik suka di miringkan sehingga menjadi nampak benar dan baik
Contoh,peristiwa dengan simbol 212 itu betapapun oleh satu fihak di pandang sebagai suatu gerakan moral-keagamaan tetapi oleh fihak lain dimiringkan diantaranya melalui opini opini agar murni nampak sebagai gerakan politik.