Saya tertarik dengan istilah 'realitas politik' yang diungkap oleh salah seorang panelis ILC-Indonesia Lawyer Club.lalu saya berfikir apa bedanya dengan 'realitas yang sesungguhnya' (?)
Lalu saya memperoleh penjelasan perihal masalah itu dari sang panelis bersangkutan berupa contoh dari realitas politik yang terjadi di Indonesia. menurutnya bila para capres dalam kampanyenya dulu membuat janji janji politik tertentu dan lalu ternyata janji itu (sebagian) tak ter implementasikan dalam realitas yang sesungguhnya maka menurutnya itulah 'realitas politik' di Indonesia
Barulah saya tahu bahwa 'realitas politik' itu sebuah bahasa untuk menunjukkan sesuatu yang berlawanan dengan 'realitas yang seharusnya'. jadi 'realitas politik' itu merupakan sebuah paradoks dari 'realitas yang seharusnya'.bila realitas yang seharusnya adalah 'X' maka yang terjadi justru 'Y'
Artinya kalau mengacu pada 'realitas yang seharusnya' maka tentu saja janji janji politik itu suatu yang harusnya di realisasikan dalam realitas yang sesungguhnya.bila yang terjadi adalah kebalikannya maka yang terjadi hanyalah sebuah 'realitas politik' mengacu pada istilah yang diungkap sang panelis ILC tersebut
Nah saat ini rakyat tengah mendengar janji janji politik dari para capres sehingga rakyat tentu bertanya tanya sekaligus menanti nanti apakah yang akan terjadi kelak adalah realitas yang seharusnya ataukah hanya sekedar  'realitas politik' ?
Dengan kata lain,apakah para capres itu bila salah satunya kelak terpilih bisa menghadirkan realitas yang seharusnya yang paralel dengan apa yang mereka janjikan atau hanya sekedar bisa menghadirkan 'realitas politik' ?
Nah diantara 'realitas politik' dengan 'realitas yang seharusnya' tentu akan tercipta sebuah jarak,dimana jarak itu bisa saling mendekat tetapi juga bisa saling menjauh.jarak yang ada diantara kedua realitas yang paradoks itu maka itulah yang disebut sebagai 'realitas yang sesungguhnya'.tetapi yang selalu akan-pasti serta sedang terjadi adalah selalu 'realitas yang sesungguhnya' sebab baik 'realitas politik' maupun 'realitas yang seharusnya' keduanya hanya sekedar gagasan-gambaran yang hidup dikepala. hanya para analis politik serta orang orang yang faham politik yang bisa melukiskan dengan tepat apakah yang sedang dialami rakyat adalah realitas politik atau realitas yang seharusnyaa (?) Karena rakyat awam itu mereka hanya bisa bersifat pasif,mereka hanya bisa menerima realitas dan tak bisa menciptakan realitas.para politikus lah yang bisa menciptakan realitas untuk rakyat
Nah rakyat adalah komunitas yang selalu hidup dalam 'realitas yang sesungguhnya' terlepas dari apakah realitas yang sesungguhnya itu merupakan realitas yang seharusnya atau sekedar realitas politik
.................
Apakah pelukisan tentang  'realitas politik' yang saya gambarkan dalam artikel ini memang tepat demikian sesuai kenyataan ?,.. saya sendiri mempersilahkan pembaca untuk menilainya sendiri.mungkin dalam pandangan anda-pembaca,apa yang saya tuturkan hanyalah uraian yang memutar mutar istilah tertentu tapi tanpa makna yang jelas (?) saya hanya ingin mengetahui apakah ada persamaan persepsi maksudnya ...
Tapi sebagai perbandingan dan untuk kepentingan mem fokus kan persoalan mungkin kita dapat bercermin pada realitas politik yang terjadi di negara lain.di Amerika misal,realitas politik disana mungkin berbeda dengan yang terjadi di Indonesia.disana seorang Donald trump yang menurut sebagian rakyat Amerika sendiri dipandang kurang pantas jadi pemenang pilpres karena karakter nya yang kontroversial itu toh akhirnya bisa juga menjadi presiden,mengapa ? Karena ada berbagai pemantik-berbagai aspek yang merupakan jalan bagi terwujudnya 'kekurang pantasan' itu.setelah diangkat jadi presiden mungkin benar Donald trump merealisasikan janji janji kampanyenya walau dipandang kontroversial, artinya sampai sejauh ini 'realitas yang seharusnya' dinikmati rakyat Amerika.tetapi 'realitas politik' di Amerika sana yang mencuat ke permukaan mungkin adalah 'bagaimana seorang yang dipandang kurang pantas jadi pemimpin akhirnya bisa menduduki kursi kepemimpinan'