Dengan berfikir cukupkah kita menyadari hanya sebagai Ada ? .. bila berfikir adalah sebuah kegiatan yang konsisten-terus menerus maka kesadaran sebagai Ada saja pasti tidaklah memadai.karena itu baru hanya kesadaran ontologis-kesadaran yang menjadi awal-lanskap dari langkah berikutnya yang lebih kompleks.itu ibarat seorang yang baru tiba di terminal maka langkah selanjutnya yang harus difikirkan tentu adalah mencari kendaraan yang bisa membawanya ke tujuan
Ada itu substansinya bersifat tunggal dalam arti instrument didalamnya satu sama lain tidak saling menegasikan walau dalam pandangan manusia ia berlapis. Tetapi kesadaran itu bertingkat tingkat,sebagai contoh; saat kita masih kecil muncul kesadaran bahwa kita adalah anak si A - si B,lebih gede kesadaran siapa teman dan tetangga,lebih dewasa lagi muncul kesadaran bahwa kita adalah bangsa anu yang ada di negara anu,lebih jauh lagi lalu muncul kesadaran sebagai makhluk yang memiliki rasa cinta asmara,lebih dalam lagi muncul kesadaran sebagai makhluk Tuhan,kesadaran sebagai makhluk fana dst.dst.kesadaran itu akan paralel-identik dengan pengalaman yang di alami artinya kesadaran tak diperoleh melulu dengan diam di satu tempat dengan hanya berfikir secara terus menerus misal
Lantas kemana arah berkesadaran setelah menyadari diri sebagai Ada,apakah akan mengarah ke kiri-kanan,ke arah yang benar atau ke arah yang salah maka pada tiap individu hal itu tidak akan seragam sebagaimana tidak seragamnya takdir yang mereka semua alami.itu sebab melekatkan berfikir hanya dengan problem Ada semata tidaklah memadai karena persoalan eksistensi manusia yang sesungguhnya akan dialami setelah manusia mengalami berbagai Ada atau realitas lain dalam pengalamannya yang beragam yang menumbuhkan berbagai jenis dan macam kesadaran yang tidak selalu sama
Plural nya pengalaman itu menunjukkan bahwa kesadaran bukanlah suatu yang selalu dapat di indoktrinasikan,walau ada yang mendoktrin seseorang agar tumbuh kesadaran tertentu dalam dirinya tetapi pada tiap individu tentu bisa datang pengalaman lain yang lalu merekonstruksi kesadaran pertama atau bisa datang pengalaman baru yang menggugurkan kesadaran sebelumnya.Dengan kata lain kualitas pengalaman dapat paralel dengan kualitas kesadaran walau tidak selalu pengalaman tertentu paralel dengan kesadaran tertentu.Â
Kesadaran itu memiliki kualitas berlapis dan pada tiap orang hal itu juga tidak akan sama,ibarat ada kualitas intan-emas-perak-perunggu hingga batu biasa. makin berkualitas fikiran serta pengalaman seseorang maka kesadaran yang dapat diperoleh dapat paralel dengan pencapaian itu.ada kesadaran empirik-kesadaran inderawi,ada kesadaran rasionalistik-kesadaran akali dan lebih dalam lagi adalah kesadaran batin-kalbu dengan kualitas yang tentu tidak sama.kesadaran empirik misal ketika orang masuk ke dunia sains, kesadaran akali bila masuk ke dunia filsafat dan kesadaran batiniah kalau sudah masuk ke wilayah agama
Seluruh fenomena yang ada atau terjadi sebagai pengalaman adalah infrastruktur bagi kesadaran.bila kesadaran itu ada dalam roh maka pengalaman datang dari luar roh untuk lalu menyatu dengan roh.ketika pengalaman itu mengabstraksi dalam roh maka menjadi lah kesadaran.muara dari berfikir adalah kesadaran tetapi sejauh mana kesadaran yang dapat digapai itu dapat bergantung pada berbagai aspek seperti kualitas berfikir-kualitas pengalaman hingga faktor petunjuk Tuhan semua dapat bermain di dalamnya
.......