Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Jangan) Risau Ketika Simbol Agama Tengah Bermain di Panggung Politik

9 Agustus 2018   09:25 Diperbarui: 9 Agustus 2018   20:58 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images: hrreview.co.uk

Tidak sedikit orang-analis politik biasanya yang berbalik menyerang kelompok tertentu ketika yang dianggapnya simbol simbol agama ikut bermain di ranah panggung politik. Maka tuduhan 'politisasi agama' atau 'memanfaatkan agama untuk kepentingan politik' biasanya berhamburan.

Sebagai pelengkap ibarat dua sayap berbeda,satu fihak lain biasanya teoritikus agama mendukung pandangan diatas dengan mengingatkan bahwa agama tidak boleh dibawa ke ranah politik karena itu adalah instrument-peralatan individu ketika berhadapan dengan Tuhan-sebentuk 'sekulerisme teologis'.kerjasama dua sayap itu sering berhasil meng isolir agama dari wilayah politik.dan membuat disana manusia bermain sendirian tanpa ditemani Tuhan

Mereka mungkin ingin yang bermain di panggung politik adalah manusia dengan ide ide politik murni yang tidak harus memakai sandaran nilai benar-salah atau baik-buruk yang dibingkai oleh institusi agama tertentu. demikian mungkin menurut para teoritikus politik kelas dunia dalam buku buku ilmu politik yang tebal tebal itu karena berkaca pada teori ilmu psikologi; politik adalah insting manusia terhadap kekuasaan.jadi biarkan saja manusia mengikuti insting nya,mungkin demikian menurut mereka

Tetapi (khusus) bagi orang beragama;  apakah teori psikologi serta politik demikian yang harus jadi landasan eksistensinya berpolitik?  

Atau,tidak boleh kah agama masuk ruang politik ?

Jawabannya sebenarnya bisa dua : bisa boleh dan tidak boleh.lho kok ?

Sebelumnya orang ber agama mesti tahu substansi dari agamanya sendiri sebelum terjun ke politik tiada lain agar ia tidak gamang ketika membawa agama ke ranah politik,tidak takut dengan cap serta stigma negatif yang di berikan fihak luar yang kurang memahami agama.bagi pemeluk setianya tentu agama itu seperti oksigen yang harus ada dimana mana.dalam ruang apapun dimana manusia bereksistensi; politik-ekonomi-budaya-seni-diplomasi dlsb.maka agama harus ikut menyertai sebagaimana oksigen yang dimanapun kita hirup sehingga bisa tetap hidup.dan itulah cara menghidupkan iman.kalau agama hanya dibawa ketika ke tempat ibadat dan ditinggal pergi ketika menuju panggung politik maka lama kelamaan iman akan seperti manusia kehilangan oksigen

Dan mengapa .. karena diruang manapun manusia bereksistensi sebenarnya disitu terdapat ranah yang dapat serta harus dilabeli nilai benar salah,baik-buruk.ketika manusia masuk ruang politik maka disitu akan ada problem yang terkait prinsip benar-salah,baik-buruk.sehingga dengan panduan agama manusia bisa memilah mana benar-mana salah,mana baik-mana buruk. demikian pula ketika msnusia masuk ke ranah ekonomi-budaya-seni dlsb.dlsb. selalu dan selalu akan bertemu dengan problem yang sama.lain dengan orang yang sudah tidak peduli lagi dengan nilai benar-salah,baik-buruk maka ia akan cenderung main seruduk-main hantam-main sikut yang penting tujuan tercapai.memang kecenderungan manusia kalau sudah melepas nilai yang diajarkan agama maka dalam politik cenderung berprinsip yang penting meraih kekuasaan,dalam ekonomi yang penting meraih keuntungan, dalam ranah seni yang penting mengekspressikan hasrat perasaan

Dengan kata lain kesimpulannya,agama harus dibawa ke panggung politik agar ia bisa menuntun serta membimbing langkah kita didalamnya,mana jalan yang benar yang harus kita tempuh dan mana jalan yang salah yang harus kita hindari bukan saja untuk diri pribadi tetapi juga untuk sesama

Dan kedua; selain harus tetapi mengapa juga tak boleh dibawa ke ruang politik ?

Agama tak boleh dibawa keatas panggung politik bila dibawa dengan niat serta tujuan yang salah,misal demi untuk hanya meraih kekuasaan semata untuk kepentingan pribadi-kelompok.bukan semata ingin mengusung nilai nilai yang ada dalam agama.apalagi setelah kekuasaan berhasil dipegang lalu agama yang dijadikan alat untuk meraihnya itu lalu dilepas kembali. dan setelah agamanya mengelupas barulah kelihatan sifat nya yang asli misal rakus harta.ini sering terjadi-nyata pada kasus kasus pejabat yang melakukan korupsi.yang bersangkutan pada saat berkampanye sering menggunakan dalil agama dan sekarang setelah terbukti belangnya itu baru dicurigai kalau simbol agama yang dipakainya dulu hanya alat-trik untuk menarik simpati pemilih belaka bukan murni ingin menegakkan nilai nilainya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun