Mohon tunggu...
Yasman
Yasman Mohon Tunggu... Dosen - Calon Rektor UI 2019-2024

Departemen Biologi FMIPA UI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

QS WUR tahun 2022: Quo vadis UI?

9 April 2022   13:38 Diperbarui: 18 April 2022   09:24 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tanggal 8 April 2022, pemberitaan terkait dunia pendidikan tinggi oleh media massa di Indonesia mulai diramaikan lagi dengan pengumuman pemeringkatan yang dilakukan oleh Quacquarelli Symonds World University Ranking (QS WUR). UGM masih bertahan di posisi peringkat paling tinggi di Indonesia, yaitu ranking 254, disusul oleh UI di ranking 290 dan ITB di ranking 303. Hal yang baru, dan tentu menggembirakan, adalah UNAIR mulai masuk dalam pemeringkatan 500 besar QS WUR tahun 2022, yaitu di ranking 465. Masih ada lagi beberapa PTN/PTS di Indonesia yang masuk pemeringkatan QS WUR tahun 2022 jika dilanjutkan hingga pemeringkatan terakhir yang tercatat dan diumumkan (hingga ranking 1299), yaitu IPB di ranking 511-520, ITS di ranking 750-800, UNPAD di ranking 801-1000, BINUS-UNDIP-UNIVERSITAS TELKOM-UB-UNHAS (ditulis sesuai urutan ranking) di ranking 1001-1200, dan UNAND-UMS-UNS-USU di ranking 1200+. Namun karena tak diberikan angka total penilaian (overall score) oleh QS WUR untuk PTN/PTS tersebut, jadi tidak terlalu menarik untuk dibahas lebih lanjut. Sebagai informasi, QS WUR hanya menuliskan angka total penilaian hanya sampai di ranking 500 yang memiliki overall score 24,1. Dapatkah membayangkan berapa overall score PTN/PTS Indonesia yang berada di kelompok rangking 1200+?

Mari kita mulai pemaparan selanjutnya dengan menyertakan angka total penilaian (overall score) supaya terbayang berapa usaha yang masih diperlukan pemerintah agar PTN/PTS nya dapat masuk ke dalam ranking 200 besar sebagaimana yang didengung-dengungkan oleh menteri pada kementerian terkait sebelumnya. Pemain baru untuk ranking 500 besar QS WUR tahun 2022, yaitu UNAIR, memiliki overall score 25,3 untuk dinisbatkan di ranking 465. Bandingkan dengan NUS (Singapura) yang memiliki overall score 93,9 yang menyebabkan NUS mampu bertengger di ranking 11. Bagai membandingkan langit dan bumi memang, tapi hal tersebut akan memberikan gambaran usaha yang diperlukan 3 besar PTN lainnya, UGM-ITB dan lebih khusus lagi UI, yang memiliki renstra masuk 5 besar ASEAN dalam pemeringkatan QS WUR pada periode kepemimpinan Rektor 2019-2024 ini. 

Peringkat QS WUR nomor wahid di Indonesia tahun 2022, yaitu UGM yang bertengger pada ranking 254 (sama dengan ranking tahun 2021) memiliki overall score 38,3, meningkat 0,9 poin dari overall score tahun 2021. Jika dibandingkan dengan peningkatan overall score tahun-tahun sebelumnya (terutama 2019 dan 2020), kenaikan angka tersebut tentu mengkhawatirkan. Mengapa? Selain karena merosotnya peningkatan overall score tersebut, juga terlihat jelas adanya kecenderungan penurunan peningkatan overall score tersebut dari periode tahun 2019-2022. Pada QS WUR tahun 2019, UGM memiliki overall score 28,6 dan didapuk di ranking 391. Pada QS WUR tahun berikutnya (2020), UGM mampu melakukan lompatan yang luar biasa dengan memiliki overall score 33,2 (naik 4,6 poin) dan didapuk di ranking 320. Setahun kemudian (2021), UGM kembali melakukan lompatan yang luar biasa walau tak sehebat tahun sebelumnya, dengan memiliki overall score 37,4 (naik 4,2 poin) dan didapuk di ranking 254 sehingga untuk pertama kalinya UGM menjadi PTN dengan peringkat QS WUR nomor wahid di Indonesia, mengalahkan UI yang justru terseok-seok pada rentang tahun 2019-2021 tersebut.

Berbeda dengan UGM yang sempat mengagumkan dengan lompatan peringkat yang luar biasa pada tahun 2020 dan 2021, walau secara perlahan namun pasti nyatanya ITB terus dapat memperbaiki peringkatnya di QS WUR. Namun demikian, kecendrungan penurunan peningkatan overall score dari tahun ke tahun juga terlihat seperti halnya yang terjadi di UGM. Pada QS WUR tahun 2019, ITB memiliki overall score 30,4 dan berada di posisi ranking 359. Pada QS WUR tahun berikutnya (2020), ITB memiliki overall score 32,3 (naik 1,9 poin) dan menempati ranking 331. Setahun kemudian (2021), peringkat ITB kembali naik yaitu di ranking 313 dengan overall score 33,3 (naik 1 poin). Tahun 2022 ini, ITB berada di ranking 303 dengan overall score 34,2 (naik 0,9 poin).

Pembahasan selanjut, akan lebih ditekankan ke UI karena dalam RPJP untuk periode 2019-2024 harus mencapai target renstra masuk 5 besar ASEAN dalam pemeringkatan QS WUR. Dengan nada sinis dan nyinyir, penulis pernah memberikan sentilan ke Pimpinan UI periode 2019-2024 untuk siap-siap mendapatkan punishment dari pemerintah karena untuk rentang 2019-2021, ranking QS WUR-nya terus menurun (klik link berikut untk membaca artikel sebelumnya). Berbeda dengan UGM dan ITB yang konsisten meningkat di pemeringkatan QS WUR, ranking UI dalam rentang periode 2019-2021 berikut overall score justru secara konsisten menurun: 2019 di ranking 292, tahun 2020 di ranking 296, dan tahun 2021 di ranking 305. Tahun 2022 ini, UI berhasil menaikkan peringkat QS WUR-nya di ranking 290 dan tentu patut diberikan apresiasi. Namun jika menilik kenaikan overall score-nya yang hanya mengalami kenaikan 1,1 poin saja (tahun 2021 overall score 34,0 sementara tahun 2022 overall score 35,1), tentu ini masih di luar ekspeksi untuk perguruan tinggi sekelas UI. Kenaikan overall score tersebut hampir nyaris sama saja dengan yang diperoleh UGM dan ITB, yaitu 0,9 poin. Merujuk ke kecendrungan penurunan kenaikan overall score UGM dan ITB dan situasi serta kondisi peringkat UI di QS WUR tahun-tahun sebelumnya yang selalu turun, patut dikhawatirkan kecendrungan penurunan kenaikan overall score UI pada QS WUR juga akan terjadi sebagaimana yang dapat dilihat pada UGM dan ITB. Itu pun dengan catatan, jika ada konsistensi kenaikan overall score UI. Mudah-mudahan (pimpinan) UI dapat membaca pandangan sinisme ini secara positif dan bijak sehingga hal tersebut tak perlu benar-benar terjadi. Mengapa?

Sekali lagi, UI telah menetapkan target minimal pada RPJP untuk periode 2019-2024 yaitu harus masuk 5 besar ASEAN dalam pemeringkatan QS WUR. Di artikel-artikel sebelumnya, penulis selalu menyatakan betapa UI harus punya langkah-langkah rencana strategis yang tepat jika memang serius untuk mewujudkan target RPJP untuk periode 2019-2024. Alih-alih bersaing dan mampu menyingkirkan 3 peringkat terbawah dari best TOP 5 universities di Negara Jiran (UKM, USM, dan UTM) untuk dapat masuk 5 besar di ASEAN, langkah UI untuk mewujudkan target tersebut makin berat karena PTN di negara tetangga pun sejak tahun lalu mulai kembali menunjukkan taringnya di kancah QS WUR. Sebut saja PTN pendatang baru di Pulau Kalimantan, Universiti Brunei Darussalam (UBB) memiliki overall score 38,6 dan berada di posisi ranking 250. Belum lagi PTN pemain lama di Negara Thailand mulai merangsek maju meninggalkan jawara QS WUR di Indonesia, yaitu Universitas Chulalongkorn yang memiliki overall 41,9 dan didapuk pada ranking 215. Perguruan Tinggi di Thailand lainnya, yaitu Universitas Mahidol, tahun 2022 ini overall score dan ranking QS WUR nya jauh di atas UI, yaitu overall score 38,1 dan ranking 255. Dengan demikian, untuk mewujudkan target RPJP untuk periode 2019-2024, UI harus dapat membalap overall score dan ranking perguruan tinggi terbaik ASEAN saat ini, yaitu (berdasarkan urutan ranking) NUS dan NTU (Singapura); UM, UPM, UKM, USM, dan UTM (Malaysia); Chulalongkorn (Thainland), UBB (Brunei Darussalaam), Mahidol (Thailand), dan bahkan UGM (Indonesia). Bagaimana (pimpinan) UI? Are you ready?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun