Mohon tunggu...
Mayor Ahmadi
Mayor Ahmadi Mohon Tunggu... Editor - Penyunting buku dan pemerhati sosial

Saat ini bekerja sebagai layouter buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekayaan Ir Sukarno yang Tersimpan di Bank Suwis (Nusantara yang Gemah Ripah Lohjinawi)

27 Januari 2022   21:54 Diperbarui: 27 Januari 2022   22:04 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Benar-benar ada dan nyata, benar-benar terbukti, bukan meng ada-ada, bukan isu, kabar burung sebagai berita hoaks yang mengabarkan kebohongan  menyesatkan  yang sering disalahgunakan orang-orang tak bertanggungjawab dan hanya mementingkan diri sendiri. 

Banyak orang yang mengaku-ngaku mendapat mandat dari Ir. Sukarno untuk mengambil harta kekayaan yang tersimpan di bank Swiss, untuk menjadi Ratu Adil, Ratu Sejagad, King of the Kings yang semuanya hanya huntuk kesombongan, kebohongan dan penipuan kepada orang-orang yang mudah dibohongi dengan janji-janji palsu yang menggiurkan. 

Yang mau meberi pangkat, derajat dengan gaji yang berlipat-lipat oleh perbuatan jahat para ratu kethoprak, ratu dagelan  yang bermain di atas panggung sandiwara yang sebentar saja, tetapi telah banyak yang menjadi korban kebohongan dan penipuannya.

Kekayaan Ir. Sukarno yang tersimpan di "bank Suwis" yang tak ternilai karena saking banyaknya benar-benar ada bukan meng ada-ada, dan tidak benar banyak orang mengatakan Ir. Sukarno adalah Presiden Indonesia yang paling miskin, paling melarat. Justru Ir. Sukarno Presiden Indonesia yang paling kaya raya, kaya hati, kaya ilmu dengan kekayaan yang tak ternilai harganya. Semuanya akan disumbangkan demi amanat penderitaan rakyat yang masih hidup sengsara dan menderita.

Di jaman kuno (buku durung ono), para pinisepuh kang winasis leluhure wong Jawa, di dalam menelaah dan memaknai kalimat demi kalimat yang "tersirat" merupakan kalimat perlambang atau tembung sanepan dalam bahasa Jawa. Bukan kalimat yang langsung ditelan mentah-mentah, bisa menjadi salah kaprah, salah arah kalau tidak dicerna dulu apa maksud dalam kalimat-kalimat yang tersirat.

Kekayaan Ir. Sukarno yang tersimpan di Bank Suwis adalah yang dimaksud "Bank Suwis", bukan bank yang berada di negeri Swiss di benua Eropa. Memang di dalam pengucapan hampir terdengar sama antara suwis dan Swiss tetapi maknanya jauh berbeda. Para pinisepuh kang winasis memakai kalimat perlambang , yang dimaksud bank adalah tempat menyimpan harta kekayaan yaitu "ibu pertiwi". Di bumi pertiwi tempat simpanan kekayaan bumi Nusantara yang gemah ripah loh jinawi.

Yang dimaksud "suwis" adalah dari bahasa Jawa yang artinya "su" (linuwih)  sugih wis. Artinya di bumi Nusantara "sugihe wis", sudah kaya raya. Meskipun negaranya kaya raya tetapi belum bisa menciptakan rasa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bapak Ir. Sukarno, dengan kekayaannya yang tersimpan di "bank Suwis" mempunyai gagasan, wawasan, impian, harapan dan bercita-cita luhur akan memindahkan Ibukota Negara ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah untuk mewujudkan datangnya Ratu Adil yang benar-benar bisa membawa rasa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ratu Adil yang benar-benar bisa mengayomi, mengayemi kepada semua warganya, yang benar-benar bisa membawa bangsa Indonesia ke Jaman Keemasan.

Tetapi semua cita-cita luhur Bapak Presiden Ir. Sukarno telah kandas di tengah perjalanan dengan adanya prahara yang membuat gonjang ganjing di bumi Indonesia. Telah terjadi tragedi kemanusiaan yang benar-benar tragis, ironis dengan adanya perang saudara sesama anak bangsa yang dilakukan oleh pemberontakan G30S PKI di tahun 1965 yang benar-benar biadab dan tidak berperikemanusiaan.

Bapak Ir. Sukarno, 5 tahun lamanya tinggal di dalam pengasingan di tanah Priangan. Selama 65 tahun menjadi tapol (tahanan politik) yang menunggu keputusan pengadilan negara. Bapak Ir. Sukarno mempunyai kesalahan apa dalam memimpin negara Republik Indonesia hingga pada hari Minggu Kliwon 21 Juni 1970 telah meninggal dunia dan dimakamkan di kota Blitar, dekat makam ibundanya Ida Ayu Nyoman Rai yang masih keturunan dari kerajaan Bali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun