Mohon tunggu...
Ufqil mubin
Ufqil mubin Mohon Tunggu... Jurnalis - Rumah Aspirasi

Setiap orang adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pertarungan Empat Kelompok di Indonesia

25 Mei 2019   13:53 Diperbarui: 26 Mei 2019   09:01 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.reuters.com 

Maka gerakan itu tidak lagi dapat disebut sebagai upaya sebagian orang mendorong lembaga negara untuk mengoreksi hasil pemilu. Melainkan "ikhtiar" sementara pihak yang ingin menekan, memperkeruh, dan membangun distrust terhadap pemerintahan yang sah.

Pada titik ini kita bisa membaca dengan gamblang, bahwa ada kelompok-kelompok yang ingin menciptakan kerusuhan di negeri ini. Celah kekecewaan terhadap hasil pemilu digunakan untuk mendelegitimasi pemilu, merusak sistem, dan pintu masuk bagi kelompok yang ingin mengganti sistem demokrasi yang telah terbangun dengan baik di Indonesia.

Meski gerakan empat hari yang lalu telah digagalkan pemerintah dan aparat keamanan, tetapi upaya konfrontasi di ruang publik masih terus berlangsung. Kita bisa memperhatikan hal itu di media sosial. Hoaks memenuhi lini masa Facebook, Twitter, dan WhatsApp Grup.

Lalu kelompok ketiga (masyarakat umum) terpengaruh. Layaknya bom waktu, keresahan merajalela. Kelompok mayoritas ini terpengaruh karena sebagian besar video, gambar, dan artikel yang beredar berusaha memojokkan dan menjatuhkan pemerintah. Pemerintah digambarkan melawan dan menghancurkan umat Islam.

Narasi terakhir inilah yang memperkeruh keadaan dan ruang publik kita. Masyarakat yang mayoritas beragama Islam dengan mudah terpengaruh dengan jargon-jargon yang dibawa oleh kelompok yang ingin menciptakan chaos ini.

Maka dalam konteks ini, demi meminimalisasi penyebaran hoaks di media sosial, saya sependapat dengan pemerintah yang menghentikan sementara platform media sosial seperti Facebook dan WhatsApp. Karena dua jejaring media sosial ini tercatat sangat masif memfasilitasi penyebaran hoaks di Indonesia.

Namun dalam jangka panjang pemerintah perlu membuat aturan khusus penggunaan media sosial. Para pemilik jejaring media sosial sepatutnya dibebankan tugas untuk memotong rantai penyebaran hoaks. Atau pemerintah mendirikan lembaga khusus yang berperan aktif menghentikan dan menangani penyebaran hoaks.

Kita mafhum, banyak orang yang dirugikan dengan kebijakan ini. Upaya memotong mata rantai hoaks berimbas terhadap publik yang menggunakan media sosial untuk berjualan, menyebarkan konten-konten berita, bisnis, dan berkomunikasi dengan keluarga, sahabat, dan teman terdekat.

Di atas segalanya, Indonesia ini ibarat rumah. Negara ini rumah kita bersama. Di sini kita hidup, mencari makan, membangun keluarga, dan mendidik anak-anak sebagai pemegang estafet kepemimpinan masa depan bangsa. Maka sudah selayaknya kita menjaganya dengan sepenuh hati dan jiwa.

Ketika rumah ini diganggu dan dihancurkan, orang yang akan terkena dampak tak lain adalah penghuni negeri ini. Sepatutnya kita menjaganya dari perang saudara yang justru merugikan bangsa Indonesia. Cukuplah kehancuran Suriah karena perang yang membawa narasi agama sebagai pelajaran berharga bagi masyarakat Indonesia.

Damailah negeriku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun