Mohon tunggu...
Akhmat Safiudin Ismail
Akhmat Safiudin Ismail Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jasmerah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Kembali Sejarah Agresi Militer Belanda II di Kutorejo, Mojokerto

24 April 2022   14:00 Diperbarui: 24 April 2022   14:02 2049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen KepuhsariSumber: Dokumen Pribadi

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya." (Ir. Soekarno)

Banyak orang tahu, wilayah Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto adalah pintu akses dari arah Sidoarjo, Surabaya, dan Mojosari untuk masuk kawasan wisata Pacet yang terkenal dengan panorama alamnya yang indah nan cantik.

Tapi, tidak banyak orang tahu jika Kecamatan Kutorejo adalah tanah para pejuang dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Berawal dari Agresi Militer Belanda II

Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya pada Jumat, 17 Agustus 1945.  Akan tetapi, Belanda masih ingin menjajah dan menguasai bumi nusantara kembali. Segala cara ia lakukan, salah satunya dengan Agresi Militer yang dilakukannya sebanyak dua kali. Tahun 1948, Belanda melancarkan agresi Militernya untuk yang kedua kalinya di Indonesia dengan berpusat di Yogyakarta, dan meluas ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kutorejo. Untuk meredam upaya penjajahan dari Negeri Kincir Angin tersebut, pemerintah Indonesia secara tegas mengeluarkan perintah untuk segera mempersiapkan pasukan-pasukan tempur terbaiknya untuk berangkat perang melawan Belanda.

Soemadi, seorang tentara asli kelahiran Kutorejo ditugaskan untuk mempertahankan Kutorejo dalam upaya Agresi Militer Belanda ini. Awalnya, ia ditugaskan untuk menjaga PLTA di wilayah Mendalan, Kasembon.  Akan tetapi, kompi Soemadi tidak bisa mempertahankan Mendalan dari Belanda karena Mustajab, komandan kompi gugur. Soemadi dan dan anggota kompi yang tersisa harus melarikan diri ke arah sekitar Pacet dan Kutorejo, Mojokerto tujuan agar tentara Belanda dapat dikalahkan di daerah yang dikenal oleh Soemadi. Kompi tersebut awalnya bermarkas di Desa Padusan, Kecamatan Pacet. Lagi-lagi, Pacet tidak bisa dipertahankan dari serangan Belanda. Desa tersebut dijatuhi bom oleh Belanda lewat pesawat P-51 Mustang. Situasi ini mengharuskan Soemadi melarikan diri dari Padusan melewati Pandanarum, hingga Pesanggrahan, Kecamatan Kutorejo untuk menghindari serangan susulan dari Belanda serta mencegah jatuhnya korban jiwa.

Kecamatan Pacet baru dapat dimenangkan oleh pihak Indonesia pada 1 Januari 1949 melalui Laskar Hizbullah. Tentara Belanda dipaksa untuk meninggalkan wilayah tersebut secepatnya atau mereka akan membombardir pasukan penjajah ini dengan kekuatan yang ada. Belanda pun menyetujuinya. Belanda dengan cepat mengosongkan daerah Pacet setelah benteng mereka juga dihancurkan oleh laskar asli Mojokerto tersebut. Tentara Belanda selanjutnya akan memfokuskan upayanya di Kutorejo dan sekitarnya.

Pecahnya perang di Kutorejo

Di Pesanggrahan, Kecamatan Kutorejo, Soemadi bergabung dengan Pasukan Waingate yang dipimpin oleh Mayor Pamoe Rahardjo untuk bersatu dan saling memperkuat satu sama lain dalam melawan Belanda. Mojokerto pun dibagi menjadi beberapa kawasan untuk membentuk pertahanan demi mempersempit pergerakan Belanda. Batalyon Mansur berada di Pandanarum, Batalyon Soetjipto berada di Pesanggrahan, Soemadi berada di barat Mojosari, dan Batalyon Bambang Yuwono berada di sekitar Trawas.

Benar saja, pada tanggal 12 Februari 1949, Belanda melancarkan aksinya dengan menembakkan mortir mematikan ke arah pertahanan, terutama ke arah Kutorejo. Pertempuran tersebut terjadi di kawasan tapal kuda dari arah Kutorejo di timur, Dlanggu di barat, Mojosari di utara, dan Pugeran di selatan. Soemadi mengambil alih Kutorejo yang dikepung oleh Belanda bersamaan dengan wilayah tapal kuda yang lain untuk melawan Belanda. Pertempuran terjadi di Sambisari, Desa Kutorejo, pusatnya berada sebelah timur dari bekas pabrik gula Ketanen yang berada di Kutorejo (sekarang menjadi SMAN 1 Kutorejo). Soemadi memberikan perintah kepada pasukannya yang berjumlah dua regu agar tidak menembak terlebih dahulu sebelum Belanda memulai. Belanda yang menggunakan tank sebagai kendaraan perangnya menembak, baru pasukan Soemadi menembak balas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun