Mohon tunggu...
setiadi ihsan
setiadi ihsan Mohon Tunggu... Dosen - Social Worker, Lecturer.

Menulis itu tentang pemahaman. Apa yang kita tulis itulah kita.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tasbih sebagai Upaya Kreatif Manusia

14 November 2021   15:09 Diperbarui: 14 November 2021   22:19 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perintah bertasbihpun berlaku untuk segenap makluk-Nya. Semua Makhluk Taat terhadap Perintah Tasbih dengan Caranya Masing-masing. Langit dan bumi beserta isinya[10]. Tiga ayat yang menegaskan bahwa langit dan bumi beserta isinya bertasbih kepada Allah Swt ditempatkan dalam mengawali tiga surat dalam alquran, yaitu: Surat Ash-shaf (61), Al-jum'ah (62), dan Surat Ath-thagabun (64). Dalam QS 17: 44 disebutkan bahwa manusia tidak memahami cara mereka bertasbih, dengan mengambil contoh burung yang mengetahui cara bertasbih (QS 24: 41); ditegaskan-Nya juga tak ada sesuatu pun yang tidak bertasbih[11];  secara khusus alquran menyebutkan Malaikat bertasbih[12]; Guntur pun bertasbih[13]; cahaya bertasbih[14]; orang-orang beriman bertasbih[15]; gunung bertasbih[16]; burung bertasbih[17];  yang berada di sekeliling 'Arsy juga bertasbih[18]; dan mereka yang dekat di sisi Tuhan[19]. 

Dari sekian banyak penjelasan mengenai wujud perintah bertasbih, ada satu penjelasan yang mudah bagi saya untuk memahami waktu bertasbih yaitu dari Aurangzaib Yousufzai, ulama kebangsaan Pakistan, dalam situsnya quranstruelight.com, ketika menjelaskan surat An-Nasr ayat 1 s.d 3, beliau memberikan penjelasannya sebagai berikut:

"Ketika pertolongan Tuhan telah datang dan kemenangan besar telah dicapai, dan Anda telah menyaksikan orang-orang memasuki Sistem Perilaku ilahi (ad-diin) secara berbondong-bondong, Anda harus turun untuk mengerahkan semua sumber daya Anda (fa-sabbih) untuk menciptakan sebuah keadaan umum dalam masyarakat di mana pujian dan penghargaan Pemelihara Anda menjadi dekat (bi-hamdi Rabbi-ka); dan terus mencari perlindungan-Nya (astaghfir-hu). Sesungguhnya Dialah yang mengembalikan kepadamu dengan rahmat." (QS An-nasr (110): 1-3)[20].

Dalam ayat ini, Aurangzaib Yousufzai memberikan pengertian perintah bertasbih dengan berperilaku turun dan mengerahkan segala sumber daya atau sederhananya adalah bekerja dengan segala kreativitas kita menggunakan semua potensi dan sumber daya yang kita miliki. Bagi saya, ini adalah penjelasan yang "menghidupkan" Alqur'an sebagai ad-diin, sistem berperilaku, atau the way of life. Demikian juga pengertian ucapan subhaanallah, dapat dijiwai sebagai kesadaran akan ketinggian, kesucian dan kemuliaan Allah dengan segala Kreasi yang telah diciptakan-Nya.

Inilah penjelasan yang sebelumnya pernah diungkapkan oleh Syekh 'Abd al-Rahmaan ibn Sa'di, ketika tasbih bagiadari dzikir, maka beliau menyatkan bahwa frasa dzikir kepada Allah mencakup segala sesuatu yang dengannya seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah, seperti keyakinan ('aqidah), pikiran, tindakan hati, perbuatan fisik, memuji Allah, belajar dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat, dan sebagainya. Semua itu adalah mengingat Allah Al-Riyaadh al-Nadrah, hal. 245 (sumber: https://www.askislampedia.com/en/wiki/-/wiki/English_wiki/Zikr+or+Dhikr) 

Kembali kepada taddabur makna sabbaha dalam 42 pengulangan sebagaimana telah dibahas di atas, semoga ini dapat menguatkan bahwa kreativitas kita dalam mendayagunakan semua potensi dan sumber daya adalah penjelasan mengenai bertasbih. Perintah bertasbih mempunyai beberapa kondisi atau keterangan, sebagai berikut:

Perintah Bertasbih Dimulai dengan Konsep Basmalah.

Terdapat dua ayat yang menjelaskan kondisi ini dan keduanya berada dalam surat yang sama, yaitu Surat Alwaqi'ah (56) ayat 74 dan 96, sebagaiman Firman-Nya: "fasabbih bismi rabbikal 'azhiim"

Artinya: Maka bertasbihlan atas Nama Tuhan-Mu yang Maha Agung.

QS 56: 74, diawali dengan sarangkaian ayat yang menunjukkan kepada kita bagaimana Kreasi-Nya pada alam ini menegaskan tentang kekuasaan-Nya yang mustahil dilakukan oleh makhluk-Nya.

Disampaikan-Nya berupa pertanyaan-pertanyaan kepada kita, manusia, tentang segala penciptaan-Nya dan mengingatkan kepada manusia untuk selalu mengambil pelajaran dan bersyukur. Diajak-Nya kita untuk merenungkan mengenai apapun yang kita tanam sebagai benih dalam usaha pertanian kita, siapa yang menumbuhkannya dan mudah bagi Allah, ketika berkehendak, untuk menghancurkannya yang membuat manusia tercengang karena mengalami kerugian besar.  Demikian juga renungan mengenai rezeki-Nya, yaitu air yang kita minum. Siapa yang menurunkan-Nya? Dan sekiranya Allah berkehendak, bisa jadi air hujan itu berasa asin, sehingga kita tidak bisa langsung meminumnya. Demikian juga dengan kayu atau pepohonan yang tumbuh sebagai bahan renungan manusia[21].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun