Mohon tunggu...
setiadi ihsan
setiadi ihsan Mohon Tunggu... Dosen - Social Worker, Lecturer.

Menulis itu tentang pemahaman. Apa yang kita tulis itulah kita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Menyelesaikan, Setidaknya Melupakan Sejenak Masalah

28 April 2019   15:51 Diperbarui: 28 April 2019   15:56 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pernah menulis soal empati, hal yang bisa jadi semua orang sering mendengarnya, bahkan faham juga akan maknanya. Buat saya sendiri, dalam tahapan pengamalan, soal ini, bukan hanya empati tetapi juga karakter lainnnya, adalah hal yang ga pernah mudah.

Seperti yang disampaikan Pa Mujiono, pengelola satu sasana Tresna Werdha di Ciracas, misalnya, dia menjadikan empati sebagai salah satu alasannya sering membawa ke-3 anaknya ke kantor tempat dia mengabdikan dirinya. "Biar sejak dini diajarkan empati!" begitu dia sampaikan. Artinya, pemahaman bahkan pengamalan empati bukan semudah seprti membalik telapak tangan. Harus diajarkan dan ditanamkan sejak dini.

Berkesempatan, dapat memfasilitasi salah satu sosialita untuk mengunjungi panti wedha, tempat para manula menghabiskan waktunya, membuat miris dan mengiris hati.

Hampir semua penghuni panti adalah mereka para tuna wisma, istilah orang panti di sana, "ditemukan di jalan atau berasal dari jalanan". 

Banyak dari mereka yang hanya tahu kota asal, tanpa kartu identitas diri, dan hampir semua sudah terputus dari keluarga besarnya.

Malam sebelum acara, saya ikut memastikan tim utk acara persiapan, dan menemukan beberapa penghuni panti yang tertidur atau sengaja tidur di lantai pinggiran gedung panti. Ada yang beralas, ada juga yang langsung tubuhnya bersentuhan dengan lantai. Pun demikian, pemandangan yang sama saya temukan di beberapa saung terbuka tempat mereka "ngerumpi" dengan sesamanya di siang hari.

Mereka, belum terbiasa tidur di kamar, mereka belum biasa bersosialisasi. Sebagian dari mereka susah untuk diajak komunikasi. Itulah keterangan yang saya peroleh ketika saya menanyakan temuan fakta itu. Saya wajib protes, saat itu, karena sebelumnya kami bawakan banyak kasur sehubungan dengan kebutuhan di panti itu.

Satu per satu, saya juga sempat memandangi kakek-nenek di panti itu. Tatapan kosong dan wajah melamun itulah yang menjadi modus temuan. Ketika saya ikut sholat di masjid, beberapa orang masih berada di masjid, hanya ada satu kakek yang sedang membaca quran dengan suara dikeraskan, yang lainnya adalah mengambil posisi tiduran. Ada juga dua orang sedang duduk selonjoran, salah satunya memijit kaki yang lainnya.

Tidak semua benar, apa yang menjadi dugaan saya, bahwa mereka kebanyakan sudah out of focus, mempunyai masalah hubungan sosial, tidak nyambung dalam komunikasi. Ternyata, ketika didekati, diajak bicara, justru saya yang kewalahan, mereka bisa menuturkan ceritanya masing-masing. Mereka bisa nyambung berkomunikasi dengan tim medis ketika dalam proses pemeriksaan kesehatan. Mereka pun bersemangat untuk bernyanyi dan berjoged. Bahlan yang saya temui, sekali mereka berkesempatan memegang mic untuk menyanyi hampir semuanya meminta tambahan satu lagu lagi.

"Pa, ada yang mau nyanyi lagu barat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun