Mohon tunggu...
Amiruddin
Amiruddin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gantarang Dalam Lingkaran Fakta, Sejarah, dan Legenda

9 September 2017   20:54 Diperbarui: 9 September 2017   21:13 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

fb-img-15049662335890375-59b3f67108e6ba58343e2152.jpg
fb-img-15049662335890375-59b3f67108e6ba58343e2152.jpg
Gantarang, nama sebuah desa yang  cukup dinamis dari segala aspek kehidupan masyarakatnya. Jarang menjadi perbincangan dengan tema apa pun di media-media, baik daerah maupun nasional, kecuali pada tahun 2006 silam saat desa ini porak poranda oleh longsor yang melandanya. Waktu itu desa ini berstatus sebagai desa persiapan masih dalam proses pemekaran dari desa induk, Kompang. Kejadian itu membawa trauma tersendiri bagi masyarakat Gantarang bahkan sampai saat ini. Sebab kejadian itu, beberapa warga desa menjadi korban terbawa arus atau tertimpa longsoran.

Letak yang cukup strategis dibelah oleh jalan provinsi, Jalan Sultan Hasanuddin. Jalan ini adalah satu-satunya akses masyarakat Desa yang ingin menuju ke ibu kota provinsi yaitu Kota Makassar dan ibu kota kabupaten yakni kota Sinjai. Makassar berjarak kurang lebih 127 KM ke Arah Barat dan Kota Sinjai berjarak sekitar  35 KM ke arah utara.

Walau keadaan geografisnya cukup menantang dengan kondisi pegunungan yang agak curam. Namun masyarakatnya tetap bersemangat, menjalani hiruk pikuk sebagaimana kehidupan pedesaan pada umumnya. Penduduknya sekitar 1800 jiwa pada September 2017, umumnya bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil utama dari tanaman cengkeh.

Gunung Passea, Ulu tau, Ponrasa' berdiri tegak menjadi saksi bisu akan berbagai cerita dan peristiwa yang pernah terjadi di desa ini.

Kalau di Paris ada Menara Fiza, maka di Gantarang ada Gunung Ponrasa' yang juga tinggi menjulang di atas pemukiman penduduk.

Gunung BawaKaraeng di sebelah Barat Daya tampak berdiri teguh, begitu perkasa seolah siap merekam segala peristiwa apa pun yang terjadi di Desa Gantarang.

Sekitar 45 menit berjalan kaki dengan mendaki, menyusuri jalan setapak ke arah Barat laut, kita akan sampai di Gunung Pattongtonganberada dalam wilayah adminstratif Desa Kompang. Sekitar 750 MDPL Gunung Pattongtongan adalah salah satu destinasi menarik bagi anak-anak pencinta alam yang sangat dekat dengan desa ini.

Tak kalah menarik ada Bukit Batu Tallasang di Dusun Bonto Laisa. Sekitar 10 menit perjalanan menggunakan sepeda motor dari Barue ibu kota Desa Gantarang, tepatnya  dari pasar sentral Gantarang. Jalan menuju lokasi bagus, bisa dilalui kendaraan roda dua mau pun roda empat.
Lokasi ini hampir setiap hari ramai oleh pengunjung baik dari dalam maupun luar desa. Utamanya para remaja yang senang menghabiskan waktu sambil menikmati 'angin senja' di tempat ini pada sore hari.

Bukit Batu Tallasang, secara bahasa, namanya berasal dari bahasa Makassar artinya hidup atau kehidupan, secara lengkap artinya adalah 'Batu Kehidupan'. Menurut salah satu warga, mengatakan bahwa tempat ini dan juga namanya pasti menyimpan sebuah riwayat yang unik dan menarik berkaitan dengan Desa ini, namun belum bisa di bedah secara mendalam pada kesempatan ini, Mungkin di lain waktu.

Di atas batu itu terdapat sumur yang dulu tidak pernah kering walau musim kemarau, juga terdapat jejak-jejak yang mirip jejak kaki manusia berukuran besar. Selain itu masih banyak tanda atau bentuk-bentuk unik dari batu yang seakan pernah tersentuh oleh tangan-tangan ajaib di masa lalu.

Pengunjung juga dapat menikmati indahnya panorama alam Objek Wisata Batu Tallasang yang sungguh mempesona. Di seberang sungai ada Bukit Batu Palla dan Kampung Coddong. Di bawah batu kita menyaksikan sawah Lappara' yang terhampar bak permadani apalagi jika musim tanaman padi sedang tumbuh hijau atau sedang menguning masak siap dipanen. Tepat di pinggir Sawah Lappara' ada Sungai Bihulo meliuk layaknya ular sedang mengincar mangsa, berhulu di kaki Bawakaraeng yaitu bukit Tajjongjoa. Sungai yang berada tepat di bawa Batu Tallasang ini sebenarnya sudah tergabung dari dua sungai yaitu Sungai Bihulo itu sendiri dan Sungai Barehangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun