Mohon tunggu...
UCI INDRIANI
UCI INDRIANI Mohon Tunggu... Guru - tanggungan tugas

tanggungan tugas yang harus diselesaikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Diet Gadget untuk Anak-anak

28 November 2019   17:39 Diperbarui: 28 November 2019   17:53 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar ilustrasi (asn.id)

Dewasa ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa alat  teknologi mulai berkembang sangat pesat salah satunya adalah gadjed, alat ini telah banyak yang menggunakan baik itu orang dewasa, remaja bahkan anak-anak yang masih dibawa umur. 

Kehadiran alat komunikasi cangih ini (gadget) membawa banyak pengaruh yaitu positif dan negatif didalam kehidupan. Karena alat ini dapat memudahkan mobilitas sehari-hari. Tatapi alat ini juga dapat membuat orang yang menggunakanya mengalami kecanduan.

Hal tersebut juga terjadi kepada anak-anak, pada anak-anak, gedjed bisa membuat mereka mengalami ganguan prilaku hingga disebut sebagai anak berkebutuhan khusus. (ABK).

Menurut Psikolog anak dan pendidikan, Diana Azani, M.Psi, sekarang ini banyak anak-anak yang mengalami gangguan prilaku karena gadget. Padahal tadinya mereka adalah anak-anak yang masuk kategori normal. Hal ini dikarenakan gadjed menggangu tahap tumbuh kembang anak. " Gadjed banyak menyerap atensi karena saat dimainkan. Benar-benar fokus hanya kepada gadget dan lupa dengan lingkungan sekitar. 

Padahal pada usia tumbuh kembang waktunya anak melatih semua fisik terutama kognitif dan emosionalnya. Banyak anak yang mengalami speech delat dan problem attention. Anak yang tadinya tumbuh kembangnya normal, menjadi seperti mengalami attaention-deficit/ hyperactivity disorder (ADHD) tetapi sebenarnya bukan ADHD.

Ada juga anak yang terlihat seperti terkena autisme tetapi sebenarnya tidak, hanya saja prilakunya bermasalah. Mereka tetap disebut dengan anak berkebutuhan khusus karena prilaku mereka tidak seperti anak normal. Kondisi ini baru ditemui sekarang ini dan itu banyak.  (Sumber : Okezone)

Psikolog anak dan pendidikan menjelaskan bahwa pada usia 5 tahun otak anak masih terus berkembang dengan pesat, pada tahapan ini anak-anak seharusnya mendapatkan stimulus-stimulus pada lingkungan sekitar yang dapat merangsang sensor motorik dan juga sosial emosional anak. Di usia tersebut anak-anak harus banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar agar stimulus-stimulus tersebut dapat terangsang dengan baik. 

Namun ketika anak-anak mulai kecanduan gadget dan bermain anal ini, maka pusat fokus anak hanya kepada gadjed, dalam hal ini anak-anak tidak peduli akan lingkungan sekitar anak. Dan ini dapat merusak susunan saraf otak pada anak. Perlu kita ketahui bahwa untuk merubah dan mengembalikan anak-anak menjadi normal kembali dibutuhkan bertahun-tahun tarapi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa gadget ini, menurut orangtua banyak membantu dalam kegiatan / kesibukan mereka. Contoh, untuk mendiamkan anak yang menangis saja orang tua lansung memberikan gadjed. Ketika anak sulit makan, dan bahkan ketika anak ingin bermain orangtuapun memberikan gadjed agar bermain didalam rumah ketimbang diluar rumah. 

Seharusnya orangtua harus dapat lebih kreatif untuk membuat anak lebih tenang, misalnya ketika si anak menangis maka orangtua perlu mengajak mereka bermain bersama dan hal tersebut dapat membuat anak senang. Dan juga apabila anak sulit makan maka oragtua perlu memperkenalkan jenis-jenis ragam makanan dan kalau bisa juga bisa diajak untuk membantu memasak. Dengan hal ini anak-anak tidak akan  kecanduan dengan gadjed sehingga stimulus-stimulus otak anak akan terangsang dengan baik.

Dalam keseharian orang tua masih bisa memberikan anak kesempatan untuk bermain gadget tetapi perlu diketahui bahwa hal tersebut perlu dibatasi, agar anak-anak tidak mengalami kecanduan. Orangtua bisa memberikan gadget kepada anak dalam 1 hari dibatasi yaitu 2 jam saja untuk bermain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun