Mohon tunggu...
Uci Anwar
Uci Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Karena Hidup Harus Bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Dresscode, Si Pisau Bermata Dua

9 Februari 2020   19:24 Diperbarui: 10 Februari 2020   09:58 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tamu atau pengunjung tidak akan salah mencolek panitia jika perlu bantuan, misalnya. Pada pesta, dresscode juga mampu sebagai pemanis kemeriahan dekorasi pesta. Sungguh nyaman melihat perempuan cantik berlalu-lalang dalam balutan senada nan indah, dan para pria ganteng tampak kompak dalam balutan seragam.

Namun keindahan ini tentu saja harus dilakukan berhati hati. Pada beberapa hajatan, sang empu pesta  mampu menyediakan dresscode dalam bentuk pakaian jadi.

Mereka yang terlibat resepsi atau pesta pernikahan, tunangan , lamaran , sunatan dan lain sebagainya, tinggal memakai dresscode tersebut. Namun ada pula dengan alasan keterbatasan dana, maka panitia yang biasanya berasal dari kerabat atau tetangga hanya diberi selembar kain, untuk dijahitkan sendiri.

Maka beruntung mereka yang bisa menjahit sendiri. "Saya malah suka deg-degan kalau diajak jadi panitia. Kalau dikasih kain yang belum dijahit, artinya harus ke penjahit. Kalau lagi ada uang tidak masalah, bingung kalau lagi tidak punya," ujar seorang ibu tetangga.

dokpri
dokpri
Di kalangan pertemanan yang lebih akrab, Dresscode bisa disiasati tanpa harus malu. Karena relasi sudah amat dekat,  biasanya masing-masing sudah dapat mengukur kadar materi teman lainnya. 

"Gunanya dresscode buat kita mah, biar kalau difoto kelihatan "geulis", nutupin ketuaan kita," kata Milly Malia sambil tertawa terbahak-bahak.

Dia seorang perempuan aktif di berbagai kegiatan musik dan sosial di Kota Bandung. Bersama dengan sahabat-sahabatnya, teman kantornya yang sama sama sudah pensiun, dia sering bepergian menggunakan dc, walau hanya  sebatas kerudung.

Bahkan untuk sekedar pergi jajan baso pun, grup kecil ini menggunakan dresscode. Jika salah satu teman tidak memiliki warna yang dimaksud, maka teman lainnya akan segera meminjamkannya. Yang dipinjamkan tidak merasa malu, karena pertemanan sudah amat erat. Berbeda dalam kelompok besar, dimana seseorang bisa merasa malu jika harus "disubsidi" untuk membeli kaos atau baju dresscode.

"Sesekali dibeliin kaos seragam oleh teman yang nggak apa apa. Tapi kalau terus terusan, ya saya malu juga," ujar Nia.

dokpri
dokpri
Pada beberapa komunitas, dresscode memang diwajibkan. Pada Komunitas Pemakai Angkutan Umum alias Pemangku misalnya, dresscode menjadi bagian yang wajib dalam setiap berpergian.

Komunitas yang lahir dari para pensiunan dan sedang menikmati hidup dengan cara jalan-jalan murah ini, selalu menggunakan dresscode warna warna "gonjreng" alias mentereng. "Kalau bisa warna warna stabilo ," jelas Berthie, salah seorang anggota perintis komunitas ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun