Mohon tunggu...
Uci Anwar
Uci Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Karena Hidup Harus Bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengeksplorasi Kota Sendiri, Modal Rp 100 Ribu, Makan Sup Ikan Rp 110 Ribu

14 November 2019   20:11 Diperbarui: 14 November 2019   21:16 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiwi Mardewi tercengang, mengetahui betapa murah meriahnya aksesoris dan berbagai barang di Pasar Asemka. "Seumur hidup, baru kali ini saya ke sini," ujarnya. Dia berhenti sejenak, mengagumi sebuah tumbler (wadah air minum) di pinggir jalan. Namun tidak jadi membelinya, karena bersama rombongan komunitas Pemakai Angkutan Umum (Pemangku) dia dalam perjalanan "City Tour" alias piknik dalam kota, bukan untuk keperluan belanja-belanji. "Kelak saya kembali ke sini ," kata penduduk Jakarta ini.

dokpri
dokpri
Kamis ini,  14 November 2019, rombongan berjumlah 18 orang ini memang sengaja mengeksplorasi Jakarta, kota mereka sendiri. Kendati rata- rata sudah lama tinggal di Jakarta, bahkan banyak yang lahir di di sini, tidak semua mengetahui seluk beluk kota sendiri. Ini dipahami betul oleh ketua Pemangku, Iwan BNS.

"Banyak sudut sudut kota yang indah di Jakarta, yang bahkan belum dijelajahi oleh penduduknya sendiri, " katanya.

dokpri
dokpri
Bangunan-bangunan heritage menjadi tujuan utama, seperti Little Forbidden City, Toko Teko, juga arsitektur Stasiun Kota yang tak kalah keren dengan Gare du nord, stasiun terkenal di  kota Paris, Perancis.

Namun hasrat belanja, karena menemukan "barang aneh," tak bisa dibendung, di beberapa tempat. Di Pertokoan Glodok misalnya, anggota rombongan berhamburan masuk ke berbagai toko obat cina yang berderet di sana. Ada yang membeli obat gosok, obat herbal dan berbagai obat lainnya.

Maklum, umumnya peserta jalan jalan ini sudah sepuh, rata rata di atas 60 tahun. Kebutuhan obat makin tinggi. Pada perjalanan komunitas yang sudah berusia 2 tahun ini, kemudian banyak yang berusia lebih muda ikut bergabung. Salah seorang anggota kehormatan adalah Setyo, kakek berusia 80 tahun, yang masih berjalan tegap dan gagah.

Kendati paling sepuh, Setyo tidak pernah tertinggal dalam perjalanan panjang ini. "Kegiatan seperti ini justru yang membuat saya tetap sehat,"  ujarnya. Semangatnya luar biasa, tak mau kalah dia pun berpose sendiri bergaya milenial. Sulit orang selewat menebak umur sesungguhnya.

dokpri
dokpri
Setyo juga tidak takut atas ancaman "asam urat" karena mengonsumsi biji jambu mete. Pada saat melintas toko-toko manisan, ia satu-satunya peserta yang berani membeli kacang mete, kendati hanya satu ons dan berbagi dengan anggota lainnya.

Sementara yang lain lebih memilih menyerbu manisan buah kana, buah plum,  permen manisan koin. Dicampur-campur berbagai manisan ini bisa dibeli seharga 15 ribu satu ons. Jenis -jenis manisan eksotik Cina rupanya bertebaran di tempat ini, namun menjadi barang langka di tempat tempat lainnya di Jakarta.

dokpri
dokpri
 Perjalanan jalan kaki sejauh 5 km lebih terbagi menjadi dua etape.  Etape pertama sepanjang 2,95  Km, jalan kaki  dari Halte Glodok hingga Stasiun Kota. Dari Stasiun Kota perjalanan diteruskan dengan kereta rel listrik (KRL) alias Commuter Line ke Tanjung Priok. Dari sana  etape dilanjutkan sepanjang 2,15 Km ke  Rumah Makan Sedap Sari di Jalan Gorontalo dan kembali lagi ke titik Stasiun Tanjung Priok.

dokpri
dokpri
Perjalanan dimulai dari titik kumpul di Halte TransJakarta Blok M. Pukul 07.00, tepatnya di foodcourt halte, depan stan Kue Pukis Raja.

Tempat ini juga merupakan "base camp" anggota komunitas bertemu atau mengadakan rapat untuk menentukan perjalanan selanjutnya. Diawali icip-icip kue pukis, menunggu  semua rombongan komplit, kemudian perjalanan  dimulai dengan menggunakan TransJakarta arah Stasiun Kota. Turun di Glodok tempat etape pertama dimulai. 

dokpri
dokpri
Sebelum masuk Pasar Asemka, magnet spanduk Pempek Eirin 10 Ulu, sulit untuk dilawan. Kendati tak ada dalam jadwal,  rombongan masuk. "Hanya sepuluh menit ya," ujar ketua rombongan mengingatkan, kendati kemudian mulur lebih lama, karena menunggu pempek digoreng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun