Mau backpacker-an tapi nggak ada dana ? Saya tidak banyak uang, namun saya jeli melihat peluang uuhuukk..... Â (siapkan kantong plastik buat yang eneg ) .
Sini saya beritahu caranya.  Manfaatkan suvenir, karya atau kuliner khas sebuah daerah yang kita kunjungi. Tentu saja perlu modal awal, menabung dulu dikit buat ke daerah-daerah yang tidak terlalu jauh. Kalau berani dan yakin bakal balik uangnya, pinjem dulu ke tetangga, kas RT atau koperasi boleh juga .Tahun lalu saya backpacking ke Solo. Saya pergi ke  Beteng, sebelah pasar Klewer. Saya beli kain lurik-lurik. Pulang ke Bandung saya jual. Dalam bentuk kain dan ada yang saya jadikan kulot agar nilai jualnya lebih tinggi. Labanya saya pakai untuk backpackeran ke Pekalongan. Di Pekalongan, saya ke pasar grosir Setono, beli batik-batik di sana. Balik Bandung batik-batik ini laris manis. Hasilnya, saya pakai buat backpacking ke Yogyakarta. Banyak yang bisa "digarap" di Jogja, mulai mulai tas-tas lucu, asesoris hingga kulot atau rok batiknya yang berharga miring di Pasar Beringharjo. Jual buat modal backpacking ke daerah lain. Begitu seterusnya.
Merasa tidak bisa dagang ? Bisa dengan cara jastip alias jasa titipan. Cara ini dengan menjelaskan harga resmi barang yang akan di beli, lalu minta lebihkan sebagai jastip. Misalnya Backpacking ke Semarang, maka tawarkan teman dan keluarga untuk membeli Bandeng presto khas kota ini. Minta lebih dari harga resmi, ini yang dinamakan jastip.
Tidak ingin repot nenteng barang saat pulang backpacking ? Biasanya saya minta penjual setempat untuk mengirimkan via cargo. Tinggal masukan biaya cargo pada harga jual .
Ah... Banyak jalan menuju Roma, namun terus terang tabungan saya belum cukup buat ke sana .