Mohon tunggu...
Ubed A. Syarif
Ubed A. Syarif Mohon Tunggu... -

suka berteman dengan orang pinggiran dan terpinggirkan. sociopreneur; travel, research, writing. Books: Politik Identitas Etnis (2002), Negeri Yang Kurang Nyaman (2010), Negeri Yang Jaya (2012)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kerajaan Sikka-Flores yang Hilang dan Pesona Wisata Flores

14 Januari 2015   06:28 Diperbarui: 7 September 2022   13:25 2774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“sekarang banyak turis yang menyatakan kecewa karena tidak mendapatkan benda-benda bersejarah itu. Padahal ini juga bisa menambah daya tarik turis selain gereja tua, peninggalan portugis yang letaknya hanya 20 meter dari Lepo Gete, seni dan tari tradisional serta seni tenun ikat (ikat weaving).” Kata pria berusia 71 tahun itu.

Selain itu, kampung Sikka juga menarik untuk wisata religi dan bahari, karena pantai Sikka memang indah dan masih natural, serta ikan tangkapan dari laut selatan Sikka ini dikenal paling enak di Maumere, ibukota kabupaten Sikka.

”Untuk wisata religi, Sikka ini menjadi pusat perayaan Jum’at agung, Logu Senhor, setiap tahunnya. Dan kami punya tarian bobu yang merupakan tarian hasil daya serap dari budaya Portugis yang hanya dipentaskan pada hari kedua natal, dimana patung kristus kecil (Menino) dikeluarkan sebelum misa natal dilakukan” papar Mikael.

Namun, disamping itu, yang tetap menarik untuk dilihat adalah keunikan Sikka sebagai daerah bekas jajahan Portugis di Indonesia yang masih kental sisa-sisanya. Selain keberadaan gereja tua, sekarang berusia 107 tahun, kita masih dapat dengan mudah menemukan nama-nama penduduk yang menggunakan nama portugis yang mencerminkan status dan struktur masyarakatnya.

Setiap marga merujuk pada struktur, fungsi dan status sosial pemiliknya seperti marga da Silva yang merujuk pada keturunan raja Sikka, da Cunha, Fernandez, da Gomez, dan seterusnya merujuk pada keturunan Dewan Raja (Mo’ang Pulu).

Keunikan ini menarik kajian sejarawan dan antropolog asing, khususnya dari Australia seperti Professor James Fox dan Professor Douglas Lewis dari Faculty of Arts the University of Melbourne, Australia. 

Jauh sebelumnya, para misionaris SVD (Societas Verby Divini) telah mengumpulkan banyak data kajian etnologi tidak hanya di Sikka, tapi juga beberapa wilayah daratan dan kepulauan Flores.

Kedatangan turis asing ke pulau Flores mengalami peningkatan sejak dua tahun terakhir. Agustinus, 35 tahun, seorang guide dan sopir mobil sewa mengatakan sejak lima tahun terakhir para turis asing banyak yang berkunjung ke Sikka, Flores pada umumnya.

“Mereka biasanya transit di Bali dan memilih perjalanan wisata alam dan budaya ke Flores, mereka terkesan karena keaslian alam dan ragam budaya yang ada di Flores, mulai dari Larantuka hingga ke kepulauan Komodo” katanya.

Seorang guide perjalanan internasional dari Hongaria, Gabriel, yang saya temui suatu pagi di bibir Danau Tiga Warna, Gunung Kelimutu, Ende, berencana untuk membuat paket wisata khusus pulau Flores tahun depan. “saya tengah mengumpulkan dokumentasi dan membuat peta lokasi-lokasi wisata mulai dari pulau komodo-Sumba, Flores hingga ke Lembata, Adonara dan Lamarela” katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun