Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenaikan Kelas dan Kelulusan "Jalur Corona"

16 Juni 2020   08:19 Diperbarui: 16 Juni 2020   08:30 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Virus Corona atau disebut dengan Covid-19 memporak-porandakan segala aspek, termasuk pendidikan, dan bahkan dapat disebut dengan "Pembunuh Senyap", karena telah menyebabkan banyak kematian di seluruh dunia dengan senyap. 

Di dunia pendidikan, aktifitas pembelajaran pun kebanyakan dilaksanakan dengan menggunakan fasilitas internet, meskipun telah dimungkinkan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka di zona hijau pada tahun ajaran baru, namun untuk kegiatan kenaikan kelas dan kelulusan belum dapat dilakukan dengan tatap muka. Sudah lebih dari 3 bulan sejak diberlakukannya "Sekolah dari Rumah", dimana telah menyebabkan kegiata  rutin seperti Ujian Nasional dan Penilaian Akhir Tahun harus mengalami penggantian format.  

Di masayarakat, khususnya di daerah saya, mulai muncul istilah baru yang termasuk unik, yaitu adanya "Kenaikan Kelas dan Kelulusan Jalur Corona", karena merujuk pada "acak-adul"-nya dunia pendidikan dengan adanya pandemi Covid-19. Bagaimana anak didik harus mengikuti pembelajaran secara daring, meskipun tingkat partisipasi di daerah saya dapat dikatakan tidak menyentuh angka 80%, dikarenakan banyak alasan, diantaranya fasilitas yang belum dimiliki oleh siswa (Yang sangat mungkin itu hanya alasan siswa), meskipun sebenarnya pihak sekolah juga memfasilitasi peminjaman gawai kepada siswa yang belum memilikinya . 

Untuk mengantisipasi hal tersebut, petinggi pendidikan di Indonesia juga sebenarnya sudah memberikan batasan, termasuk anjuran bagi para guru untuk mempermudah dalam pemberian nilai terhadap anak didik, diantaaranya dengan tidak memberikan tugas yang memberatkan siswa. Meskipun ada beberapa siswa yang justru memanfaatkan "kemurahan hati" tersebut untuk "berleha-leha".

Hingga akhirnya waktu untuk kelulusan dan kenaikan kelas tersebut satu persatu telah terlaksana, dan ternyata memang kemudahan yang diberikan juga memberikan hasil yang signifikan terdapat kelulusan dan kenaikan kelas bagi siswa, sehingga label kenaikan kelas dan kelulusan jalur Corona semakin sering "berkumandang" di lingkungan saya saat ini. Ini bentuk sebuah satyre atau hanya sekedar ungkapan yang bermaksud lelucon saja?

 Hanya mereka yang mengungkapkan yang tahu maksud dari perkataan mereka. Saat ini yang semestinya dilakukan adalah bagaimana pendidikan di tahun ajaran yang baru ini dapat segera berjalan dengan normal, dan kegiatan belajar dan mengajar dapat terlaksana dengan optimal, toh , kenaikan kels dan kelulusan yang seperti ini tidak ada yang menginginkan, hal ini terjadi karena sebuah resiko murni, karena pandemi, bukan hal yang karena disengaja, namun yang membuat hal ini menjadi fatal adalah sifatnya yang global.

Kegiatan membagikan rapot kenaikan kelas saat ini di daerah saya adalah dengan membagikan secara daring, untuk SMK di Jawa Tengah dilaksanakan pada 12 Juni 2020, yang telah berjalan dengan lancar, meskipun ada beberapa keluhan, namun keluhan tersebut hanya sekedar "curcol" dari para siswa yang mengatakan sudah merindukan sekolah (Meskipun, sebagian ada yang mengatakan kangen uang sakunya, hehehe), diantaranya merindukan kegiatan sosial yang biasa terjadi, mengobrol, jajan di kantin, konsultasi dengan guru BP/ BK, dan banyak "keluhan" lainnya. 

Dari para orangtua atau wali siswa yang mereka keluhkan hanya aktifitas ekonomi yang semakin terbatas selama pandemi, yang tentu saja keluhan-keluhan tersebut adalah hal yang prevalen pada saat ini.

Pendidikan memang harus segera bangkit, karena pendidikan bukan hanya urusan kognitif, bagaimana proses sosial adalah aspek yang jauh lebih penting daripada elevasi kognisi siswa. Sepintar apapun, manusia adalah mahluk sosial, yang memerlukan bantuan orang lain, dan dalam bersosialisasi dibutuhkan kemampuan berkomunikasi yang didapatkan melalui pengalaman empirik, bukan hanya cukup pengalaman akademik. 

Seseorang yang hanya megandalkan kognisinya tanpa diimbangi dengan kegiatan sosial, semakin besar peluangnya menjadi orang yang termarjinalkan, dan orang yang termarjinalkan akan semakin besar pula peluangnya untuk terganggu secara psikologis, dan orang yang terganggu secara psikologis tentu saja akan semakin besar peluangnya mengalami frustasi, dan selanjutnya, anda bisa tebak sendiri.

Seluruh pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan tentu menginginkan dunia pendidikan pulih kembali, dan bukan sekedar pulih, tentu saja ingin jauh lebih berkembang dari sebelumnya. Semoga pandemi Covid-19 ini segera berakhir, mari beroptimis bahwa seluruh daerah di Indonesia segera menjadi zona hijau, agar segala aspek kehidupan dapat kembali berjalan dengan sebagaimana mestinya. Selamat bagi para siswa yang telah lulus dan naik kelas, semoga dapat menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan. Ingat untuk selalu jaga kesehatan, taati peraturan Pemerintah di masa pandemi Covid-19 dengan mengikuti seluruh protokol yang dianjurkan, dan salam pendidikan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun