Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Kiai Haji Wahid Hasyim

1 Juni 2020   20:44 Diperbarui: 1 Juni 2020   20:46 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH. Wahid Hasyim (Sumber Gambar: docplayer.info)

Tanggal 01 Juni bisa dikatakan sebagai tanggal yang istimewa, karena selain sebagai hari lahir Pancasila juga tercatat sebagai hari lahir salah satu tokoh nasional yang juga merupakan Menteri Agama pertama Republik Indonesia, yaitu Kyai Haji Abdul Wahid Hasjim, atau lebih dikenal dengan KH Wahid Hasyim, putera dari pendiri Nahdlatul Ulama, Mohammad Hasjim Asy'arie, dan ayah dari Presiden ke-4 Republik Indonesia Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau sering disebut dengan Gus Dur. 

Lahir pada 01 Juni 1914, merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama yang banyak berjasa pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Pada tahun 1932, pada saat berusia sekitar 18 tahun, KH Wahid Hasyim berangkat memperdalam ilmu agama ke Makkah, dan kurang lebih satu tahun kemudian mulai mengajar di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. 

Dengan pemikirannya yang modern, KH Wahid Hasyim muda mengusulkan beberapa perubahan pada sistem pendidikan di Tebuireng, namun tidak langsung disetujui oleh KH. Hasjim Asy'arie, namun sang anak diijinkan untuk membentuk madrasah sendiri yang dinamakan Nizamiah atau An-Nizam yang memiliki arti adalah sang pemimpin, yang diharapkan mampu mencetak pemimpin bangsa di masa depan.

Tahun 1938 Wahid Hasyim mulai terjun ke dunia politik, dengan melakukan pergerakan dalam pendidikan politik, pembaharuan pemikiran dan pengarahan tentang perlunya melawan penjajah . 

beliau menikah pada usia 25 tahun, sekitar akhir tahun 1939 dengan Siti Sholehah, dan setahun kemudian memiliki anak pertama Gus Dur, dan kemudian menyusul kelima adiknya, yaitu Aisyah Hamid Baidlowi , Salahuddin Wahid, Umar Wahid, Lily Chodijah Wahid, dan Hasyim Wahid. 

Pada tahun 1943, tepatnya pada saat penjajahan Jepang, Wahid Hasyim ditunjuk menjadi Ketua MAjelis Syuro Masyumi, dan dari sinilah dia merintis pembentukan Barisan Hizbullah. 

Pada tahun 1944, pada saat baru berusia 30 tahun, KH Wahid Hasyim mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang kemudian menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta. 

Sungguh prestasi yang luar biasa, pada saat uisa masih relatif muda, beliau sudah berkontribusi bagi pendidikan di Indonesia, dan lebih istimewa lagi dilakukan pada saat Indonesia belum merdeka. 

Meskipun termasuk "Orang Pesantren", namun penampilan Wahid Hasyim termasuk necis pada jamannya, memakai setelan jas, dan juga menyukai musik komposer ternama asal Jerman, Ludwig van Beethoven, musik yang kemungkinan besar sangat sulit untuk mendapatkan piringan hitamnya pada saat itu, mengingat dunia permusikan belum secangggih sekarang.  

AKrirnya terus menanjak dengan diantaranya menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada saat menjelang kemerdekaan Republik Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun