Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indigensi Nama

25 Mei 2020   16:42 Diperbarui: 25 Mei 2020   16:46 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

William Shakespeare pernah mengatakan "What's in a Name", yang kira-kira artinya adalah apalah arti yang terkandung dalam sebuah nama. namun bagi saya.

Nama itu adalah do'a bagi anak yang diberi nama tersebut, bagaimana orangtua menamakan anak mereka dengan nama-nama yang baik, bahkan memberikan nama sesuai dengan nama junjungan dari suatu agama, seperti nama Muhammad bagi seorang Muslim, dan nama Jesus atau Isa/ Isaac bagi umat Nasrani. 

Bagi orang Jawa nama dianggap sangat penting untuk peruntungannya di masa depan, meskipun Suku Jawa tidak mengenal adanya marga, beda dengan Suku Batak, Bugis, dan suku lain di Indonesia, baik yang menganut sistem patrilineal maupun matrilineal dalam memberikan nama marga. 

Nama yang ada di seluruh duniamemiliki arti yang berbeda-beda, termasuk nama di suatu negara akan memiliki makna lain apabila diartikan dalam bahasa negara lain. 

Seperti contoh, (maaf) ada pemain sepakbola asal Filipina yang memiliki nama Philip Younghusband, dalam bahasa Indonesia diartikan adalah "Philip Si Suami Muda", dan apabila diartikan lagi dalam persepsi orang indonesia (sekali lagi maaf, hanya sebagai contoh) akan memiliki makna lain.

Padahal Younghusband adalah nama dari ayah Philip sendiri, yaitu Philip Younghusband Sr dan bisa juga merupakan marga atau nama keluarga, yang tentu saja maknanya lain dilihat dari sisi indigensi Inggris. 

Atau bisa juga apabila seorang Suku Jawa bernama (maaf),  Slamet yang akan diartikan dalam bahasa Inggris adalah Save, yang bisa juga dalam indigensi Inggris bisa diartikan lain lagi, karena sinonim dari Save selain selamat juga masih banyak. Nama Slamet lebih diartikan sebagai do'a untuk keselamatan dalam menjalani hidup bagi si empunya nama dalam sisi indigensi Jawa.

Apalagi baru saja terjadi kasus ketika dua orang komedian di Indonesia dilaporkan oleh pemilik sebuah marga di indonesia Timur, setelah dianggap melecehkan nama marga tersebut dalam sebuah acara. 

Jadi apakah maksud ungkapan What's in a name? Bagi saya, nama selain sebagai do'a juga merupakan sebuah kehormatan bagi pemberi nama itu sendiri, terbukti banyak suku yang mencantumkan nama marga dalam nama lengkapnya, dan menunjukkan, bahwa nama adalah sebuah kebanggan juga bagi sebuah keluarga. 

Bagaimana nilai indigensi adalah sebuah kebanggan juga bagi suatu suku atau bangsa, meskipun saat ini banyak orang yang meneriakkan kenusantaraan namun tidak memahami secara filosofis arti dari nusantara itu sendiri, dan malah sering berdebat kusir tentang nilai kenusantaraan. 

Intinya pandangan yang berdasarkan indigensi memiliki makna yang berbeda-beda di setiap budaya atau juga negara. Bagaimana kita tidak dapat mengartikan segala sesuatu hanya secara etimologis, terutama sebuah nama. Karena apabila kita hanya mengartikan secara etimologis, hasilnya akan terlalu naif. 

Makna itu akan selalu berubah seiring dengan berjalannya waktu, dimana sejarah juga akan mebuat makna suatu kata mengalami "evolusi". 

Bagaimana istilah siluet yang berarti gambar berasal dari nama seorang Menteri Keuangan Perancis pada abad ke-18 yaitu Ettiene de Silhouette, yang menarik pajak tinggi atas segala macam kepemilikan rakyat Perancis pada waktu itu, sehingga ada seniman yang menggambar wajahnya dalam bentuk bayangan wajah dalam warna hitam, yang bertujuan satir dan kemudian lukisan tersebut terlanjur terkenal dengan nama siluet. 

Jadi siluet dalam arti etimologi adalah nama orang, bukan lukisan, dan menjadikan siluet menjadi bermakna lukisan adalah berjalannya sejarah yang menyebabkan evolusi dalam pengartian etimologis.

Setiap budaya memiliki persepsi masing-masing, dan nilai indigensi dalam sebuah budaya tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur seperti primordialisme, sukuisme, maupun nasionalisme. 

Termasuk nama yang juga memiliki nilai indigensi dari sebuah nama, sehingga kita tidak dapat mengartikan nama dari suku atau bangsa lain dengan bahasa plain atau juga menurut persepsi kita sendiri. 

Nama yang mengandung nilai indigensi harus kita hargai, sudah seharusnya untuk tidak "memelesetkan" nama tersebut, seperti sedikit saya singgung di atas tentang adanya artis yang tersangkut kasus karena "hanya" untuk sekedar lucu harus melakukan joke yang malah dianggap melecehkan suatu marga.

Demikian artikel dari saya, saya tidak bermaksud untuk melecehkan nama seseorang dalam penjelasan di atas, apabila saya menyebut beberapa nama hanya untuk contoh saja, bukan berniat untuk melecehkan sebuah nama, dan apabila ada yang merasa tersinggung dengan tulisan saya, saya mohon maaf, dan bersedia untuk menghapus tulisan saya. 

Sekian dari saya, apabila ada kesalahan dalam penulisan saya, mohon untuk dikoreksi, dan sekali lagi saya mohon maaf apabila ada yang tersinggung dengan tulisan saya, semua karena kekurangtahuan saya. Ingat untuk tetap jaga kesehatan, taati peraturan Pemerintah saat pandemi Covid-19, dan tetap semangat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun