Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paradoks yang Bernama Logika

10 Mei 2020   10:09 Diperbarui: 10 Mei 2020   10:08 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada jaman yang katanya sudah modern, dan sudah mulai revolusi 4.0 ini masih banyak generasi muda yang masih percaya akan adanya tahayul. Banayak generasi muda melakukan ritual-ritual tertentu dengan harapan mudah dalam segala urusannya, termasuk ketika akan memulai berbisnis. 

Gaya berpikir yang tidak sesuai dengan logika itulah yang menurut saya membuat banyak generasi muda menjadi mudah termakan oleh yang namanya hoaks, termasuk hoaks-hoaks yang muncul di tengah pandemi COVID-19 ini. 

Banyak obrolan-obrolan di perempatan yang dengan meyakinkan mengatakan bahwa merokok dapat mencegah COVID-19, kemudian COVID-19 ini berasal dari suatu negara dengan tujuan untuk menguasai dunia. 

Bagi saya hoaks yang kedua itu meskipun agak masuk akal namun tidak bisa dijadikan suatu statement. Karena apabila kita ingin bicara, sebaiknya dilengkapi data-data yang valid, dan data yang valid itu diolah dengan logika. 

Namun sekarang ini, logika yang seharusnya adalah hal yang prevalen, malah menjadi paradoks di masyarakat. Apakah masuk akal, rokok yang jelas-jelas membahayakan kesehatan, terutama paru-paru malah akan mencegah COVID-19, padahal setahu saya COVID-19 itu juga menyerang pernapasan, sehingga secara logika merokok malah akan mempermudah COVID-19 menyerang tubuh sang perokok itu sendiri. 

Kemudian saya pernah melihat video yang dibagikan lewat media sosial, dimana ada truk yang menjatuhkan "mayat-mayat" yang terbungkus plastik ke lubang besar (yang kemungkinan maksudnya adalah kuburan massal), namun ada yang janggal dalam video tersebut, dimana "mayat-mayat" itu jatuh dari truk dengan gampangnya masih bisa menekuk, padahal setahu saya yang namanya mayat itu kaku, jadi kalaupun jatuh pasti jatuhnya akan terlihat keras, dan tidak mungkin menekuk. 

Akan tetapi analisa saya itu dibantah oleh semua orang yang mengobrol pada saat itu, well, sekali lagi logika menjadi paradoks.

Satu lagi hal yang bisa dibilang hoaks adalah banyak orang pasang status suatu minuman atau ramuan yang bisa menyembuhkan dan mencegah COVID-19, dan dituliskan di bungkusnya, dan saya tidak lihat ada tulisan Badan POM di bungkusnya, jadi jelas minuman atau ramuan tersebut belum teruji klinis.

Jadi apabila ada pasien positif COVID-19 dan minum ramuan itu dan makin parah atau meninggal dunia, siapakah yang bertanggungjawab? Belum lagi yang mengatakan minum alkohol akan membantu tubuh kebal terhadap COVID-19, malah ini semakin ngawur lagi, alkohol jelas merusak tubuh, dan lagi-lagi logika menjadi paradoks.

Saya kemudian memutar kembali memori saya, saat belum terjadi pandemi COVID-19, dimana obrolan masih berisi tentang hal-hal umum. Hal yang paling sering dibahas pada saat itu adalah tentang hal yang bersifat mistis, tentang pesugihan, tentang "Pring Pethuk" atau bambu yang tunasnya saling bertemu, tentang jimat kebal, lalu ada harta peninggalan mantan Presiden Indonesia yang katanya ada di suatu tempat, dan bagi yang menginginkan harus menyetorkan sejumlah uang, dan kemudian dikembalikan samapi dengan 10 kali lipat, dan masih banyak obrolan-obrolan "receh" yang lainnya. 

Pada saat itu saya menjelaskan dengan logika, dan ada dasar saya menyampaikan itu, namun langsung dibantah, dengan alasan yang semakin ngawur, saya katakan ngawur karena kalimat mereka premis minor dan premis mayornya tidak berkaitan, jadi saya menganggap itu sudah ngawur, contohnya tentang orang yang kebal senjata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun